Hari ini Ranum menatap burung-burung yang beterbangan dari balik jendela. Tidak ada senyuman yang terbit di wajahnya padahal sore ini langit sedang cerah-cerahnya. Keduanya duduk di sebuah Cafe depan Rumah Sakit. Bukan tanpa alasan mengapa mereka memilih duduk di sana, pasalnya siang ini ruangan Rayni sedang ramai-ramainya penjenguk. Dari pada harus menunggu di ruangan yang berbau obat-obatan, Aksa memilih mencium bau kopi susu di dalam Cafe.
Jangan lupakan bahwa Aksa juga tidak begitu suka dengan keramaian. Di Cafe yang sepi pengunjung seperti siang ini menjadi penenang bagi Aksa, menunggu teman-teman sekelasnya keluar dari rumah sakit. Alunan lagu dejavu oleh Olivia Rodrigo seolah menjadi angin segar yang menerpa di siang hari yang terik seperti sekarang ini.
Aksa menenteng tas nya saat melihat teman-teman sekelasnya telah keluar dari halaman Rumah sakit. Di ikuti Ranum, keduanya sama-sama berdiri lalu beranjak dari Cafe. Keduanya berjalan beriringan Melawati koridor rumah sakit, bau obat-obatan yang selalu menjadi khas rumah sakit ikut serta hingga mereka sampai di depan ruangan putih itu.
Keadaan Rayni terlihat jauh lebih baik. Ditandai dengan Rayni yang sudah bisa duduk, senyumnya juga nampak lebih ceria dari sebelumnya. Monitor yang selalu ada di sampingnya tak lagi terpasang, hanya ada infus yang masih melekat di tangannya.
"Gimana, Rayn?" tanya Aksa saat Rayni mengunyah makanan yang baru Tari suap.
"Kata dokter udah baikan. Tapi harus berlatih jalan dulu," jawab Tari.
Setelah kecelakaan itu terjadi, Rayni harus menerima kenyataan bahwa kakinya mengalami lumpuh. Memang tidak bersifat total, namun tetap saja penyembuhannya memakan waktu yang lama. Rayni juga belum boleh bersekolah hingga semester berikutnya dan harus kembali ke kelas sebelas, saat Aksa dan Ranum telah duduk di kelas dua belas.
Rasanya sangat berat, belum lagi Rayni adalah siswi berprestasi. Sangat disayangkan ia harus kembali ke kelas sebelas di semester berikutnya. Namun bagaimana pun ini adalah jalan terbaik demi kesembuhannya. Ia harus menerima kenyataan bahwa banyak yang berubah setelah ia tertidur selama tujuh bulan, termasuk Aksa yang telah menemukan penggantinya.
"Mamah, boleh gak aku jalan-jalan sama Aksa ke luar kamar. Bosan tau di sini terus," pintanya.
"Boleh, nanti mamah ambil kursi roda, tapi makanan nya harus habis dulu."
Ranum benar-benar merasa asing kali ini. Ia bingung harus memulai pembicaraan dari mana. Alhasil ia lebih memilih diam sembari melihat Aksa, Rayni, dan Tari yang terlihat sangat akrab. Ada penyesalan mengapa ia ikut hari ini, seharusnya ia tidak perlu ikut karena kehadirannya terkesan tidak penting.
"Ranum," panggil Rayni. Ranum dapat bernapas lega karena Rayni tiba-tiba menyapanya, "gak usah ngerasa asing, yah. Di sini semuanya keluarga kamu, kok. Aku sama Aksa mau keluar dulu." Ranum tergelak saat Rayni tau apa yang ada dibenaknya. Untuk kesekian kalinya ia kembali geming, hanya membalas kalimat Ranum dengan anggukan.
Disinilah Aksa dan Rayni, di koridor rumah sakit yang nampak sepi. Mereka melewati koridor tanpa arah dan tujuan, hingga akhirnya mereka berhenti di penghujung koridor yang nampak tidak terawat. Cat dinding di tembok kiri dan kanannya terlihat mulai terkelupas, tidak ada orang yang berlalu-lalang. Hanya mereka berdua ditemani dengan sinar matahari yang memancar dari jendela yang terhubung langsung dengan daerah parkiran rumah sakit.
Dari sini terlihat mobil-mobil yang datang dan pergi. Tanpa sadar Rayni tersenyum, sudah lama sekali ia tidak melihat pemandangan seperti ini. Terkesan sederhana, namun baginya ini berarti. Berdua bersama Aksa di ujung koridor, melihat mobil yang datang dan pergi silih berganti. Keduanya memilih geming, Aksa membiarkan Rayni menikmati pemandangan itu sampai puasa. Hingga akhirnya Rayni kembali menatap Aksa kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Dari Ranum
Historia Corta"Pada akhirnya aku menyadari bahwa kehadiran mu hanyalah ilusi yang aku ciptakan." gadis cantik dengan masa lalu kelam, Ranum. Wajah yang selalu teduh saat dipandang itu memiliki trauma yang mendalam yang membuat hidupnya saat ini kian terombang-amb...