Bab 17 - Line

3.3K 341 28
                                    

FOKUS dengan ujian nasional, dan mencoba mati-matian mengabaikan Elvano meskipun kami berada di dalam satu kelas yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOKUS dengan ujian nasional, dan mencoba mati-matian mengabaikan Elvano meskipun kami berada di dalam satu kelas yang sama. Sebenarnya Elvano sering kali mencuri pandang padaku, seolah dia memiliki banyak hal yang ingin dikatakan. Tetapi aku tetap egois serta menyebalkan, sehingga dia mau tak mau menjaga jarak dariku.

Sampai ketika, liburan sekolah menjadi kenangan paling disayangkan yang kumiliki. Elvano menghubungiku lebih dulu, memintaku memisahkan diri dari teman-temanku dan berbicara berdua dengannya. Kau tahu harapan baru dari hari kelulusan, bukan? Impianku adalah menghapusnya dalam bagian dari hidupku. Kurasa saat itu aku terlalu arogan hanya karena Elvano membiarkan dirinya menunjukkan rasa cintanya kepadaku.

***

Perjalanan waktu mulai menunjukkan akhir yang membuat Kaluna menahan napas karena tidak memahami apa yang terjadi padanya. Ia menatap lembar kertas Ujian Nasional dengan tubuh yang bergetar hebat. Kapan ia menjalani Ujian Nasional? Bukankah baru kemarin ia menghabiskan waktu bersama teman-temannya lain di rumah Giar? Lalu kenapa ia tiba-tiba...?

"Luna, kamu kenapa? Muka kamu pucet banget," teguran itu membuat Kaluna tersentak. Gadis itu mendongak menatap pengawas dari sekolah yang sedang mengumpulkan lembar soal dan lembar jawaban.

Anak-anak yang berada di ruang ujian yang sama dengan Kaluna, menatapnya dengan heran. Karena di antara semua anak-anak yang menyunggingkan senyum riang gembira, hanya Kaluna yang seperti tertekan.

"Sa-saya gakpapa, Bu," lirihnya langsung bangkit berdiri, dan keluar dari kelas. Kaluna ketakutan dengan situasi aneh itu, ia menyela keramaian di lorong kelas, dimana semua anak-anak sedang berseru kencang setelah selesai menyelesaikan ujian akhir yang mendebarkan jantung.

Dunia macam apa ini? Apakah yang sedang ia lihat adalah kenyataan atau tipuan semata? Kaluna menggigit bibirnya kuat-kuat, ia takut... takut sekali.

***

Berbalik banding dengan anak-anak bercengkerama setelah Ujian Nasional, Kaluna memilih duduk diam bangku lapangan dengan saling menautkan kedua tangannya. Berusaha untuk tetap bersikap tenang walaupun tubuhnya masih bergetar hebat.

Pandangannya memutar ke seluruh penjuru sekolah, tampak kebingungan dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Namun ia juga sadar, bahwa dunia ini memang tidak nyata. Lalu mengapa ia ada di sini? Apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan alam semesta kepadanya?

"Lu di sini ternyata, gue cariin ke mana-mana juga." Aileen menempelkan bokongnya di sebelah Kaluna. Gadis itu ikut memerhatikan anak-anak yang ada di lapangan sekolah dengan pandangan menerawang.

"Leen," panggil Kaluna pelan.

"Hm?"

Kaluna diam sejenak, kemudian berkata, "Apa lu pernah ngerasa betapa sia-sianya hidup yang kita jalanin? Gue beneran gak ngerti kenapa gue harus melalui ini," gumam Kaluna.

One Last Chance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang