Bagian - 11

1K 133 4
                                    

"Al, kayak gini nggak kamu aduin ke suamimu? Zafer harus tahu, Al. Kamu sekarang tanggung jawabnya. Sebagai suami, sudah jadi tugasnya untuk melindungimu. Kenapa sih, kamu selalu anggap enteng setiap masalah?! Masalah serius begini. Heran deh aku."

Tiba-tiba saja Bilqis dan Elma menghubunginya saat Alara masih berpikir keras menerka siapa orang yang sudah mengiriminya pesan hinaan pada putranya. Ternyata selama ini Alara tidak sadar sudah mencantumkan nomor ponselnya di akun instagram. Tidak paham bagaimana para fan dari Briana bisa menemukan media sosial yang jarang aktif itu. Benar kata orang, bahwa tingkat kepo netizen indonesia sangat tinggi.

"Harusnya Zafer tahu kalau anak sambungnya dihina sama para fan mantan istrinya. Sumpah, aku bacanya nggak terima banget." Ujar Elma yang terlihat kesal setelah membaca pesan WA tanpa nama itu. "Gila aja sih. Barbar banget. Tega banget ngatain bayi yang nggak punya dosa. Kalau tahu siapa orangnya, pengin aku samperin, aku toyor kepalanya sampai putus. Ngapain punya kepala kalau otaknya nggak dipakai?!"

"Kayak gitu biasanya bukan fan beneran. Nggak ngesupport karir tapi ke asmara mulu. Ikut campur dan ngatur-ngatur." Sambar Bilqis. "Kalau bisa berpikir bijak, nggak usah ngeladenin orang yang benci kita. Tapi ini sudah bawa-bawa anak. Sekali kamu abaikan, belum tentu dia nggak mengulanginya lagi di kemudian hari. Gimana kalau fokus haters itu sekarang lagi ke kamu? Buktinya ada akun fake yang nyebar-nyebar foto jadulmu. Bahkan foto kamu sama Reynald aja mereka punya. Dapat dari mana cobak?!"

"Kalau saran aku sih kamu harus cerita ke suamimu, Al. Suamimu harus tahu soal ini." Imbuh Elma.

"Nah. Betul."

Kedua sahabatnya ini saling bersahutan.

"Yang waktu itu kita lihat Zafer sama Bri gimana? Kamu sudah coba tanyain kan? Pengin tahu aku apa alasan laki-laki ketemu mantannya, kalau bukan gagal move on. Soalnya sesama mantan itu jarang banget ada hubungan baik. Pasti endingnya saling buka aib. Dan Zafer ada di posisi mana? Nggak percaya banget dia bisa secepat itu move on dari Bri. Dia kan bucin banget dulu."

"Jangan berkecil hati, Al. Kamu nggak kalah cantik dari Bri. Kalau kamu dandan dan modis dikit gitu, Bri lewat deh. Pantat sama payudaramu montoknya alami, bukan buatan kayak punya artis."

"Briana tubuhnya bohay ngakunya karena rajin olahraga, padahal semua pabriknya ada di Thailand tuh. Makanya waktu itu dia dihujat kan. Dipikir netizen bodoh. Dia ngakunya ke Thailand itu honeymoon. Tapi nggak keluar-keluar anaknya."

Alara mendesah. "Nggak usah ngomongin itu lah."

"Biar aku tebak, kamu pasti belum tanya ke dia kan? Soal pertemuan Zafer sama Bri di restoran? Kenapa sih, Al? Itu hak kamu loh. Kamu sudah jadi istrinya."

"Aku cuma nggak mau jadi istri yang terkesan posesif. Mas Zafer pasti punya tujuan ketemu Briana. Aku nggak mau ngebesar-besarin masalah."

"Duh, capek banget." Bilqis terlihat kesal. "Posisi Ara sulit sih, El. Dia istrinya Zafer, tapi seumur hidupnya ayah Alara menjadi sopir keluarga mertua. Ya pasti canggung lah! Aku nggak kebayang. Tapi pas di tempat tidur kamu luwes kan? Takutnya dia nggak puas kalau kamu kaku. Takut dia cari pelampiasan di luar. Lebih ngeri lagi kalau dia tetiba minta dipuasin Bri. Oh, No!"

