Lita dan Lina tengah berjalan berdampingan menyusuri koridor kelas 3. Dengan saling mengobrol dan bercanda gurau, mengabaikan segerombolan cowok yang berkumpul di bangku panjang depan kelas IPS 1.
"Lin! Lina!" panggil seseorang, membuat Lina semakin mempercepat langkah kakinya. "Duh, jalannya cepet banget, sih." Dia berusaha menjajari langkah Lina.
"Cepetan! Keburu dia nyamperin!" bisik Lina pada kembarannya. Keduanya kompak berjalan cepat.
"Eits! Mau kemana sih buru-buru banget?" Lina mendengus, saat cowok itu berhasil menggapai tangannyaㅡtepat di depan kelasnya.
"Angkasa, please, deh? Gak usah gangguin gue terus." Lina mencoba untuk melepas cekalan tangan Angkasa dari lengannya.
Cowok itu menggeleng. "Gue gak akan pernah lepasin lo. Dan gak akan pernah berhenti gangguin lo." Angkasa menyeringai.
Lina berdecak. "Awas ah! Lo serem kalo kayak gitu."
"Ya makanya."
"Makanya apa?!"
"E-eh, santai dong. Nanti pas jam istirahat, ke kantin bareng ya?" ujar Angkasa dengan menaik-turunkan alisnya, membuat Lita yang sedari tadi menyimak bergidik ngeri.
"Males! Ke kantin aja sana sendiri! Ogah gue ikut lo." tolak Lina mentah-mentah. Dia berhasil melepas cekalan tangan Angkasa, langsung mendorong bahu cowok itu menjauh. "Udah sana! Ganggu aja."
Angkasa tersenyum masam melihat kepergian Lina bersama kembarannya. Lagi-lagi dirinya gagal pendekatan.
"Gagal lagi, bro?" sahut salah satu temannyaㅡArya.
Angkasa menoleh, mengangguk malas. Ia kembali duduk bersama teman-temannya dengan sesekali menghela nafas lelah. Tepukan di pundaknya membuatnya melirik sekilas. "Sabarin aja. Nikmatin prosesnya." ujar Vandoㅡyang menjadi salah satu dari mereka.
"Enak lo anjir tinggal ngomong. Pengen balikan gue ini! Elah." Frustasi. Angkasa meninju-ninju anginㅡmelampiaskan kekesalannya.
"Nanti gue bantuin." kata Vando membesarkan hati. "Bantu doa tapi." lanjutnya.
Seketika mereka semua tertawa, membuat raut wajah Angkasa semakin masam.
"LITA LINA KAS!"
"Yaallah, Sel, belum juga duduk, udah ditagih kas aja." keluh Lita, elus dada.
"Bodo amat, kas kas."
"Maless." balas Lina yang langsung duduk di tempat duduknya, mengabaikan Selvy.
"LINAAAAAAㅡeumph!" Alia langsung meraup kasar wajab Selvy dengan perasaan kesal. "Brisik!"
Selvy langsung melotot horor di tempat duduknya. Tak mau kalah, pelototan Alia jauh lebih horor. "Apa lo?"
"Udah, Sel, lo narik kas aja, gak usah ngurusin Alia." Nara langsung menunjuk beberapa teman mereka yang mulai berdatangan. "Tuh, tuh, tangihin kasnya, mau kabur itu."
"OEEEE! KAS WOEEE!"
Teresa meringis seraya menutup telinganya. "Allahu, lo narik kas apa ngajak ribut sih, Sel? Pelan-pelan kan juga bisa."
"Gak!"
Kaily menyikut lengan Teresa pelan. "Udah, lo juga ngapain ngeladenin, Selvy. Biarin aja, ketimbang lo dikuliti."
"Ngomong apaan lo, Kaily?" sergah Selvy melirik tajam, membuat Kaily langsung menyengir dan menggeleng. "Gak ada. Gak ngomong apa-apa."
"Kas kas." Persis seperti debt collector yang menagih hutang. Selvy berdiri dihadapan mereka dengan berkacak pinggang, menatap tajam, siap-siap menguliti siapapun yang enggan membayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 💭. we are classmate's ㅡ re-upload
Fiksi RemajaIni kisah milik mereka. Di dalam cerita ini semuanya terlihat lebih indah, dari aslinya. Ini mungkin juga tentang 'Bagaimana cara mereka untuk menikmati apapun yang telah mereka punya, dan menghargai apa yang telah ada.' Sebelum akhirnya penyesalan...