Let's meet in the future...
Kaluna membuka matanya yang terasa sangat berat. Pandangannya yang awalnya buram, perlahan-lahan mulai terlihat jelas. Dahi gadis itu berkerut bingung, seingatnya ia masih bersama anak-anak yang lain untuk merayakan acara kelulusan. Tapi kenapa sekarang ia berada di atas kasurnya?
"Luna, bangun! Ayo siap-siap, ini udah jam lima pagi," seruan kencang itu berasal dari luar kamarnya. Tak lama kemudian, seseorang membuka pintu kamarnya dan berdiri sambil berkacak pinggang.
"Ayo cepet bangun! Mama udah beresin barang-barang kamu lho," kata ibunya yang sudah bersemangat padahal matahari saja belum terbit.
"Beresin apa?" tanya Kaluna masih setengah sadar. Barang-barang apa? Ia diusir orangtuanya atau bagaimana?
Ibunya menghela napas. "Lho kok lupa? Sekarang kan jalan-jalan sekolah kamu, Kaluna! Ayo cepet bangun, nanti kamu ditinggalin bus, baru tau rasa."
Kaluna kontan tersentak kaget. Ia langsung bangkit dari kasur dan mencari keberadaan ponselnya. Begitu ia menemukan ponselnya, matanya mengerjap-ngerjap kaget saat melihat tanggal yang tertera di Blackberry-nya.
2 Mei, 2012.
"2 Mei..." gumam Kaluna yang terhenyak di tempat. Bagaimana bisa...? Bagaimana bisa waktu berjalan semaunya, dan mampu membuatnya ketakutan seperti ini? Kaluna sangat takut sampai seluruh tubuhnya bergetar hebat.
Ia meremas ponselnya kuat-kuat. Sesuatu seperti meninju ulu hatinya hingga terasa ngilu. Gadis itu tidak akan melupakan tanggal 2 Mei yang telah menciptakan sebuah kenangan buruk yang tak ingin ia ingat. Hari itu... Kaluna menghancurkan hati Elvano maupun hatinya sendiri.
"Kok malah diem, Lun? Ayo bangun!" Bahu Kaluna terlonjak saat ibunya kembali berseru.
"I-iya Ma..." gumam Kaluna tidak jelas. Gadis itu bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi dengan perasaan linglung.
Melihat bagaimana waktu berjalan secara tidak menentu, dan banyaknya potongan-potongan kejadian yang hilang. Kaluna semakin menyadari kalau dirinya tidak benar-benar hidup di dunia ini. Semesta hanya memberikannya peluang untuk mengubah suatu momen yang ingin ia ulang. Hanya itu...
Hanya itu...
Lalu kapan tepatnya hari di 'dunia' ini akan berakhir?
Kaluna tahu bahwa kesempatan ini sangat berharga baginya, namum kenapa rasanya tetap sesakit ini?
Tidak, ia tidak boleh terpaku pada sesuatu yang buruk. Kaluna menganggukan kepala, berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa dirinya mampu mengubah masa depan. Kesempatan macam ini pasti ada tujuannya, bukan? Ia telah berhasil mengubah alur cerita di dunia ini sesuai yang ia inginkan. Kaluna hanya perlu menyelesaikan semuanya, seperti yang ia inginkan juga.
***
Kaluna ingat kalau waktu itu pihak sekolah menyuruh anak-anak kelas tiga yang merayakan liburan kelulusan untuk datang ke sekolah pada pukul enam pagi. Tidak boleh kurang ataupun lebih. Kalau sampai lewat dari jam yang ditentukan, pihak sekolah mengancam akan meninggalkan murid tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Chance (END)
General FictionKaluna Utari merasa hidupnya berjalan dengan baik hingga berumur dua puluh lima tahun. Ia memiliki semua yang tak banyak orang bisa dapatkan. Tapi dengan semua keberkahan itu, kenapa ia masih tetap merasa kesepian? Sebenarnya apa yang sudah tertingg...