Alara mendelik. Otak Bilqis terkadang memang suka keluar jalur.

"Kamu harus mulai belajar jadi orang enakan, Al. Jangan apa-apa nggak enakan gitu. Biar suamimu nggak gampang semena-mena sama kamu. Zafer juga seharusnya jaga sikap, sudah punya istri, masak masih sering ketemu mantan. Nggak takut ketahuan istrinya apa?! Heran deh."

"Kali ini aku setuju sama Elma, Al. Suami nemuin perempuan lain di belakang istri itu saja sudah indikasi nggak baik. Apalagi ketemu orang yang dulu pernah ada hubungan."

"Makanya dari awal aku agak sangsi sama keseriusan Zafer ngelamar Alara. Kayak di cerita novel, yang pemeran utama menikahi anak pembantu ada niat tertentu karena pengin balas dendam itu loh. Selama ini Alara sama Zafer nggak pernah bersinggungan. Alara malah kenalnya sama Shaga."

"Ya kan niat baik harus dipertimbangkan, El. Kalau aku sih setuju-setuju aja. Dan yakin Zafer emang beneran tertarik sama Alara, makanya terus dilamar. Tapi setelah waktu itu lihat sendiri Zafer ketemu Bri di restoran, nyesek aku. Sumpah."

"Dih, kenapa jadi kamu yang nyesek. Alara aja santuy."

"Guys ... aku nggak apa-apa. Makasih atas perhatian kalian. Tapi, Mas Zafer baik kok sama aku. Nggak pernah dia memperlakukan aku semena-mena. Akunya aja yang masih memandang Mas Zafer bukan suami, tapi lebih ke anak majikan ayahku. Susah, Guys, menghilangkan status itu di dalam kepalaku. Selama ini kami nggak pernah dekat atau sekedar bertegur sapa. Beradaptasi jadi istrinya yang serba mendadak ini benar-benar keluar dari zona nyamanku. Semoga kalian bisa ngerti maksudku."

Bilqis dan Elma menyimak, sebelum mengangguk dua kali. "Tapi kami akan selalu ada buat kamu, Al. Kalau ada apa-apa seperti kejadian barusan, kamu wajib ngasih tahu."

Alara tersenyum. "Makasih, Guys!"

"Makanan kita ditraktir dong? Kamu ngajak janjian ke tempat beginian. Bisa tekor dompet mahasiswi ini."

"Iya, aku traktir. Kalau kalian masih mau nambah, silakan! Beneran aku traktir. Kemarin duitku bikin artikel baru aja cair."

"Lah, bukan duit dari suamimu? Serius Zafer pelit?"

Alara buru-buru menggeleng. "Jangan sembarangan omong. Uang dia buat kebutuhanku, tapi untuk traktir kalian pakai uangku aja."

Elma mengibas. "Sudah kenyang! Kapan-kapan lagi aja. Perutku rasanya ini mau meledak."

"Salah sendiri rakus banget. Sushi kamu habisin sendiri. Padahal baru saja makan bibimbap seabrek. Gila, itu perut apa tempat sampah cobak?"

"Iya nih, kemarin nimbang berat badanku nambah. Ya gimana lagi? Semua makanan terasa enak di lidahku." Elma berkata sambil menoel-noel lengannya yang berisi.

"Hati-hati kebablasan, El." Papar Alara. Mengingat dulu pernah naik sepuluh kg setelah melahirkan Darren karena harus menyusui. Tapi bersyukur sekarang badannya sudah kembali ke bentuk semula, lima puluh dua.

"Susah emang kalau sudah doyan makan begini. Dari kecil aku paling nggak bisaan soal makanan. Nafsu makanku gedhe. Sampai pernah gendut banget dan dibully. Panggilanku waktu SD si gembrot."

"Hih, kok megelne se!"

"Serius. Aku waktu SD sekarang dibully. Dan yang sering ngebully itu sekarang gendut juga badannya, malah ngelebihin aku. Hahahaha. Doa anak teraniaya memang manjur. Aku pernah berdoa supaya dia cepat gendut dan tahu rasanya kalau ada yang body shamming ke badannya."

Cerita masa kecil Elma mengundang gelak ketiga perempuan bersahabat itu.

"Miris banget, tapi bikin ngakak!"

Pelangi Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang