21 Agustus 2015
12:30 WIT
Drio Liben seorang pensiunan anggota tentara angkatan darat yang meninggal karena serangan Penara dimakamkan. Disaksikan oleh semua saudara, dan beberapa kerabat TNI.
Fielda berdiri disamping mamanya, Roara. Ia berusaha untuk tegar melepas kepergian papanya, Drio Liben.Dalam hati Roara terselimuti rasa sedih, marah, kecewa, hingga dendam. Dalam hati ia bersumpah akan berusaha menghabiskan Penara, untuk melindungi tanah Papua dari teror dan juga agar tidak ada keluarga yang kehilangan seperti ia kehilangan papanya.
Setelah acara pemakaman selesai, mereka semua kembali pulang. Fielda pun bergegas menuju kamar papanya, merebahkan dirinya sambil menangis. Roara menghampiri Fielda dan mengelus kepala Fielda yang sedang bersedih. Raka pun mendengar tangisan Fielda, iya ikut menengok Fielda dikamar papanya.
"Nak Raka, korang istirahat di kamar dulu ya, biar Fielda sama mama dulu" Ucap Roara.
"Baik mama Roara" Jawab Raka, sambil pergi menuju teras rumah dan menyalakan rokok."Fielda, sudah nangisnya?" Tanya Roara. Namun Fielda masih enggan untuk meresponnya, seakan tidak mendengar.
"Juara bela diri kok nangis? Percuma korang nangis, nak! Ko pu air mata itu tidak bisa merubah takdir" Ucap Roara.
"Seandainya saja Fielda dirumah, papa pasti akan selamat mama" Ucap Fielda dengan isak tangis.
"Tidak juga, dimanapun Fielda atau mau apapun yang Fielda lakukan tidak akan mengubah garis yang sudah ditentukan. Tuhan Yesus menyayangi papa, ko pu papa su lama berjuang! " Jawab Roara.
"Sudah ya!" Imbuh Roara, menenangkan Fielda.Tiba tiba terdengar suara gemuruh tembakan dari kejauhan. Fielda pun terkejut, dan langsung bangkit dari ranjang, menemui Raka. Namun, ia tidak menemukan Raka di kamarnya, ia dan Roara berusaha mencari diluar rumah pun tidak menemukan Raka. Suara baku tembak semakin terdengar jelas, banyak orang berlarian. Fielda pun menatap kearah mamanya, "Ini kesempatan Fielda ma!"
"Tetap dibelakang mama" Ucap Roara.
"Tidak! Mama dirumah saja" Bantah Fielda.
"Ee, tidak ada mama mematuhi anak! Anak yang harus patuh sama mama" Jawab Roara.Mereka pun mengambil tameng mereka, mengganti baju mereka dengan pakaian yang memiliki pelindung besi dan tidak lupa menggunakan topeng untuk menutupi identitas diri mereka.
Fielda dan Roara bersiap untuk tempur, Fielda membawa tameng dan panah, sedangkan Roara membawa tameng dan belati. Mereka berlari menuju arah baku tembak, bersiap untuk menaklukan Penara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cendrawasih : Cahaya Dari Timur
FantasyPAPUA adalah pulau besar di ujung timur Indonesia, penuh dengan keindahan dan kekayaan alam hingga dijuluki sebagai tanah surga. Namun meski dijuluki tanah surga, Papua tidak selalu damai. Kemunculan PENARA yang meneror warga, menculik para laki lak...