Suara serak membelah keheningan di sekitar sawah yang luas membentang. Tetes demi tetes keringat nya terus mengalir setelah lelah membelah dan mengolah tanah membuatnya subur dan siap untuk di tanam.
Kulitnya yang lengket dan gelap terkena sinar matahari terlihat ringkih dan lelah. Semua tenaga dan usaha selalu dia berikan sepenuh hati agar sawah dan ladang itu bisa panen dengan baik dan lancar di musim panen.
Asin nya keringat dia mengalir menyuburkan sawah yang dari sana setiap biji beras terbang ke seluruh pelosok negeri dan siap kita masak dan menjadi makanan pokok negeri ini.
Apalah daya jika para buruh tak ikhlas melakukan apa yang selama ini telah mereka lakukan, setiap beras setiap nasi setiap suap makanan yang kita makan setiap pagi setiap malam setiap hari menjadi tak barokah.
Ditambah lagi ketika ketidak-ikhlasan itu berasal dari kekecewaan akan perlakuan terhadap mereka. Ketahuilah, kekecewaan adalah salah satu alasan doa atau harapan menjadi musjatab. Setiap inci kekecewaan yang mereka emban setiap itu pula keberkahan makanan kita berkurang. Semakin sedikit keberkahan semakin berkurang manfaat dan khasiat yang akan kita dapat.
Niat adalah pembuka perbuatan. Apa daya sebuah rumah tanpa pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA
NonfiksiAntologi cerita pendek maupun coretan hasil produksi nebula yang tak berujung bersemayam di ruang kepala penulis sejak tahun 2018 hingga waktu terkini sebagai museum dan gudang menaruh aspirasi dan segala tulisan yang terlintas dan tumbuh sebelum la...