Selepas shalat dzuhur berjamaah di masjid, hujan tiba-tiba turun, membuat semuanya yang berada di luar kelas kelimpungan. Hujan deras di sertai kilatan petir itu berlangsung cukup lama, membuat kegiatan pembelajaran sedikit terganggu. Yah, sebenarnya itu hanya alibi mereka para penganut aliran gak jamkos gak jos.
Mungkin di beberapa kelas tetap kondusif mengerjakan tugas yang telah di berikan, namun jangan berharap banyak dengan kelas 3 IPS 4.
"Guys, guys! Dengerin guee! HEH! Dengerin, ini ada informasi penting, penting sekali." Maretha mencoba untuk meneriaki teman-temannya agar kondusif sebentar. "Bu Ainun gak masuk kelas, tapi kita di kasih tugas, tapinya lagi, tugasnya gak papa gak usah di kerjain, yang penting jangan rame terus jangan keluar kelas, yah? Gak usah di kerjain tugasnya gak papa." Sebagai wakil ketua kelas yang baik, Maretha tidak pernah membiarkan teman-temannya bersusah-susah mengerjakan tugas saat tidak ada gurunya. Palingan, keesokan harinya kalang kabut mencari contekan.
"YEYYY!"
Sepertinya hanya kelas mereka yang memiliki wakil ketua kelas sekaligus wakil ketua osis seperti Maretha. Limited edition. Hanya kelas 3 IPS 4 yang punya.
Semuanya mulai berhamburan tak beraturan, membuat Maretha sekali lagi memekik. "IH JANGAN RAME RAME! JANGAN GEDEBUK AN JUGAA! NANTI DI SAMPERIN GURU PIKET!"
"JANGAN KELUAR-KELUAR VALEN!"
"AAA JANGAN BIKIN GUE TERIAK TERIAK TERUSS! NGEGAMENYA BIASA AJA, JANGAN PAKE NGUMPAT NGUMPAT!"
"DAVIII, KONDISIIN ANAK-ANAK DUGONG LO INI KENAPA! LO KETUA KELASNYA LHO, KENAPA JADI JOIN MEREKA?!"
"TAU LAH TERSERAH KALIAN. AKU MARAH BESAR!" Maretha mendengus kesal. Berjalan menghampiri yang lain di sudut belakang kelas dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal.
Mereka terkekeh. Kaily melambaikan tangannya menyuruh Maretha agar bergabung dengan mereka. "Sini, sini, jangan marah-marah terus."
"Temen-temen lo tuh ngeselin." gerutu Maretha dengan sesekali melirik ke arah Davi yang malah terlihat tidak peduli dengan keramaian ini. Semua menyebalkan.
"Disini enggak seruu! Kita main di depan yuk?" Belum ada lima menit dia duduk disini, sudah mengeluh tidak seru?
"Di luar hujan, Tha." balas Lita.
"Yah justru karena itu! Gue maunya main hujan!"
"Banyak-banyak main hujan entar k.o, mending turu aja disini, Tha, sama gue sama Kaily." kata Alia, yang mulai menyapu bagian sudut kelas, kemudian menaruh tote bag berisi mukena miliknya dan milik Kaily.
Maretha menggeleng. "Gak mauu! Ayo kita main di luarr!"
"Katanya gak boleh keluar-keluar, gimana sih bu wakil?" ujar Lina, membuat Maretha menyengir. "Kalo buat Maretha gak papa."
"Idih. Bisa-bisanya." komentar Selvy.
Teresa tiba-tiba berdiri, mengibas-ibaskan roknya. "Ayo, Tha, main di luar sama guee!"
"Ayo! Ayo!"
Beberapa saat setelah keduanya keluar kelas. Memancing yang lain untuk keluar juga. Agnesㅡsebagai kameramen setia, juga Dul, Yorian, Fahmi, Hafidz dan Davi turut bergabung saat tak sengaja melihat betapa serunya Maretha meluncur di atas lantai yang licin karena percikan air hujan yang di sertai angin tersebut, membuat rok panjang abu-abunya basah.
"Yaallah, kelakuan."
Tak hanya anak-anak kelas 3 IPS 4. Anak-anak kelas sebelah a.k.a kelas 3 IPS 5 juga turut bergabung. Berseluncuran di koridor depan kelas masing-masing. Bersenang-senang. Tertawa bersama. Melupakan sejenak tumpukan tugas mereka yang menggunung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 💭. we are classmate's ㅡ re-upload
Fiksi RemajaIni kisah milik mereka. Di dalam cerita ini semuanya terlihat lebih indah, dari aslinya. Ini mungkin juga tentang 'Bagaimana cara mereka untuk menikmati apapun yang telah mereka punya, dan menghargai apa yang telah ada.' Sebelum akhirnya penyesalan...