13. SAKIT

128 3 0
                                    

Glencia meregangkan otot-ototnya yang terasa sangat kaku dengan mata yang masih terpejam. Ia perlahan membuka matanya dan melihat sekelilingnya.

"Oh, astaga!" Glencia terkejut ketika melihat Jayden berdiri tepat di samping ranjangnya.

"Selamat pagi." Jayden melambaikan tangannya sembari tersenyum hangat pada Glencia.

"Ngapain lu di sini? Gak kerja lu?"

"Enggak, aku bakal jaga kamu di sini." Glencia membulatkan matanya ketika mendengar jawaban itu.

"J-jaga gua? Buat apa? Mending lu kerja, gua baik-baik aja di sini, lagian gua juga udah gede dan di sini juga banyak perawat yang bakal rawat gua dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Jadi lu gak us─"belum sempat Glencia menyelesaikan ucapannya Jayden langsung memasukkan buah apel yang baru saja di kupas ke dalam mulutnya. Dan rasa apelnya manis.

"Sakit sama gak sakit tetep banyak omong, ya." Jayden memasukkan lagi buah apel ke mulut Glencia.

Glencia membulatkan matanya karena apelnya tersangkut di lehernya, ia buru-buru mengambil segelas air putih yang berada di nakas sebelah kanannya. Glencia meneguknya dengan buru-buru."Lu mau bunuh gua, ya?" Glencia mengusap sisa air yang ada di bibirnya.

"Sejak lama," jawab Jayden enteng.

"Pergi sono kerja, udah gua bilang kan gua gak butuh lu di sini." Glencia memalingkan wajahnya.

"Jika kamu butuh apa-apa panggil aku, aku mau urus sesuatu sebentar." Jayden mengambil laptopnya yang ia bawa si dalam tasnya.

"Lu bisa kan pergi keluar ke kafe gitu jangan di depan gua kalau ngerjain kerjaan lu."

Jayden menunjukkan layar laptopnya pada Glencia."Kamu lihat ini? Aku sudah menyerahkan tugasku sementara pada sekertaris ku." Jayden menunjukkan pesannya yang ia kirim ke Alvino.

"Kenapa keras kepala banget mau jaga gua? Gua bisa sendiri." Glencia melipat tangannya di depan dada.

"Jessica sedang ada kelas siang ini dan ibumu juga gak mungkin bakal jaga kamu. Aku tau dia seperti apa dia gak akan mungkin jaga kamu. Jadi aku terpaksa menjagamu." Hati Glencia mencelos mendengarnya, memang benar ibunya tak akan pernah peduli dengan keadaan anaknya.

Jayden menyadari raut wajah Glencia yang tiba-tiba berubah menjadi murung. Ia jadi merasa bersalah telah mengatakan hal seperti itu pada Glencia."Maaf, aku gak berma─" ucapannya terpotong.

"Memang bener kok, gua tau." Glencia mengulas senyum.

"Aku minta maaf." Hanya di jawab dengan deheman dari Glencia.

Beberapa jam mereka canggung dan tak saling bicara sampai seorang perawat datang memasuki ruangan Glencia dan memberikan sarapan untuk Glencia.

"Makan dulu, setelah itu kamu mandi. Aku juga sudah membawa baju ganti buat kamu." Jayden duduk di tepi ranjang dengan membawa makanan yang sudah perawat berikan.

"Liat baju apa yang lu bawa." Jayden memberikan tas yang berisi baju Glencia kepada Glencia.

Glencia membuka tasnya dan melihat isi di dalamnya. Dia sedikit terkejut ketika melihat pakaian dalamnya ada di dalam tas juga." Lu yang siapin ini?" Glencia meneguk ludahnya.

Jayden berdehem."Berarti lu juga yang siapin ini?" Glencia mengangkat pakaian dalamnya hingga keluar dari tas lalu menunjukkan pada Jayden.

Jayden mengalihkan pandanganya mencoba tak melihat ke arah barang yang di tunjukkan Glencia."Hm, aku yang siapin semuanya."

Glencia menganga tak percaya lalu tak selang beberapa lama dia merengek."Huaaaa, kenapa harus siapin sempak sama bh gua? Mau di taruh mana muka gua, di taruh mana?! Huuuuaaa, jatuh harga diri gua, huaaa." Glencia menutup wajahnya menahan malu.

SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang