Ujian tulis telah berjalan hingga hari terakhir. Dan Maretha, cewek itu hari ini memilih untuk pulang duluanㅡentah kenapa, biasanya dia nongkrong dulu padahal. Usai pamitan dengan yang lain, Maretha langsung pergi meninggalkan koridor kelas 12.
Sewaktu menuruni tangga Maretha sempat melihat sekelebat siluet seseorang yang baru saja melintas. Itu Syahmi. Dengan Dinda.
Perlu diingatkan jika mereka berdua masih dalam status pacaran.
Seketika saja niatnya untuk pulang awal hilang, terganti dengan niatnya untuk mengikuti kemana perginya kedua adik kelasnya yang mana salah satunya adalah pacarnya sendiri.
"Emang gak papa kalo kita pergi berdua? Kak Maretha gimana?"
"Kak Maretha biasa gak pulang jam segini. Dia gak tau."
"Gak papa?"
"Gak papa."
Semakin diikuti malah semakin sampai di depan parkiran. Kedua sejoli itu sepertinya akan pergi, entah kemana. Maretha segera bersembunyi di balik pohon besar di dekatnya waktu motor yang ditumpangi oleh Syahmi dan Dinda akan lewat di depannya.
"Syahmi kayak gak biasa?"
Maretha seketika menoleh kala seseorang meneluj pundaknya. Davi berdiri di belakangnya dengan alis yang menyerngit. "Ngeliatin siapa?"
"Ah, pacar gue. Jalan sama Dinda." Maretha pergi duduk di bangku blok keramik depan parkiran. Wajahnya menampilkan raut lesu tak bersemangat. Diam-diam tatapannya kosong.
Davi melihat itu menggaruk belakang kepalanya. Ia berjalan mendekat duduk di samping cewek itu. "Bukan mau jalan kali, ada tugas berdua mungkin, kan siapa tau." ujarnya, berharap Maretha sedikit tenang dengan alibi yang dibuat-buatnya.
"Emang kenapa, ya, kok gue gak boleh tau? Selingkuh kali, ya?" Ucapan Maretha semakin kemana-mana.
"Udah. Ngapain lo pikiran juga. Selingkuh gak selingkuh yaudah, sih, biarin. Dapet karma nanti. Lo katanya mau balik?"
Maretha langsung berdiri. "Oh iya, gue mau balik. Duluan deh, ya, Dav."
Davi terus memperhatikan hingga cewek itu benar-benar melenggang pergi dengan motornya. Baru setelah itu dia pergi mengambil motor miliknya dan pulang.
Tanpa dia ketahui, ada seseorang yang sedari tadi menatap mereka dari kejauhan. Agnes berdecih, kemudian berbalik badan.
"Gue kira saingan gue Teresa, ternyata Maretha."
Sedangkan keadaan di gedung sekolah, masih ramai anak yang belum pulang. Termasuk anak-anak kelas 3 IPS 4 ini, yang pulang hanya Maretha dan Davi, lainnya tetap.
Sedang seru-serunya mengghibah di dalam kelas, tiba-tiba pintu kelas mereka diketuk dari luarㅡkarena pintunya mereka kunci dari dalam, kemudian sosoknya mengintip dari jendela. Hampir mereka semuanya menoleh. Kemudian Dul menepuk-nepuk paha Yorian di sampingnya. "Bukain, tuh, Dika, tuh! Gue mau push rank anjir."
Yorian mendengus, mau tidak mau dia berdiri membukakan pintu untuk Dika. "Masuk aja, sorry pintunya dikunci soalnya pada belum mau balik dan diganggu."
Dika tersenyum. "Gak papa. Gue cuma mau ketemu Selvy, sih."
"Oalah, mau ketemu apa ngajak balik bareng? Oh, ngedate deng." balas Yorian sambil terkekeh. Kemudian dia menoleh memanggil Selvy yang sibuk curhat di belakang.
"Woy, Sel! Cowok lo, nih."
Selvy mendongak karena Teresa menyenggol lengannya barusan, ia langsung berdiri menghampiri Dika di depan pintu kelas setelah Yorian pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 💭. we are classmate's ㅡ re-upload
Teen FictionIni kisah milik mereka. Di dalam cerita ini semuanya terlihat lebih indah, dari aslinya. Ini mungkin juga tentang 'Bagaimana cara mereka untuk menikmati apapun yang telah mereka punya, dan menghargai apa yang telah ada.' Sebelum akhirnya penyesalan...