15 Januari 1999
Sore hari, saat Fielda dan Roara pulang berkebun berjalan kaki, tiba tiba terdengar suara teriakan beberapa orang sambil berlarian terbirit birit, Roara menghentikan langkahnya, mengarahkan Fielda untuk berdiri dibelakang tubuh Roara yang sedang membawa keranjang penuh buah di kepalanya, sesekali ia berusaha menghentikan orang orang yang sedang berlari ketakutan. Namun, tak ada yang mau berhenti, malah ada yang berusaha menarik Roara untuk pergi.
"Mama, kenapa mereka lari lari? " Tanya Fielda , sambil memeluk pinggul mamanya.
"Tenang sayang, mama juga tak tahu, ko tetap dibelakang mama e, jangan kemana mana dulu" Ucap Roara sambil memegang tangan Fielda. Seperti tanpa ada sedikitpun rasa takut, Roara terus berdiri menunggu bahaya apa yang mengancam saudara setanah airnya.
Tak lama kemudian datang empat orang lelaki membawa keranjang buah dan sayur hasil panen yang dipikul sambil berbincang dan tertawa.
Melihat hal itu Roara bertanya kepada mereka dengan nada tegas."Hey, korang liat banyak orang orang berlarian tadi? Kenapa korang bisa berjalan dengan santai sambil tertawa?" Ucap Roara sambil menaruh keranjang buahnya ke tanah.
"Apa tidak boleh kita tertawa, nona manis?"
"Lebih baik, korang balik, taruh korang punya hasil panen, biar kitorang yang bawa, ko pulang lah, pulang!!! " Ucap beberapa lelaki itu.
Roara hanya tersenyum sinis mendengar hal itu,"Kalian jangan merampas sa pu mama" Ucap Fielda sambil berdiri di sebelah mamanya, seperti menantang, membela mamanya.
Tawa mereka semakin menjadi karena mengetahui ada anak kecil yang menyuruh mereka untuk berhenti. Salah satu dari mereka mendekat
"Memangnya, korang mau apa dek? Nangis? Teriak teriak? " Ucap salah satu lelaki perampok itu mendekat, sambil membungkukkan badannya ke arah Fielda, dengan tatapan penuh ejekan. Melihat ada kesempatan, Roara memukul kepala pria itu dengan lutut, hingga terkena mata kiri lelaki perampok itu.
"Arrrrggghhhh, sialan!!!! Dasar babi korang!!!" Ucap lelaki itu sambil menutup mata kirinya dengan tangan, menahan sakit dari lutut Roara. Fielda pun tertawa kecil. Melihat hal itu, para perompak itu menjadi marah, masing masing dari mereka mengeluarkan pisau belati, bersiap menantang Roara.
Roara mengambil parangnya yang menancap di buah pepaya didalam keranjangnya. Menyuruh Fielda mundur, dan bersembunyi ditempat yang aman.
Empat lelaki dengan belati , melawan satu wanita dengan parang. Fielda berlari menuju semak semak, pertarungan pun dimulai, Roara berusaha menghindari serangan yang terus dilontarkan kepadanya, dan berusaha menyingkirkan belati dari tangan para lelaki perompak itu, memukul mereka dengan gagang dan bagian parang yang tumpul. Tiba tiba ditengah perkelahian, Fielda keluar dari semak semak, memukul para lelaki itu dengan batang bunga Euphorbia yang diikatkan di ujung patahan ranting rotan yang panjang. Fielda terus memukuli mereka satu persatu tanpa henti, karena duri dari batang tanaman Euphorbia, mereka berdarah.
Serangan Fielda berhasil melukai para perompak, karena kerja sama antara Roara dan Fielda, akhirnya perompak itu kabur, meninggalkan hasil panen dan belatinya. Roara pun memeluk Fielda, dan mereka pun pulang dengan santai,
"Mama, apa Fielda su besar sekarang? "
"Sudah nak, Fielda su besar, su bisa membela diri"
"Jadi , apa sa boleh ikut bapatua ke sebrang mama? "....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cendrawasih : Cahaya Dari Timur
FantasyPAPUA adalah pulau besar di ujung timur Indonesia, penuh dengan keindahan dan kekayaan alam hingga dijuluki sebagai tanah surga. Namun meski dijuluki tanah surga, Papua tidak selalu damai. Kemunculan PENARA yang meneror warga, menculik para laki lak...