Adu IQ ala 3 IPS 4

19 14 3
                                    

Hari minggu, pukul tujuh lewat tiga puluh delapan menit, Angkasa sudah berdiri tegap di depan pintu rumah kediaman keluarga Lina. Berdiri sejak delapan menit yang lalu. Saat sudah ingin mengetuk pintu, bayangan Ayah Lina yang galak langsung tergambar menggerayangi isi pikiran Angkasa. Dia menelan ludah, berulang kali.

Pada akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Lina. Kenapa tidak dari tadi coba?

Tak lama kemudian Lina membukakan pintu untuknya. Tersenyum lebar, dengan menenteng sepatu.

Ceklek

"Oi, gue pake sepatu bentaran."

Cewek itu mulai mengenakan sepatunya dengan duduk di lantai. Tak memperdulikan raut wajah Angkasa yang bertanya-tanya. Lina nikah solo? Maksudnya, gak bawa keluarga gitu tah?

"Lin, keluarga lo yang lain dimana?" Angkasa celingak-celinguk, menatap pintu utama yang sudah ditutup rapat-rapat. Minimal ada Lita.

"Ya di dalem lah anjir, ngapain juga lo nyariin mereka. Katanya mau nikah." balas Lina setengah menggumam, terlalu fokus mengikat tali sepatu.

"Lin, lo tau konsepnya nikah nggak sih?"

Lina sontak mendongak. "Yaelah, nikah tinggal akad doang ribet lo."

"Lah... KALO LO NIKAH TANPA WALI YA JADINYA BEGIMANE? NIKAH AMA KUCING LO?" Angkasa sebenarnya tidak suka gas-gas an seperti ini, tapi kelakuan Lina ituㅡaargh! Gak bisa dijelaskan tololnya.

"HEH! Belom nikah udah ngatur lo. Mak Bapak gue gak mau ikutan, apalagi kembaran gue. Dia belum ikhlas punya ipar kek lo katanya."

"Ya terus anjing?! Lo ini kadang bego, kadang juga bego banget. DIMANA ADA ORANG NIKAH BERANGKAT SENDIRI KAGAK PAKE KELUARGA, LINA!" Bahu Angkasa merosot seletika, tak habis thinking.

Lina langsung berdiri usai mengikat tali terakhir pada sepatunya.

"Yaudah kagak usah sekalian! Belom nikah udah ngatur lo." sinis Lina, menatap Angkasa bengis. Sedangkan Angkasa cengo, ini yang bego siapa yang kelewat pinter siapa?

"ITU EMANG ATURANNYA, LINA!" Angkasa sudah mencak-mencak sendiri. Enggan peduli dengan jas klimis yang membalut tubuhnya saat ini mulai kusut. Angkasa udah seniat itu bro, sedangkan Lina? Responnya waktu diajak nikah kayak bocah waktu diajak main. Parah.

"YAUDAH JANGAN NIKAH DAH, ELAH! Mau makan warteg aja gue. Ayo buruan, laper ini."

Angkasa cengo part 2. Ini kenyataan yang sedang mempermainkannya atau memang jodohnya ini begonya melewati batas kemampuan?

Masa Angkasa udah ganteng, pake jas klimis, diajak makan warteg?! Malu bos sama Mbak-Mbak yang jaga warteg. Gagal nikah cuma gegara mempelai wanitanya gak mau ajak keluarganya.

Pulang sedari jalan dengan Lina. Wajah Angkasa kusut total. Sekarang bukan hanya jasnya saja yang kusut, wajahnya tak kalah kusut sekarang.

Baru memakirkan motor di halaman rumah, Angkasa sudah di serbu pertanyaan. Oleh Teresa dan Sa'i, si tetangganya itu.

"Katanya nikah? Kok balik?"

"Gagal ya? Jangan-jangan penghulunya gak mau ngenikahin lo karena lo yang masih esema dan gak mampu bayarnya ya? Makanya, masih kecil gak usah berlagak mau nikah."

"Atau, jangan-jangan tendanya roboh ya? Atau WOnya tiba-tiba putusin perjanjian? Atau apa? Jawab, Sa, diem bae lu."

"OHH! Gue tau, mempelai wanitanya kabur ya? Kayak yang di film-film itu. Iya kan?"

Angkasa masa bodo. Merotasikan matanya malas kemudian berlalu memasuki rumahnya tanpa meninggalkan jawaban satu kata pun.

Teresa dan Sa'i saling tatap, bertanya soal Angkasa maksudnya. Namun keduanya sama-sama mengendikkan bahu tidak tahu, maka menghampiri orangnya langsung adalah sebuah opsi yang tepat.

[✓] 💭. we are classmate's ㅡ re-uploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang