BOGOR lagi-lagi diguyur hujan.
Kaluna duduk di depan jendela kamarnya sambil memandang hujan dengan beserta angin yang kencang. Mengalihkan sejenak dari layar komputer yang menyala. Ia memang sering melihat hujan, namun entah kenapa ada yang berbeda dari hujan di Bogor. Mendung, dan sendu.
Hari-hari seperti ini mengingatkannya pada kenangan masa muda. Lebih tepatnya, perjalanan pendek yang menyisahkan kenangan. Adakah lain kali untuk bisa merasakan perasaan gembira pada masa-masa itu?
Gadis itu tersentak saat ponselnya yang berada di atas meja. Ia membuka ponselnya, dan langsung mengerutkan dahi melihat seseorang tampak menambahkannya ke dalam sebuah grup Whatsapp.
Seseorang menuliskan sebuah pesan di grup itu.
"Temen-temen semua yang udah masuk di grup ini, maaf mengganggu sebelumnya. Gue di sini mau ngabarin kalau nanti hari Sabtu jam tujuh malem bakal diadain acara reunian di kafe punya si Tyson. Bagi kalian yang punya waktu luang, dimohon dateng ya. Katanya Tyson mau bagi-bagi makanan gratis.
Ini acara Abbey yang buat."
Nomor yang tidak tersimpan membalas pesan pengumuman itu. Orang itu Tyson.
Tyson: Mana ada gratis, bangkrut dong gue. Diskon 50%! Setengahnya harus dibayar. Kalau ngutang nanti diblacklist selamanya dari kafe gue.
Kaluna tanpa sadar tersenyum membaca pesan dari Tyson. Laki-laki itu tidak pernah berubah ternyata.
Sholeh: Mau ngutang ah. Gakpapa diblacklist juga, yang penting makan gratis sekali.
Tyson: Sholeh, Anda tidak diizinkan masuk ke kafe saya, karena bisa membawa sial.
Abbey: Iya sih Sholeh, siapa juga yang ngajak lo? Pede banget. Nanti kalau nekat masuk ke kafe, suruh satpam usir dia aja.
Safira: Oke, Abbey. Gue pasti dateng.
Satu per satu orang-orang di dalam grup itu mulai membalas pesan yang dikirim Abbey. Begitu Kaluna hendak membalas, seseorang sudah lebih dulu membalas pesan Abbey.
Elvano Varren: Gue pengen liat si Sholeh diusir, jadi pasti dateng.
Tanpa sadar Kaluna mencengkeram ponselnya lebih erat. Jantungnya berdebar dua kali lipat lebih kencang saat membaca nama orang yang membalas pesan di grup itu.
Lalu tak begitu lama laki-laki itu kembali menulis pesan.
Elvano Varren: Itu dua nomor siapa yang ditambahin ke grup?
Saat itu juga Kaluna merasa jantungnya terhempas ke lantai. Napasnya tiba-tiba saja tercekat.
Abbey: Kaluna, sama Aileen.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Chance (END)
Ficción GeneralKaluna Utari merasa hidupnya berjalan dengan baik hingga berumur dua puluh lima tahun. Ia memiliki semua yang tak banyak orang bisa dapatkan. Tapi dengan semua keberkahan itu, kenapa ia masih tetap merasa kesepian? Sebenarnya apa yang sudah tertingg...