"ADA apa ya sama Kaluna?"
Aileen Theodora menghela napas berat. Matanya menatap Kaluna dari kaca tembus pandang kamar rawat. Gadis itu tampak duduk di kursi roda sambil melihat keluar jendela kamar inap rumah sakit. Setelah Kaluna sadarkan diri, gadis itu tak henti-hentinya menangisi sesuatu yang Aileen dan orangtua Kaluna tidak mengerti. Walaupun sekarang Kaluna terlihat tenang, entah mengapa Aileen masih merasa waswas.
"Tante udah nanya sama dokter, dia bilang kalau Kaluna gakpapa. Mungkin dia masih syok atas kecelakaan semalem. Tapi kenapa tadi dia histeris kayak gitu?" gumam ibu Kaluna yang tak kuasa menahan tangisnya memikirkan apa yang telah terjadi pada anak pertamanya.
"Dia bahkan nanya sama Tante di mana neneknya. Padahal kan neneknya udah meninggal lama, waktu dia masih SMA," kata ibu Kaluna lagi, setengah merenung.
Aileen membasahi bibirnya yang kering. Ia sungguh tidak mengerti kenapa Kaluna bersikap aneh seperti itu. Begitu Kaluna selesai menangis meraung-raung tak terkontrol, gadis itu tiba-tiba saja melamun dan tidak mau bicara dengan siapa pun. Seolah-olah ia baru sadar akan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
"Aileen!"
Aileen menoleh mendengar panggilan itu dan melihat seorang gadis dengan rambut merah menyala berjalan tergopoh-gopoh mendekatinya.
"Safira," gumam Aileen yang terkejut melihat teman SMP-nya datang ke sini.
Pandangan Safira teralih pada ibu Kaluna, ia memaksakan menyunggingkan seulas senyum sopan. "Pagi, Tante. Maaf saya baru dateng sekarang, karena baru denger berita tentang Kaluna jam tujuh tadi," katanya menjelaskan.
"Ya Tuhan, ini Safira, kan? Kamu ada di Jakarta?" tanya ibu Kaluna yang ternyata masih mengingat Safira sebagai teman anaknya sejak SMP.
"Iya, Tan. Aku ada urusan di sini," ujarnya. "Kaluna gimana, Tante?" tanyanya langsung.
Ibu Kaluna tersenyum tipis. "Puji Tuhan Kaluna baik-baik aja, Fir. Dia operasi kecil di bagian kepalanya, dan pinggulnya memar. Gak ada luka yang serius," ujar ibu Kaluna setenang mungkin.
Safira menghela napas lega. "Syukur kalau begitu Tante. Aku kaget banget," lirihnya. Gadis itu memandang Kaluna dari kaca kamar rumah sakit. "Boleh aku jenguk Kaluna, Tante?" pintanya.
Sebelum ibu Kaluna menjawab, Aileen terlebih dahulu angkat bicara. "Kayaknya buat sekarang belum bisa dulu, Fir."
"Kenapa?"
"Dia agak histeris paska sadarkan diri. Mungkin masih syok abis kecelakaan semalem," jelas Aileen mengutip ucapan ibu Kaluna sebelumnya.
Safira mengangguk-ngangguk.
"Oh iya, kamu udah sarapan, Fir?" tanya ibu Kaluna pada Safira.
"Belum, Tan," jawab Safira.
"Nah kebetulan Aileen juga belum. Mending kalian sarapan dulu gih di kantin," titahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Chance (END)
Genel KurguKaluna Utari merasa hidupnya berjalan dengan baik hingga berumur dua puluh lima tahun. Ia memiliki semua yang tak banyak orang bisa dapatkan. Tapi dengan semua keberkahan itu, kenapa ia masih tetap merasa kesepian? Sebenarnya apa yang sudah tertingg...