Jayden setelah pekerjaannya selesai ia langsung pulang tetapi bukan karena permintaan Glencia tadi pagi tapi karena kebiasaannya yang selalu pulang tepat waktu.
"Wah, pinter udah pulang." Glencia menyambut Jayden di depan pintu.
Jayden tak memperdulikan Glencia yang ada di depannya. Ia langsung masuk ke kamarnya begitu saja tanpa banyak bicara.
"Cih, sombong amat." Glencia memandangi tubuh Jayden yang pergi menjauh.
Jayden langsung mandi setelah itu ia berganti pakaian lalu kembali memandangi ponselnya yang baru saja masuk telepon ta terjawab dari Glencia. Jayden menelponnya kembali.
"Ada apa?"
"Gua udah sambut lu di depan harusnya di sapa dong bukannya main masuk aja. Gua istri lu tau!! Cepetan turun ke bawah udah gua siapin makanan buat lu dan lu harus cobain bentar lagi keknya lu bakal jatuh cin—" Sambungan terputus ketika Jayden menekan tombol merah pada ponselnya.
"Lama-lama aku gila sama dia. Kenapa dulu Alvino ketemu sama perempuan kayak gitu? Kenapa dia gak cari perempuan yang lebih sopan gitu dan kalem, kenapa malah ketemu sama perempuan kayak Glencia yang beda jauh sama aku. Kenapa juga dulu aku maksa dia nikah sama aku, padahal dia udah bagus nolak gitu. Kenapa juga harus ketemu perempuan kayak Glencia yang tiap hari bikin aku darah tin—" Jayden terkejut setengah mati jantungnya hampir pindah ke lutut begitu mendengar pintu di buka dengan keras.
"Ngomong apa lu barusan?!" Glencia berkacak pinggang di depan pintu.
"Gak ngomong apa-apa, kamu salah denger." Jayden mencoba mengalihkan pembicaraan.
Glencia menghampiri Jayden."Gua denger dengan jelas. Ngomong apa?! Jujur!" Glencia sudah terlihat seperti ibu-ibu yang lagi bawa anaknya pulang.
Jayden diam tak mau berdebat, ia memilih mengancingkan bajunya daripada harus merespon Glencia.
"Jawab!" Glencia mencengkram erat kera baju Jayden.
Jayden memberikan sorot mata tajamnya pada Glencia lalu menjatuhkan tubuh Glencia ke kasur bersama dengan tubuhnya yang menindih tubuh Glencia. "Kontrak kita selesai, bolehkah aku membunuhmu?" Bisik Jayden tepat di telinga Glencia lalu ia bangun.
"Bunuh aja, nanti gua lapor lu ke polisi kalau lu udah bunuh orang." Ucapan Glencia membuat Jayden mengingat tentang kematian adiknya sekilas.
Jayden memilih pergi dan meninggalkan Glencia sendirian di dalam kamar. Ia pergi ke dapur melihat banyak makanan yang sudah tersaji di atas meja makan.
"Malam, Kak, kapan sampainya kok gak tau aku?" Jessica merangkul pundak Jayden dari belakang.
"Barusan, kamu udah makan?" Jayden mengusap-usap kepala Jessica.
"Belum, nunggu kalian berdua. Di mana Kak Glen?"Jessica tak melihat kehadiran Glencia.
"Saayyaanggg!" Glencia berlari lalu memeluk tubuh Jayden dari belakang.
"Sayang, ini aku lho yang buat." Glencia menunjuk makanan yang ada di meja makan.
"Serius? dengan tangan kamu yang patah itu?" Jayden tak percaya.
"Di bantu dikit sama pelayan, hehe." Glencia cengengesan.
"Yasudah ayo makan," tangan Jayden menarik tangan Jessica untuk duduk.
Awas aja lu entar bucin sama gua. Batin Glencia yang merasa di acuhkan.
Mereka memulai makannya bersama-sama tanpa bicara hanya terdengar suara piring yang terkena sendok saat makan.
"Gimana rasanya?" Tanya Glencia setelah Jayden selesai memakan semua makanannya.
Sejujurnya masakan Glencia cukup enak di lidahnya jadi dia hanya merespon mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/312606037-288-k863214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET LOVE HIATUS
RomantizmGlencia Agnesca tak pernah membayangkan kehidupannya akan seburuk ini saat ia dewasa. Kehidupan seolah menghukumnya atas dosa yang tidak pernah ia buat, ia harus hidup di dunia yang gelap yang membuatnya terus di hina karena takdirnya. Tak ada yang...