Dua Cendrawasih

2 2 0
                                    

Fielda dan Roara, dengan perlengkapan tameng, belati dan panah. Dengan berani berlari menuju ke arah pemukiman yang terjadi serangan Penara. Gereja dan rumah mereka bakar dengan sangat kejamnya. Banyak lelaki yang dilumpuhkan dan dibawa secara paksa, Tua Muda, beberapa wanita yang melawan tak segan untuk mereka tembak. Hingga saat ini Fielda dan Roara masih tidak tahu alasan Penara yang tiba tiba menyerang.

Fielda dan Roara, mengendap endap dibalik bangunan yang rusak dan pepohonan. Roara menyusun strategi untuk melawan pasukan Penara
"Korang kasih mama perlindungan dari belakang, biar mama yang maju! " Ucap Roara
"Tapi, mama? Kenapa kitorang tidak maju bersama?" Tanya Fielda.
"Ko bawa panah, sa bawa belati, habiskan dulu ko pu anak panah itu" Ucap Roara, sambil mengambil belati yang ia ikat di pinggulnya.
"Jangan diam ditempat, sekali panah, korang pindah tempat, tapi jangan sampai terlihat!" Ucap Roara sambil berlari membungkuk menuju pria yang hendak menusuk wanita. Dan "tssssk" Roara menusuk pria itu dari belakang, pria itu tergeletak sambil berteriak "apahayaa"
Sontak beberapa pasukan Penara kira kira berjumlah 10 pria berlari menuju Roara, dan beberapa lainnya berlari menjauh menuju hutan.

"Swing.... Swing.... Swing... " Bunyi anak panah yang diluncurkan, Fielda berhasil membidik 3 orang, salah satu musuh melihatnya dan menghampirinya, lalu Fielda pun berpindah tempat persembunyian. Melihat hal itu Roara melemparkan belati ke kaki musuh yang berusaha menghampiri Fielda hingga pria itu tersungkur dan menjerit kesakitan. Roara berlari mengambil belati yang tertancap dikaki musuh, dan memukul kepala pria yang tersungkur itu dengan tamenngnya, sangat keras, hingga pria itu tak sadarkan diri.

Dilain tempat ada salah satu musuh membawa senjata api, dengan nafsu amarahnya, pria itu mencoba membidik ke arah Roara, melihat itu, Fielda langsung melompat ke arah ibunya dan tepat saat pria itu menembakkan peluru, Fielda melindungi ibunya dengan perisai ditangan kanannya.

Roara dan Fielda pun menyusun perisai mereka sebagai tempat perlindungan diri, dengan Perisai Roara yang ditancapkan di tanah, dan Perisai milik Fielda yang diletakkan diatas. Namun, Pria yang menggunakan senjata api itu dengan nafsu amarah, terus menembakkan pelurunya ke arah Fielda dan Roara, berharap pelurunya dapat merusak dan menembus Perisai yang memiliki ukiran khas Papua. Hingga akhirnya ia kehabisan peluru.

Cendrawasih : Cahaya Dari TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang