Lembah Baliem

13 8 1
                                    

Suatu hari di tahun 1995
Sebuah acara adat yang telah turun temurun sejak tahun 1989 diselenggarakan di lembah Baliem, Wamena, Jayawijaya.
Pada saat acara menuju ke bagian perang antar suku antara Suku Dani, Suku Yali, dan Suku Lani. Ratusan penonton dari beberapa distrik menikmati acara tersebut dengan sorakan semangat.
"Kenapa mereka saling pukul Bapa? " Tanya seorang gadis kecil berumur 5 tahun, bernama Fielda Itsy, yang duduk di gendongan ayahnya, Drio Liben Itsy.
"Itu hanya akting saja, mereka tidak benar benar saling pukul sayang" Jawab ayahnya.
"Apa itu akting, bapa? "
"Akting itu pura pura saja, sayang"
"Kenapa pura pura Bapa? "
"Karena mereka su damai, su akrab sayang, jadi mereka tidak benar benar pukul, itu namanya tradisi sayang" Jawab sang mama Roara Itsy, yang berdiri di sebelah ayah Fielda.
"Apa itu tradisi mama? "
"Tradisi itu, acara yang harus dilakukan, untuk mengenang apa yang dilakukan nenek moyang" Jelas sang mama.
"Jadi nenek mereka dulu benar benar perang mama? "
"Iya sayang, dulu mereka saling perang" Jawab sang ayah sambil mengelus punggung kecilnya.
"Kenapa mereka perang bapa? "
"Mereka perang untuk melindungi yang mereka miliki, yang mereka cintai sayang" Jelas sang mama, sambil mengusap kepala Fielda
"Makanya Fielda harus tumbuh kuat, pintar, dan berani, supaya bisa melindungi orang yang Fielda cintai, melindungi yang Fielda sayang punya" Ucap sang mama sambil memberikan senyuman manis kepada Fielda, dan tangannya mengusap bahu ayah Leben
"Apa Fielda kalo besar harus perang ,mama?" Fielda bertanya dengan mata yang polos.
"Harus siap sayang" Jawab kedua orang tua Fielda.

Cendrawasih : Cahaya Dari TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang