Part 18 - Suka Atau Tidak?

353 66 241
                                    

Hai gais, akhirnya bang Ilham datang lagi nih.

Jangan silent readers ya. Nanti bisulan.

Bantu vote tembus 1K yuk!

Kalau kalian baca of line, vote aja nanti masuk kok.

Play List|| Pilu Membiru - Kunto Aji

Happy Reading

_____
Terkadang, seseorang lebih sulit memahami perasaannya sendiri, dibanding orang lain. Bukan karena tidak peka, hanya saja, hati dan pikiran kadang tak seirama.
***

Hari ini Alteza ngotot ikut ke acara pemotretan Alora. Bahkan, dia sampai berkali-kali menghubungi Cakra agar memberi tahu di mana lokasinya.

Rupanya, Alora pemotretan di dekat danau yang sudah dihiasi properti. Jembatan kayu yang melingkar membentuk gambar hati. Dengan bunga-bunga indah sebagai background-nya.

Alteza berteduh di bawah pohon rindang, sambil menunggu Alora yang katanya sedang didandani. Sedangkan Cakra, cowok itu pergi ke toilet, untuk menuntaskan panggilan alamnya.

"Eh, ada Alteza. Lo pasti ke sini mau lihat gue pemotretan, kan?"

Suara itu membuat Alteza menoleh. Napasnya berembus kasar, dia mendengkus ketika melihat gadis yang baru saja selesai difoto itu. Meski di lokasi yang sama, tapi tempatnya berbeda. Ada tempat sendiri untuk pemotretan solo dan couple.

"Pede banget lo," ketus Alteza. "Gue ke sini buat lihat Alora, bukan lo."

Senyum di bibir Leda meredup, dia tidak suka nama gadis itu disebut-sebut. "Kenapa Alora, sih? Kenapa bukan gue?"

"Lah, emang lo siapa gue, sampai-sampai gue harus lihat lo pemotretan?" Alteza membuang muka. "Gak penting banget."

"Emang, Alora siapa lo, sampai lo mau datang ke sini dan lihat dia pemotretan?" Leda bertanya balik. "Sepenting itu, ya?"

Sial! Pertanyaan yang Alteza lontarkan menjadi bumerang untuknya sendiri.

Alora sepenting itu buat gue?

Enggak-enggak. Gue, kan ke sini karena hanya penasaran.

"Eh, Lada hitam, ngapain lo di sini?" Cakra yang baru saja kembali dari toilet, terkejut melihat keberadaan Leda.

"Gue kerja di sini, dodol." Pandangan Leda kembali teralih pada Alteza. "Ternyata bener dugaan gue, lo suka Alora, kan?"

"Suka atau enggak, urusannya sama lo apa?" Alteza membalas dengan pertanyaan sarkas.

"Ya gue cemburu, Teza. Gue, kan suka lo dari lama."

"Cih. Cemburu, cemburu. Lo gak berhak tau?" sinis Cakra.

"Diem. Lo gak diajak." Leda menatap Cakra sinis.

"Bodo. Mendingan lo balik kerja sono. Manajer lo matanya melotot-lotot tuh." Cakra menunjuk Om-om berkumis tipis yang sedari tadi melihat ke arah mereka.

Akhirnya, Leda beranjak pergi. Dia harus mengganti gaunnya dengan gaun baru untuk pemotretan selanjutnya.

***

"Alteza, kamu beneran ke sini?"

Alteza menoleh, ketika suara lembut itu menyapanya. Dia cukup terpana, oleh pesona sukma yang begitu indah di hadapannya.

Rambut cokelat Alora di mix dengan warna blonde. Di biarkan tergerai indah dengan bergelombang.

Namun, tatapan itu berubah tajam ketika melihat baju yang dipakai Alora. Gadis itu mengenakan gaun tak berlengan bewarna putih dengan bahan renda. Parahnya lagi, meski gaun panjang sampai mata kaki, ada belahan memanjang sampai paha gadis itu.

My Fictional ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang