Ketidakhadiran Aksa di hidupnya membuat ada bagian yang terasa kosong akhir-akhir ini. Namun kembali lagi, Ranum tidak ingin menyiksa dirinya dengan harapan yang semakin besar. Jika ia tidak melupakan tentang perasaannya maka perasaan itu akan tumbuh menjadi sesuatu yang egois nantinya. Ranum tidak ingin menyakiti siapapun, ia memilih beristirahat lalu kembali di waktu yang ia sendiri tidak ketahui.
Bagian yang terasa kosong dalam dirinya ia isi dengan menjenguk Rayni setiap hari. Tepatnya setiap pulang Sekolah. Tidak ada tangisan dihari-hari berikutnya saat menjenguk Rayni. Ranum berusaha memberikan energi positif pada gadis yang hanya bisa terus berbaring itu.
Saat terakhir kali ia menangis di samping bed yang Rayni tempati, Ranum merasa bahwa mungkin saja Rayni tau bahwa ia sedang bersedih. Sejak hari itu Ranum selalu berusaha menampilkan kebahagiaan setiap kali menjenguk Rayni. Ia harap dengan hadirnya, Rayni bisa secepatnya bangun dari koma. Ada satu cerita yang tak pernah Ranum tinggalkan setiap kali datang menjenguk Rayni, cerita tentang hujan.
"Hujan selalu nungguin kamu lho, Rayn. Setiap kali hujan turun maka disitu juga hujan selalu nyariin kamu. Seandainya hujan bisa berbicara mungkin hujan akan bilang, 'mana yah perempuan yang selalu berlindung di bawah ku, perempuan yang gak pernah ninggalin aku' karena setiap kali hujan turun pasti orang-orang akan berlindung dibawah atap."
"Katanya sih mereka takut sakit kalau kena air hujan, tapi kenyataannya yang bikin sakit itu bukan cuma hujan. Ada orang yang gak kena hujan sama sekali tetap sakit karena berharap sama orang yang salah. Kamu setuju gak Rayn?"
Maka setiap kali Ranum bercerita hal tersebut pada Rayni, seseorang yang dibalik pintu akan ikut tertawa, mungkin suara Ranum terdengar sangat kecil, namun Aksa mengerti apa yang Ranum katakan. Aksa, cowok itu selalu datang lebih lambat dari Ranum. Ia sengaja membiarkan Ranum masuk lebih dulu. Ada dua alasan mengapa Aksa melakukan hal itu. Alasan pertama agar Ranum tidak tau bahwa setiap hari Aksa juga selalu menjenguk Rayni, yang kedua agar Aksa mampu mendengar ocehan Ranum setiap hari. Jujur saja, tanpa Ranum, Aksa juga merasa ada dua ruang kosong di dalam hidupnya. Mungkin saja dengan mendengarkan celotehan Ranum bisa membuat ruang kosong itu terisi meski tidak lagi seperti dulu.
Seperti hari ini, Aksa berjalan cepat melewati koridor rumah sakit berharap bahwa Ranum telah sampai dan mengajak Rayni mengobrol. Tapi tidak seperti hari-hari sebelumnya, Aksa terpaku saat melihat ruangan berwarna putih itu hanya diisi oleh satu orang. Tidak ada Ranum, hanya Rayni yang terbaring seperti biasanya.
Aksa menarik panjang napasnya sebelum memasuki ruangan itu. Sekali-kali ia menoleh melihat ke arah pintu, berdoa semoga Ranum benar-benar tidak datang dan memergokinya sedang bersama Rayni.
"Hai, Rayn."
"Kangen banget sama kamu."
"Bangun yah, kasihan Tante Tari dan Om Nata. Kasihan Ranum juga, mereka bertiga selalu jenguk kamu setiap hari, berharap kamu bisa bangun. Ayo Rayni, banyak yang kangen sama kamu."
Aksa berdecak kesal karena permohonannya tidak dikabulkan saat ini. Rayni masih saja terbaring dengan peralatan medis yang selalu menemaninya.
"Yaudah deh kalau kamu belum mau bangun hari ini. Tapi janji yah harus bangun dan hidup lebih lama. Biar banyak orang yang bahagia."
Hening. Aksa kembali menoleh ke arah jendela, berharap gadis itu mengintip seperti yang selalu ia lakukan. Namun hasilnya nihil, tidak ada Ranum.
"Aku bingung kenapa hari ini Ranum gak datang. Atau dia bosan yah?"
Tidak ada jawaban.
"Gak mungkin sih. Ranum kan udah anggap kamu sebagai kodomo, teman baiknya."
Kali ini Aksa bingung harus membahas apa. Di hari pertama sekolah di semester dua ia rasa tidak ada yang menarik hari ini. Menceritakan hal menyakitkan tentang dirinya dan Ranum pun tidak mungkin, ia tidak akan menceritakan hal sedih pada Rayni. Seperti Ranum, ia juga takut kalau Rayni ikut bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Dari Ranum
Short Story"Pada akhirnya aku menyadari bahwa kehadiran mu hanyalah ilusi yang aku ciptakan." gadis cantik dengan masa lalu kelam, Ranum. Wajah yang selalu teduh saat dipandang itu memiliki trauma yang mendalam yang membuat hidupnya saat ini kian terombang-amb...