Hari mulai menjelang sore. Mereka semua mulai bersih-bersih karena setelah ini mereka akan pergi lagi. Ah iya, mereka juga selesai makan siang, tepat sebelum mereka akhirnya dititah untuk segera bersih-bersih oleh para guru-guru.
Ah, sebenarnya sangat disayangkan jika mereka pergi dari pantai sebelum melihat matahari terbenam di sana. Namun tak apa, siapa tahu jika matahari terbenam di kota lama lebih indah.
Selvy, Nara, Alia dan Kaily masih menetap di gazebo, menatap teman-temannya yang lain nampak kembali mendekat ke arah pantai padahal sebentar lagi mereka akan kembali berangkat.
"Di kota lama ada apaan?" tanya Alia tiba-tiba.
Nara mengendikkan bahunya. "Gak tau. Cuma ada cerita, kayaknya."
"Kata-kata lo mengandung plot twist, njir. Kek paling tau lo ternyata." sahut Selvy sedikit menyeringai.
"Lho? Gue ngomong kayak apa yang lagi gue pikirin kali. Kalo soal suasana kota lamanya sihㅡya mungkin termasuk walau pun udah lumayan kebayang lah, pqsti punya ciri khas khusus. Tapi kayaknya lebih ceritanya sih, kita liat aja apa yang bakalan terjadi di kota lama. Bisa jadi ada kenanganㅡah enggak, udah pasti ada kenangan sih, maksud gue siapa tau bakalan ada sesuatu yang bakalanㅡ"
"Udah anjir, kata-kata lo bikin kita mikir aja. Anak literasi kalo udah ngomong suka bikin kita ngerasa beda bahasa ya, jelasin pake logika yang gampang dicerna sama otak kita aja lah." sela Alia dengan cepat. Duh, dia pusing mendengar kata-kata Nara yang belibet seperti itu. Kedengeran biasa saja, tapi tetap saja tidak mengerti maksudnya.
Nara yang belum sempat melanjutkan katanya itu merotasikan matanya malas. "Lo pikir gue ngehalu? Gue ngomong barusan juga pake logika kali. Intinya, kita liat aja nanti."
"Oke, kita liat aja nanti, itu jauh lebih baik sih ketimbang lo ngomong panjang lebar tapi kita tetep gak ngerti maksudnya." balas Kaily sambil tersenyum tertekan. Jangan pikir dia diam karena mengerti, justru dia diam karena banyak berpikir. Dipikir-pikir kalo dipikirin malah jadi pikiran.
Selvy menepuk-nepuk bahu Nara memberi semangat, siapa tahu cewek itu mudah menyerah karena kata-katanya yang (selalu) tidak dapat dimengerti oleh teman-temannya. "Sabar aja, Nar," kemudian Selvy tersenyum tipis waktu Nara menatapnya, "Gue juga gak ngerti sih lo ngomong apaan."
Nara mendengus. "Udah lah ngambang aja gue dipantai kalo kayak begini."
Tak lama kemudian para guru-guru mengisyaratkan mereka untuk segera berkumpul karena sebentar lagi mereka akan berangkat. Mereka kembali berbaris seperti awal, sesuai dengan bis masing-masing.
Mereka kembali melakukan perjalanan untuk selama kurang lebih empat puluh lima menit. Dan bis 4 kembali dilanda keheningan. Seperti yang kalian tahu, mereka terlihat kelelahan karena terlalu lama bermain di pantai tadi.
Namun meski pun lelah, tidur tidak selalu menjadi jawaban. Kebanyakan mereka menatap jalanan kota Semarang yang mulai ramai karena sudah memasuki jam pulanh kerja. Lampu-lampu jalanan mulai menyala gemerlapan, menciptakan cahaya temaram yang indah serta khas kotanya.
Tapi boleh diakui, mereka tidak menyesal meski pun mereka tidak pergi ke Bali atau Jogja. Semarang tidak terlalu buruk.
Dibanding melakukan hal yang sama seperti yang lain kebanyakan, Maretha malah sedari tadi memusatkan pandangannya pada layar handphonenya. Kennyㅡteman duduknya merasakan hawa-hawa tidak mengenakan. Tapi jika dipikir-pikir, orang se-hiperaktif Maretha juga bisa murung ya? Eh.
"Tha, kenapa lo?"
Maretha mendongak. "Cowok gue belum bales chat gue dari kemarin. Padahal dia on! Kesel banget. Dia selingkuh apa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 💭. we are classmate's ㅡ re-upload
Teen FictionIni kisah milik mereka. Di dalam cerita ini semuanya terlihat lebih indah, dari aslinya. Ini mungkin juga tentang 'Bagaimana cara mereka untuk menikmati apapun yang telah mereka punya, dan menghargai apa yang telah ada.' Sebelum akhirnya penyesalan...