Chapter 1 Pertemuan Pertama

945 68 1
                                    

Song : Perfect Strangers - Jonas Blue
Maybe we're perfect strangers, maybe it's not forever, maybe the night will change us, maybe we'll stay together.

"Ngapain?"

Sebuah pertanyaan singkat dilontarkan oleh seorang pria yang wajahnya tertutup. Jelas sekali wanita dengan rambut berwarna merah muda itu sedang menangis.

"Menangis"

"Bangun, rokmu kotor, kenapa juga harus nangis di tempat seperti ini?"

Wanita yang sedang berjongkok itu menatapnya dengan mata berwarna hijau cerah yang berlinangan air mata. Ratusan kata - kata meluncur dari mulutnya. Pacarnya selingkuh, dia dicampakkan. Pria itu menggelengkan kepalanya perlahan dan berpikir kenapa dia harus mendapat banyak sekali informasi tidak berguna ini.

"Sebentar, sebentar kenapa kamu ceritakan padaku?"

"Kan kamu yang bertanya!"

"Hanya basa - basi"

"Menyebalkan!!!"

Sakura yang merasa malu berlari menembus hujan yang turun. Kakashi yang ditinggalkan melihatnya sekilas lalu mengambil ponselnya dan mulai membaca web novel kesukaannya.

"Jahatnya, kalau dilihat - lihat dia jauh lebih muda dari kita"

Rin mengomeli Kakashi lagi hari ini. Nohara Rin dan Uchiha Obito berjalan mendekati Kakashi yang sedang membaca di ponselnya. Kakashi menjawab dengan santai kalau dia tidak bermaksud mengajaknya bicara sepanjang itu, dia hanya ingin gadis berambut merah muda itu bergeser sedikit agar dia tidak terkena hujan.

Ketiganya saat ini berada di sebuah halte bis. Seorang nenek tua yang berada di halte itu ikut menceramahi Kakashi. Nenek itu mengatakan seharusnya Kakashi mendengarnya saja, tidak perlu berkomentar jahat seperti itu. Gadis itu anak yang sangat baik, nenek tua itu selalu mendapat bantuan dari gadis berambut merah muda itu.

"Siapa namanya Nek?"

"Sakura"

"Baiklah, saat bertemu lagi aku akan meminta maaf padanya" Kakashi berbicara tanpa niat serius hanya untuk membuat nenek itu berhenti menceramahinya. Rin dan Obito yang mengenal baik Kakashi hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mendecakkan lidah.

Tidak lama kemudian bis yang mereka tunggu datang. Kakashi mematikan ponselnya dan membantu Nenek tua itu masuk ke dalam bis.

"Nenek Chiyo, dimana gadis kecil kita?"

"Seseorang membuatnya menangis tadi, dia berlari menembus hujan"

Supir bis dan beberapa orang tua di dalam bis berbicara secara bersamaan kalau mereka sangat khawatir pada gadis berambut merah muda itu.

"Kalau orang - orang di bis ini tau, kamu mengganggunya, kamu pasti diusir turun Kakashi"

"Aku tidak mengganggunya Rin" Rin sahabatnya selalu bisa membaca dirinya seperti buku yang terbuka, kadang itu terasa menakutkan. Sebenarnya Kakashi mulai merasakan sedikit rasa khawatir kalau Nenek yang tadi akan menceritakan kejadian di halte.

"Oh, itu gadis kecil kita"

Supir bis berkata dengan riang, Kakashi tidak bisa menahan rasa penasarannya ikut melihat keluar jendela. Rin yang melihatnya tertawa meledek.

Bis berhenti tepat di sebelah seorang gadis yang sedang berbicara dengan pedagang ubi panggang. Kepala dengan rambut merah muda itu bergerak dengan riang. Sang supir membunyikan klakson dan memanggilnya.

"Sakura, memanjat saja, Paman akan bukakan pintu" Dia melambaikan tangannya dengan semangat dan mengangguk.

