Bab 16: Kapan ibu pulang?

1.6K 306 40
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Cethava mengusap matanya perlahan, padahal sedang mimpi indah, namun rasa haus di tenggorokannya itu mengganggu. Gadis delapan belas tahun itu duduk lebih dulu di pinggiran kasur, sang adik Reva, sudah tidur pulas, namun buku paketnya masih berserakan di lantai kamar. "Huh, emang ini anak satu, gak bisa apa kalau diberesin dulu bukunya baru tidur?" gumam Cethava.

Dengan perasaan kesal, Cethava bangkit dari atas kasur dan langsung membereskan buku-buku milik Reva untuk dia letakkan pada meja di kamarnya. Semoga saja besok tidak ada lagi buku yang tertinggal. Ya beginilah Reva, begini alasan kenapa bukunya ada saja yang tertinggal.

Setelah itu, Cethava kembali pada tujuan awalnya terbangun dari lelapnya tidur, yaitu untuk meneguk segelas air putih. Saat membuka pintu kamar, mata Cethava lebih dudlu tertuju pada jam di dinding. Pukul setengah dua dini hari.

"Kak Zi udah pulang belum ya? Aku pules banget tadi sampai gak dengar suara pintu. Mana belum aku kunci, lupa," gumamnya lagi.

Cethava menutup pintu kamar, berjalan sekitar lima langkah hingga tiba pada ruang depan yang tidak jauh dari kamarnya. "Kak Zi," lirih Cethava.

Ternyata kakaknya tertidur di sofa ruang depan. Sebenarnya saat membuka pintu kamar langsung terlihat ruang depan, namun kalau dari kamar Cethava dan Reva, dibatasi oleh sebuah dinding lebih dulu. Azhiva tertidur pulas di sofa tanpa membersihkan pakaiannya lebih dulu. Dia masih memakai celana bahan hitam dengan kemeja garis berwarna putih yang Cethava lihat saat terakhir kali melihatnya tadi.

"Kak Zi baru pulang kayaknya."

Cethava mengurungkan niat untuk ke dapur dan mengambil segelas air, sekarang, ia memilih untuk kembali ke kamarnya, dan sepersekian detik, gadis itu sudah kembali ke ruang depan dengan sebuah selimut. Cethava menyelimuti tubuh Azhiva, sepertinya dia tidak tega untuk membangunkan.

"Capek banget ya kak, sampai ketiduran di sini?" Cethava terdiam sejenak saat telapak tangannya tak sengaja menyentuh lengan Azhiva. Hangat, ia langsung mengecek bagian keningnya.

"Panas, Kak Zi sakit?"

Mau tidak mau, Cethava harus membangunkan kakaknya untuk menanyakan keadaan. Cethava takut terjadi sesuatu pada sang kakak. "Kak Zi," lirihnya seraya menepuk pelan pundak Azhiva.

"Kak Zi sakit ya? Badan kakak panas."

Tak butuh waktu lama, perlahan Azhiva membuka matanya, mengusap mata lebih dulu untuk melihat Cethava dengan jelas. "Tha, aku ketiduran ya?"

Saat Azhiva akan bangkit, Cethava mencoba membantunya. "Kok ada selimut di sini?"

"Iya, tadi aku yang bawain. Tadinya aku gak tega mau bangunin kakak, karena di luar lagi hujan aku takut kakak kedinginan, makannya aku bawain selimut."

"Ah, makasih ya. Aku kayaknya tadi ketiduran, niatnya cuma rebahin badan aja sebentar," ucap Azhiva.

"Kak. Badan Kak Zi panas tau. Kakak sakit ya?"

Pelangi Tanpa Warna | end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang