9 Januari 1989, Iwandoga, Kabupaten Paniai, Wissel Lake, Papua
"Rindu rumah bung?" Ucap Tumingan kepada Drio Liben Itsy.
"Sa punya istri su hamil tua, katanya antara Februari atau Maret kira kira dia melahirkan" Ucap Drio sambil mengembalikan foto hitam putih istrinya kedalam sakunya.
"Ini masih Januari bung, jangan khawatir, kita akan selesaikan ini dengan cepat" Ucap Tumingan, sambil menepuk pundak Drio.
Tak lama kemudian, tiba tiba terdengar suara baku tembak dari arah utara desa Iwandoga. Drio dan Tumingan pun segera menuju ke arah suara tersebut untuk memeriksa. Dilengkapi dengan senapan M16A1, satu pistol kecil, beberapa granat dan dua pisau sangkur. Terlihat beberapa orang bersenjata berusaha mendekat dan menembaki anggota ABRI yang terlihat di area lokasi. Drio dan Tumingan pun segera berlindung dibalik pohon beringin besar yang berada di tengah hutan, ditempat terjadinya baku tembak.
Karena terus dihujani tembakan, Tumingan pun melemparkan satu buah granat ke arah musuh sisi kiri. Secara bersamaan, Drio melemparkan satu buah granat ke arah musuh sisi kanan.
"Dhuarrrrrrr" Seketika, suara granat mengumandangkan perintah untuk melontarkan serangan balasan kepada musuh.
Asap dan runtuhnya pepohonan memberikan kesempatan pasukan ABRI untuk melumpuhkan musuh. Mereka melumpuhkan kaki musuh dengan tembakan, dan pisau sangkur. Sementara itu, ditengah perkelahian, Drio melihat salah seorang penembak berlari menjauh. Drio mengejarnya.
Drio berusaha melumpuhkan orang tersebut dengan tembakan, namun ia terlalu lincah untuk dibidik. Ia terus mencoba hingga peluru pistolnya habis. Tak kehabisan akal, kali ini Drio langsung Membidik nya dengan pisau, mengincar kakinya dan "Sliiiiiing" Sebilah pisau tertancap di betis musuh. Pria itu jatuh tersungkur.
"Siapa ko? Siapa ko? " Tanya Drio sambil memegang tangan pria itu dan menindihnya dengan lutut. Masih dengan nafas terengah engah. Drio bertanya dengan nada geram.
"Saya musuh korang semua" Ucap pria tersebut, sambil memutar badannya secara tiba tiba, menjatuhkan Drio. Lalu pria itu mencabut pisau yang tertancap di betisnya. Drio pun langsung bangkit, dengan tatapan penuh amarah, ia mengeluarkan sebilah pisau, seperti melayani tantangan untuk beradu pisau.
Sejenak mereka saling menodongkan pisau, lalu tiba tiba...
"Dorrr"
Pria itupun terjatuh , sebuah peluru M16A1 melubangi kepalanya. Drio menoleh ke arah belakangnya, ternyata Tumingan yang telah menembak pria tersebut hingga mati di tempat."Kamu tidak apa apa kan , bung?" Tanya Tumingan,
"Sa baik baik saja!, Kenapa korang tembak mati dia?" Tanya Drio
"Temannya dia ini tertangkap dan enggan untuk memberi tahukan kepada kita siapa mereka, bahkan sampai bunuh diri bung! Jadi...percuma" jawab Tumingan
"Tapi tidak seperti ini caranya bung!!" Ucap Drio
"Sudahlah, sudah terlanjur... kita bawa saja dia ke markas"
Drio dan Tumingan pun membawa mayat pria tersebut menuju pedesaan untuk dikubur.
Dalam satu hari, sudah ada 12 orang tak dikenal yang bersenjata berhasil dilumpuhkan. Dan mereka dibawa ke pos ABRI untuk diperiksa. Kejadian ini mengakibatkan 5 orang meninggal, 2 diantaranya adalah anggota ABRI, dan 3 Pasukan bersenjata tak dikenal. Menjadikan daftar kematian di Paniai berjumlah 2.539 Jiwa sejak 24 Juni 1985
KAMU SEDANG MEMBACA
Cendrawasih : Cahaya Dari Timur
FantasyPAPUA adalah pulau besar di ujung timur Indonesia, penuh dengan keindahan dan kekayaan alam hingga dijuluki sebagai tanah surga. Namun meski dijuluki tanah surga, Papua tidak selalu damai. Kemunculan PENARA yang meneror warga, menculik para laki lak...