Sakura mendekati bis, supir membuka pintunya. Jarak antara jalan raya dan injakan bis cukup tinggi karena saat ini bis tidak berhenti di halte. Sakura melemparkan tasnya, ubi panggangnya dan mulai memanjat. Roknya yang pendek dan ketat membuatnya kesulitan memanjat. Kakashi bergerak tanpa sadar menariknya ke dalam bis.

"Terima kasih" Sakura mengucapkan terima kasih sambil melihat wajah orang yang menolongnya. Wajahnya merona karena malu teringat kejadian sebelumnya. Kenapa dia sial sekali bertemu orang ini lagi.

"Naik saja, yang tadi aku minta maaf" bisik Kakashi sambil menempelkan kartunya untuk membayar biaya tiket Sakura. Dia khawatir orang - orang di bis bisa mendengar pembicaraan mereka dan menceramahinya secara bersamaan. Kakashi benci bicara dengan orang yang tidak dia kenal. Kakashi meninggalkan Sakura yang berbicara dengan supir bis, dia memberikan satu bungkus ubi panggangnya pada supir bis.

"Ini Paman, makan ini"

"Kenapa kamu hujan - hujanan nanti sakit"

"Hehe tidak apa"

Sakura yang basah duduk di tangga pembatas antara penumpang dan supir. Beberapa orang tua memanggilnya untuk duduk dan memberikan sapu tangan untuk mengeringkan wajahnya.

"Padahal tadi menangis seperti ada yang mati sekarang tertawa riang"

"Kenapa?" Tanya Rin.

"Tidak hanya bergumam"

Bis sampai pada halte berikutnya, segerombolan orang kembali naik. Seorang pria dengan rambut merah melepas jaket dan memakaikannya pada Sakura sambil mengomelinya yang hujan - hujanan. Kakashi tidak dapat mendengar dengan jelas pembicaraan kedua orang itu karena semua orang mulai berbicara pada saat yang sama. Lagi pula kenapa juga dia harus menguping?

Kakashi memandang keduanya dan merasa sedikit kesal. Kesal? Kenapa dia kesal? Mungkin dia kesal karena harus diomeli oleh seorang nenek - nenek, padahal lihat, tidak lama kemudian gadis itu bermanja - manja pada seorang pria. Kakashi menyalakan ponselnya kembali dan melupakan rasa kesalnya. Wanita, makhluk hidup yang harus dia hindari. Terutama wanita dengan rambut berwarna merah muda dengan mata hijau cerah.

Disaat yang sama, Sakura berpikir kenapa dia hari ini sial sekali. Dia pergi menemui kekasihnya untuk merayakan 100 hari mereka bersama. Pada akhirnya yang dia peroleh bukan kejutan yang baik, Sakura memergoki kekasihnya bersama wanita lain. Sekarang dia bertemu pria aneh yang wajahnya saja tertutup dengan masker berwarna hitam.

"Dia pasti jelek sekali, bibirnya pasti kecil tapi giginya besar, dan mulutnya bau daging busuk"

"Siapa yang sedang kamu sumpahi?"

Kakaknya mulai mengomelinya, kakaknya memang sudah ribuan kali mengatakan bahwa orang yang dia sebut kekasih itu hanya bermain - main, hanya karena orang seperti itu Sakura lari menembus hujan seperti orang bodoh kata kakaknya itu.

"Aku lari bukan karena itu, aku lari karena bertemu orang yang menyebalkan"

Sakura benar - benar sedang sial. Bisnya sangat penuh, perutnya masih lapar, jalanan macet, dan hujan turun sangat lebat. Dia melirik ke arah pria menyebalkan yang bersandar pada tiang bis. Mata keduanya bertemu, keduanya membisikan kalimat yang sama.

"Jangan sampai ketemu lagi"

Fitted - Kakasaku FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang