Lalat hinggap di hidungku pelan tak berasa. Kepalanya miring kanan-kiri seperti melihatku heran. Dengan kaki depannya dia mengelap mata besarnya seperti wiper mobil.
Karena tak ada respon sama sekali dariku, dia bosan dan terbang menjauh hingga tak terlihat menghilang diantara tumpukan sampah mie instan dan makanan cepat saji yang terletak dibelakang pintu kamar kost ku.
Debu melayang-layang diudara lambat terlihat melewati sinar matahari yang masuk melewati celah kecil diantara dua daun jendela yang tertutup. Cicitan tikus terdengar samar-samar dari plafon yang diikuti suara gaduh kucing yang mengejarnya.
Aku sejak semalam tak tidur dan tak beranjak sedikit pun dari tempat tidurku yang kumal ini. Aku meraih handphoneku dan melihatnya bercicit kehabisan baterai. Dengan malas aku menyeret badanku meraih ujung kabel charger yang sedari tadi teronggok diam disamping kasur tipisku tak pernah dicopot dari terminal di dinding.
Aku duduk dan kembali lagi melamun melihat keadaan kamarku yang tercinta. Baju kotor bertebaran di seluruh kamarku, Tumpukan sampah sudah menggunung melebihi kardus yang aku jadikan tempat sampah, Tumpukan buku paket pelajaran ditaruh sembarangan dan tak tersentuh sejak sekolah daring terjadi, lalu lantai yang dipenuhi debu dan sampah kecil membuat kamarku lebih mirip goa daripada sebuah kamar.
Aku bangkit, terlihat sekali aku tak ingin melakukannya tapi bau sampah yang tak tertahankan ini membuatku terpaksa beranjak dari kasur hangatku.
Aku menekan sampahnya dengan kakiku dan membawanya keluar. Ketika kembali untuk menaruh kardus ke tempat asalnya, aku melihat beberapa kaleng Minuman Beralkohol yang berjejer rapi dibalik pintu. Aku teringat kemarin malam aku mabuk-mabukkan disini sendiri. mengoceh tak karuan di ruangan kecil kotor dan berantakan ini sendiri. Aku tidak banyak mengingat apa yang aku lakukan ketika mabuk tapi satu hal yang jelas terlihat ketika aku sadar, aku tetap sendiri dan ditinggalkan olehnya untuk mati membusuk di liang busuk ini.
Aku masih memiliki fotonya di saku jaket kesayanganku. Aku mengambilnya dan membuka dompetku dan mengambil sebuah foto yang aku ambil ketika kami berlibur bersama ke pantai bersama beberapa bulan lalu.
Kenapa..? kenapa kau meninggalkanku? why?? Apa yang membuatmu seperti ini? Padahal kita sudah berhubungan lebih dari beberapa bulan. Aku selalu menuruti apa maumu. ketika kau menyuruhku untuk mengajakmu jalan, aku menuruti nya dan membawamu sendiri kesana bersama motor bebekku. Ketika kau ingin sesuatu, aku belikan dengan uang tabunganku. tapi kenapa hanya dengan satu jabat tangan dan hanya satu obrolan saja, kau berpaling dariku. meninggalkanku mengabaikanku untuk pergi ke pelukannya.
Suara isakan tangisku mengisi kehampaan liang kotor ini. Fotonya terjatuh dari tanganku yang kelelahan menangis. Sebuah suara lirih terdengar, "Mungkin aku bisa meringankan kesakitanmu nak".
Suara samar berat nan serak itu tiba-tiba menghilang tanpa ada tanda-tanda orang selain diriku disini.Seketika aku merasa mengantuk dan lemas. Aku menaruh badanku berbaring kembali dan bergumam, "Entahlah, rasanya kali ini sangat tenang dan damai sekali". Kemudian aku menutup mata dan semuanya mulai gelap, tenang, damai, dan hening...
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA
Non-FictionAntologi cerita pendek maupun coretan hasil produksi nebula yang tak berujung bersemayam di ruang kepala penulis sejak tahun 2018 hingga waktu terkini sebagai museum dan gudang menaruh aspirasi dan segala tulisan yang terlintas dan tumbuh sebelum la...