21. Mandi sama Papa

5.9K 517 103
                                    

Ada yang masih inget sama Daffa?
.
.
.

Sepuluh hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Daffa sudah diizinkan untuk rawat jalan di rumah. Asal seminggu sekali anak manis itu harus rutin ke rumah sakit untuk control hasil kesehatannya.

Karena kondisi Daffa yang tidak memungkinkan naik turun tangga untuk mencapai kamarnya, Jeffrey telah memindahkan kamar Daffa di lantai satu untuk sementara waktu. Daffa juga tidak keberatan jika ia harus menempati kamar tamu sampai kondisinya kuat untuk berjalan. Toh Jeffrey sudah memindahkan barang-barang Daffa di kamarnya yang baru.

Sore ini ketika Jeffrey membantu Daffa ke kamar mandi untuk bersih-bersih, anak itu menatap Jeffrey dengan tampang memelas penuh permohonan. Hanya cuma masalah sepele sebenarnya, Daffa hanya ingin mandi dengan normal sebagaimana mestinya. namun permintaan sederhana itu mampu membuat sepasang anak dan ayah itu berdebat dengan sengit di sore hari begini.

"Ayo dong, Pa. Daffa pengen banget mandi biar seger. Daffa udah sembuh. Udah gapapa. Masa udah sebelas hari Daffa cuma di seko-seko aja badannya. Daffa pengen banget bisa keramas. Terus juga mandinya di guyur pake air, bukan di usap-usap doang pake handuk basah. Pasti seger banget deh, udah ga enak banget rasanya badan Daffa, Pa," si anak tidak pantang menyerah untuk merayu. Sudah lima belas menit mereka berada di kamar mandi dan mereka tidak melakukan apa-apa selama di dalam sana.

"Hari ini jangan dulu, Daffa," Jeffrey berkata pelan namun tegas menolak permintaan anaknya.

Tadi apa katanya? Pengen keramas sama mandi di guyur guyur? Bahkan jahitan di luka anak itu saja masih belum benar-benar kering. Jeffrey haruslah teguh pendirian.

"Kenapa masih ga boleh?!" Tanya Daffa protes, agak capek berhadapan dengan Jeffrey yang pantang menuruti permintaannya yang menurutnya sepele ini.

"Papa semalem ga mau nemenin Daffa tidur pasti karena Papa ga nyaman kan kalau tidur bareng Daffa?" Tanya Daffa kesal. Ia jadi overthinking sekarang. Bukannya Daffa itu manja ingin dikelonin kalau tidur. Tapi ia memang sulit jika harus beradaptasi di tempat yang baru. Tidak ada tempat manapun yang lebih nyaman selain kamarnya. dan yang akhir-akhir ini Daffa sukai adalah pelukan Papa yang hangat dan menenangkan.

"Bukan gitu. Papa bukannya ga mau, papa hanya takut kalau nyenggol badan kamu waktu papa ga sadar," Jeffrey mencoba menjelaskan dengan sabar.

"Alesan aja terus!" Daffa sungguh merasa dongkol. Raut mukanya sudah sangat masam. Seandainya bisa, ia tidak mungkin meminta bantuan Jeffrey. Namun apa daya jika untuk berdiri saja ia masih butuh penopang, hal itu jadi membuat Daffa harus bergantung kepada Papanya sampai ia mampu untuk melakukan apa-apa sendiri. Rasa-rasanya ia ingin menangis saja karena saking kesalnya. Daffa memalingkan muka agar tak terlihat lemah.

"Beneran Daffa. Kamu ga tau paniknya papa waktu kamu diam-diam nangis tengah malam karena ga sengaja kaki kamu ketimpa sama kakinya papa. Papa takut kejadian kaya gitu terulang lagi"

Jeffrey masih ingat betul waktu di rumah sakit Daffa mengeluh kepalanya pusing, pun anak itu juga mengeluh kakinya terasa ngilu. Lantas dokter pun menginjeksikan obat pereda nyeri pada infusan Daffa agar rasa sakitnya menghilang. anak itu tak berhenti merintih kesakitan selama obat itu belum bereaksi, sampai akhirnya Jeffrey naik ke ranjang Daffa dan merengkuh anak itu kedalam pelukannya. Mengelus lembut punggungnya teratur agar membuat Daffa tenang dan membiarkan Daffa menangis untuk menyalurkan rasa sakitnya hingga tanpa sadar keduanya sama-sama tertidur dalam satu ranjang.

Namun sekitar jam 2 dini hari Jeffrey terbangun karena sayup sayup mendengar Daffa menangis lagi karena kakinya ga sengaja menindih kaki Daffa yang habis di operasi. Kalau ditanya kenapa Daffa tidak membangunkannya?. Dan jawaban Daffa membuat Jeffrey merasa bersalah sampai saat ini. "Daffa udah bangunin papa, tapi papa ga bangun bangun" jawab Daffa lirih sambil sesenggukan. Jeffrey menyadari dirinya saat itu sangat kecapean karena mengurus Daffa, ia juga kurang istirahat. Jadi ketika tubuhnya direbahkan di kasur. Hal itu membuatnya merasa nyaman dan lalai akan hal-hal disekitarnya.

PAPA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang