Part 22 - Penilaian Yang Salah

258 49 196
                                    

Hai, selamat datang di lapak My Fictional Protagonist

Apa kabar kalian?

Maaf ya, baru bisa update lagi. Baru ada waktu buat ngetik.

Jangan lupa vote dan komen ya. Jangan silent readers.

Warning!! ⚠️⚠️‼️‼️🔞Part ini ada sedikit adegan yang tidak pantas. Buat kalian yang belum punya KTP harap minggir!!!

Happy Reading.

*****
Apa yang kita pikir baik, belum tentu baik. Apa yang kita pikir benar, belum tentu benar. Jangan pula terlalu percaya pada orang yang baru dikenal, apalagi kalau orangnya pandai manipulatif.
*

****





Taksi yang Alteza naiki berhenti di gerbang kampusnya. Hari ini, kesialan seolah berpihak pada Alteza. Motor miliknya mendadak mogok di jalan. Mau Taka mau, Alteza mendorongnya sampai ke bengkel. Karena khawatir datang telat, Alteza jadi memesan taksi online untuknya.

Sembari merapikan rambutnya yang berantakan, Alteza masuk pekarangan kampus yang dipenuhi pohon rindang setiap sisinya. Beberapa mahasiswa yang berselisih, menatapnya dengan kagum karena sukmanya yang begitu indah.

Namun, Alteza tetap memasang wajah dinginnya ketika ada yang menyapa. Bukannya dia sombong, hanya saja, dia memang tidak suka dipandang dan dipanggil dengan nada genit dari lawan jenis.

Sesampai di kelas, Alteza terkejut, ketika mendapati Cakra di sana. "Lho, Cak, kok lo masuk?"

"Emangnya kenapa? Lo ngarep gue bolos lagi? Kapok gue, nilai IPK rendah bisa diamuk Bokap nanti."

"Bukan itu maksud gue. Bukannya lo harusnya nemenin Alora pemotretan di puncak?"

"Oh, itu. Gue tadinya memang mau nemenin dia, tapi katanya si Raynar gak usah." Cakra mengatakan secara singkat pesan suara yang Raynar kirimkan padanya tadi malam. "Biar gue kuliah aja, soalnya gue sering absen buat dampingi Alora pemotretan."

"Dan lo, percaya dia gitu aja?" Raut wajah Alteza berubah serius.

"Iyalah. Orang Raynar bilang, dia bakal jagain Alora. Lagian dia di sana gak sendiri. Ada model lainnya juga." Cakra tetap melanjutkan aktivitasnya  bermain game yang tertunda.

"Model lain maksudnya si Leda?" Vaela yang sedari tadi menyimak, kini membuka suara.

"Bukanlah. Si Leda, kan udah dipecat dua hari lalu," sahut Cakra cepat.

"Dipecat?'' Alteza membeo dengan wajah terkejutnya. "Lo tau alasannya dipecat apa?"

"Ya mana gue tau." Cakra mengangkat kedua bahunya tak acuh.

Firasat Alteza mendadak tidak enak. Intuisinya mengatakan seolah Alora sedang dalam labirin permasalahan pelik.

"Za, kenapa?" tanya Vaela bingung, wajah Alteza sulit dia baca.

"Gue titip absen, ya. Gue mau nyusulin Alora." Tanpa aba-aba, Alteza keluar dari kelas. Sembari menelepon Akriel untuk meminta bantuan. Untung saja abangnya itu sedang tidak di rumah sakit.

My Fictional ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang