PROLOG

2.6K 268 11
                                    

"Duren, wey, duren!" Seorang perempuan dengan rambut bergelombang menyeletuk pada kedua kawan nongkrongnya.

"Iya, durennya emang kerasa banget. Harga benar-benar nggak bisa bohong. Tahu gitu kita dari dulu ke sini ya, Gaes. Tempatnya juga enak banget. Tapi nggak bisa dijadiin tongkrongan tiap hari sih. Awal bulan dan sekali-kali doang. Seporsi tiga puluh lima ribu. Tekor juga dompet kos-kosan mahasiswa kalau gini caranya." Timpal perempuan berkaca mata yang tengah sibuk menyantap hidangan ketan durian.

"Bukan duren ini yang aku maksud! Itu, ada duda keren!" Perempuan yang rambutnya bergelombang tadi memperjelas.

Sementara itu, perempuan satunya lagi yang sedari tadi menekuri layar laptop mendongak karena suara berisik di sekitarnya lumayan mengganggu konsentrasi.

"Ganteng sih. Emang. Tapi sayangnya aku nggak terlalu suka sama cowok bertato." Perempuan yang berkaca mata mengutarakan pendapatnya. "Aku tipikal suka cowok baik-baik, bukan yang tampilannya badboy kayak dia. Hem, adeknya sih boleh juga. Yang dokter itu loh!"

Perempuan yang berambut gelombang mengibaskan tangannya. "Ck! Ya mending kakaknya lah! Duda, tajir, dan yang paling penting sudah berpengalaman."

Sahut-sahutan dua perempuan itu semakin membuat konsentrasi Alara Kaureen pecah belah. Yang tadinya ia berniat ingin mencari ketenangan dengan mengerjakan skripsi di tempat yang lebih nyaman daripada rumahnya harus terganggu lagi.

Alara memainkan ponselnya yang layarnya terpajang gambar bayi berusia dua bulan. Sang jagoan yang lahir dari rahimnya sendiri, yang ia beri nama Darren Yoshi Adibrata. Alara tersenyum tipis. Belum genap setengah jam meninggalkan putranya di rumah bersama sang nenek, rasa rindu sudah mengetuk-ngetuk dadanya.

"Takut ah! Gosipnya dia KDRT sama istrinya."

"Halah, itu kan cuma gosip. Lagian, Briana Johan juga sudah ngasih penjelasan kalau nggak ada KDRT atau orang ketiga. Mereka pisah karena sudah nggak ada kecocokan aja. Klise sih. Tapi ya mending gitu, pisah baik-baik."

"Pisah baik-baik dari hongkong! Orang pas konferensi pers gelagat mereka berdua kelihatan banget nggak akur!"

"Haaaah, yang mana sih? Kok aku lihatnya yang pas Zafer benerin poninya Bri. Dari situ aku nyimpulin kalau Zafer itu masih cinta banget sama mantan istrinya."

"Nah, yang pas itu Bri keberatan. Akhirnya Bri pindah tempat di samping pengacaranya. Zafer kelihatan kesel, dia narik tangannya Bri, tapi Brinya ogah."

Kedua sahabatnya ini terus membahas kehidupan pribadi sosok yang duduk di paling pojok. Sebenarnya Alara sangat mengenal sosok itu. Ralat, lebih tepatnya bukan mengenal, tapi hampir seumur hidupnya ayah Alara menjadi sopir di keluarga lelaki itu. Dan ibunya terkadang juga dimintai tolong untuk bantu-bantu saat ada acara seperti hajatan atau acara penting lainnya.

"Pokoknya aku tetap tim Zafer!" Si rambut bergelombang yang bernama Bilqis tak mau diganggu gugat pendapatnya. "Mereka itu sebenarnya couple goals. Zafer ganteng, wajahnya arab gitu, sama Briana yang lebih ke bule. Bibit unggul banget. Sayang kalau mereka akhirnya cerai. Padahal aku sudah penasaran banget sama keturunannya nanti. Pasti ganteng-ganteng sama cantik-cantik."

"Malah kata netizen Zafer mandul, makanya digugat cerai sama istrinya. Gimana tuh? Aku sih mikir-mikir meskipun seganteng dan sekaya apa pun dia. Kalau sudah nikah ya pasti tujuannya untuk bikin keturunan." Sambar si berkaca mata yang biasa dipanggil Elma.

"Kalian ini nggak capek ya ngomongin orang terus? Orang yang lagi kalian omongin ada di sini loh. Kalian nggak takut dia dengar? Atau orang di sekitar kita ada yang dengar terus ngadu ke dia." Alara bergidik seandainya itu terjadi. Sosok yang tengah dibahas ini menurut Alara perwujudan anak adam paling mengerikan. Tatonya hampir penuh di lengan kirinya. Leher bagian kanan, dan dadanya yang kini tertutup singlet.

Pelangi Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang