Ketika mereka ingin memasuki salah satu kamar itu mereka sempat di cegat oleh salah satu perawat yang lalu lalang di sana.
"Maaf siapa kalian?" Tanya perawat itu.
"Kami...kami ingin melihat ke dalam" jawab ragu Sia.
"Maaf tidak sembarangan orang yang bisa masuk kecuali keluarga dan untuk anak kecil seperti kalian di larang masuk apalagi seramai ini" larang perawat itu.
Raven segera menelpon seseorang dan menjelaskannya apa yang terjadi di sini. Setelah itu ia memberikan telponnya ke perawat itu segera perawat itu menerimanya.
Seketika perawat itu menegang dengan ucapan orang di telpon itu "Ma..maaf Tuan saya...saya tidak tau mereka putra anda. Baik Tuan"
Perawat itu menyerahkan kembali telpon itu ke Raven. "Makasih Yah" ucap Raven mengakhiri telpon sang Ayah.
Rumah sakit ini merupakan milik salah satu klien yang baru saja menjalin kerjasama dengan perusahaan tuan Devinter.
Perawat itu segera meminta maaf dan mengizinkan mereka untuk masuk.
Ceklek
Ketika mereka berhasil masuk mereka bisa melihat seorang anak kecil terbaring lemah di tempat kasur rumah sakit dengan berbagai alat menempel di tumbuhnya dan ada anak kecil lain yang sedang tidur di bangku samping kasur. Wajah kedua anak itu sangat mirip satu sama lain.
Mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki yang banyak salah satu anak kecil yang sedang tidur di samping kasur itu segera terbangun dan melihat arah datang suara itu.
Anak itu terkejut dan segera berdiri menghadang Sia dan yang lain untuk mendekat.
"Berhenti!! Kumuhon berhenti!! Jangan sakiti adikku lagi hikss...kumohon" teriak anak itu.
Sia segera mendekati anak itu "Tenang lah kami-"ucapan Sia terpotong.
"Maaf...maaf...aku akan kembalikan uang dan hp kakak. Tapi kumohon jangan sakiti adikku hiks..." Potong anak itu, dan ia segera mengambil tas dan dompet yang di ambilnya tadi ke Sia.
Sia menerimanya "Hei hei tenang lah kami tidak akan menyakiti siapa pun" jawab Sia sambil menghapus air mata anak itu.
Pandangan Sia tercuri dengan kondisi adik dari anak kecil ini "Apa dia adikmu?" Anak itu mengangguk.
"Penyakit apa yang di derita adikmu?" Tanya Sia.
"Hikss aku tidak tau, tapi kata dokter dia harus rutin cuci darah sebulan sekali" jelas anak itu.
"Siapa nama kalian?" Tanya Neo menghampiri Sia dan anak itu.
Anak itu menggelengkan kepalanya. Mereka yang melihat itu merasa heran.
"Apa maksudnya?" Tanya Sia.
Setelah anak itu merasa tenang ia segera menceritakan semua kisah hidupnya dulu.
"Waktu itu seingat ku orang orang memanggilku As. Kami hidup di jalanan hampir tiga tahun. Sebenarnya setelah kelahiran adiku orang tua kami tidak pernah sekalipun melihat kami lagi. Kami di titipkan pada Tante. Ketika usia adikku satu bulan aku mengendongnya dan lari dari rumah itu. Hikss Tante sangat jahat dia membiarkan kami tidak makan jika kami tidak bekerja, dia akan hikss...dia akan marah jika adikku menangis...dia juga sering membentak ku kalau aku anak haram dan tidak menjadi beban keluarga jika aku tidak di lahirkan hiks..."
"Aku berusaha agar adikku tidak kedinginan. Kami tinggal di bawah jembatan rel kereta. Ketika itu aku harus bisa menghasilkan uang untuk membeli kebutuhan kami. Ketika bekerja aku akan menitipkan adikku ke orang tua yang juga tinggal bersama kami di sana. Hiks... Beberapa tahun setelah itu hikss adikku tiba tiba tidak sadarkan diri dan suhu tubuhnya sangat panas. Aku selalu mengendongnya dan meminta bantuan orang orang sekitar tapi mereka menatap kami jijik. Hiks...Saat itu hanya ada satu orang yang mau menolong kami, aku memanggilnya kakek dokter. Dia merupakan dokter yang bekerja di rumah sakit ini. Hiks...Setelah itu kondisi adikku semakin membaik tapi beberapa bulan setelah itu hiks...kakek dokter meninggal dan biaya pengobatan adikku....hikss aku harus bisa menghasilkan uang untuk adikku hikss jadi....jadii hikss...Huwaaa" sambung anak itu yang tidak bisa menahan tangisnya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner
Teen FictionSesulit apa pun kehidupan mu, kau bisa melaluinya dengan kesabaran, cinta, dan dukungan. Karena semua yang ditakdirkan padamu, sejatinya adalah segala hal yang terbaik. Meski terkadang kesedihan datang menghampiri mu, namun seperti mentari akan munc...