"AVANDI MAHATMA! KAS LO UDAH NUNGGAK 1 BULAN DAN SEKARANG MASIH GAK MAU BAYAR?! MAU GUE KULITI HIDUP-HIDUP LO, HAH?"
Seorang cewek yang menyandang status bendaharanya kelas 3 IPS 4 itu sudah marah-marah sejak tadi pagi. Bendahara cantik itu bernama Selvyㅡseorang cewek yang awalnya terkenal lumayan pendiam dan humorisㅡkini telah berubah menjadi seorang cewek yang sangat emosional, galak, dan juga sadis semenjak dirinya menjadi bendahara kelas. Hampir setiap paginya di isi dengan sesi tagih-menagih uang kas sejumlah seribu rupiah, itu pun ada yang menyicil. Selvy rasa teman-temannya ini memang bukan manusia biasa, tapi manusia yang luar biasa sekali kelakuannya.
Seseorang di samping Selvy terkekeh renyah, kemudian menatap Selvy dan Avandiㅡatau yang kerap di sebut dengan nama Avanㅡcowok bermarga Mahatma itu ahli dalam bidang hitung menghitung. Matematika. Berwajah tampan namun menyebalkan. Seperti sekarang, waktu dirinya di tagih uang kas harian.
"Udah lah, Van, bayar aja kenapa. Ketimbang nyawa lo jadi taruhannya." ujarnya. Cewek itu bername tag Naraㅡyang paling tidak bisa melakukan hal apapun tanpa seorang teman yang mendampingi. Sifatnya kadang childish, polos, galak, pendiam, juga kadang tiba-tiba menjadi bijak. Tapi Nara ini definisi jangan melihat orang dari covernya, karena jika melihat wajah datarnya saja sudah membuat kita berkeinginan untuk menghantamnya dengan bangku panjang gazebo sekolah. Selain menyebalkan, tatapannya juga sinisnya minta ampun.
Cewek yang matanya selalu menyipit ketika tertawa itu sama sekali tidak berniatan untuk membantu temannya yang sudah hampir di buat frustasi karena permasalahan yang sama setiap harinya. Kas, kas, dan kas.
Avanㅡcowok itu merogoh saku kemeja sekolahnya dengan wajah masam. "Gak punya duit gue, Sel, minimal kasih keringanan lah." rayunya.
"Keringanan keringanan, banyak alesan lo! Beli bakso tiap hari mampu, kok bayar kas seribu doang gak mampu." cibir Selvy tanpa menatap lawan bicaranya. Matanya dengan teliti menelisik nama orang-orang dengan tunggakan terbanyak.
"Selvy galak banget sekarang, ngeri deh, takut di kuliti." komentar Aliaㅡseseorang yang duduk di bangku depan Selvy dan Naraㅡyang langsung di angguki oleh Nara. Dia orangnya ceplas-ceplos, paling tidak bisa menahan diri untuk tidak meroasting siapapun yang ada di hadapannya. Selain itu, dia juga pintar mengatur ekspresi wajah dalam hitungan detik, dari yang awalnya tertawa menjadi datar seketika.
"Iya kan. Makanya, rajin-rajin bayar kasnya, biar gak di kuliti sama Selvy." balas Nara, membuat Selvy menoleh dan melotot. "Kalian ngeledek?"
Alia dan Nara saling tatap kemudian menatap Selvy bersamaan. "Siapa yang ngeledek?" kata mereka serempak dengan menyerngitkan dahi.
Sedangkan keadaan di luar kelas sanaㅡterdapat para troublemakernya kelas 3 IPS 4 tengah di pajang di samping gerbang pintu masuk sekolah.
"Makanya, kalo punya dasi tuh di pake! Ini juga, bisa-bisanya pake sepatu warna-warni kayak anak ayam di pasar induk. Heh, mana kaus kaki lo? Lo jual, hah? Ini juga, rambut model apaan sih ini? Aneh banget." cerocos sang wakil ketua osis SMA Airlanggaㅡyang sedari tadi mondar-mandir di hadapan kelima cowok itu sembari terus berceramah. Sebenarnya itu bahasa halusnya saja sih, yang benar itu meroasting dengan gaya.
Yang di ceramahi hanya garuk-garuk kepala. Toh, ceramahan si wakil ketua osis sudah menjadi sarapan mereka setiap harinya.
"Dul! Kalo sampe besok sepatu lo masih warna-warni, gue bilangin ke nyokap bokap lo! Masa iya anaknya donatur sekolah gak mampu beli sepatu hitam, sampe pake sepatu warna-warni gitu, mana beda sebelah lagi." cibir si wakil ketua osis itu lagi sembari menunjuk-nunjuk ke arah sepasang sepatu yang di pakai oleh Dulㅡah mungkin tidak bisa di sebut sepasang, karena model dan warnanya saja sudah berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 💭. we are classmate's ㅡ re-upload
Teen FictionIni kisah milik mereka. Di dalam cerita ini semuanya terlihat lebih indah, dari aslinya. Ini mungkin juga tentang 'Bagaimana cara mereka untuk menikmati apapun yang telah mereka punya, dan menghargai apa yang telah ada.' Sebelum akhirnya penyesalan...