"Ibu ... Ibu bercandanya nggak lucu, Bu ...." Alara kaget bukan main harus mendengar kabar yang selama ini tidak pernah terlintas di benaknya sama sekali. Astaga, bagaimana bisa?
"Sama, Al. Ibu juga masih nggak percaya. Tadi pas di rumah Bu Yunia, ibu sampai melongo karena saking kagetnya. Piye maneh, Nduk? Katanya Mas Zafer sendiri yang nunjuk kamu. Berarti selama ini Mas Zafer suka sama kamu apa gimana, ibu juga masih nggak ngerti. Tapi yang ibu tangkep dawuhnya Bu Yunia begitu."
Alara melakukan persis yang dikatakan ibunya, melongo. Kedua matanya melebar tak percaya. Ia memang hobi membaca novel fiksi dan beberapa kali sampai kebawa mimpi karena saking antusias dalam memahami isinya. Alara berharap bahwa kabar dari ibunya ini cuma mimpi, tapi itu tidak mungkin karena ia sedang tidak tidur. Ia sadar itu, mimpi terjadi saat kita dalam keadaan tak sadar.
"Tadi pas waktu ibu sampai di rumahnya, Bu Yunia langsung mengambil alih Darren. Ditimang-timang anakmu sampai tertidur, Al. Sepanjang ngobrol ngomongin rencana Mas Zafer, Darren tidur di pangkuan Bu Yunia. Ibu ngelihatnya terharu banget. Bu Yunia kelihatan sayang sama Darren. Katanya sudah menganggap Darren cucu sendiri ...."
"Bu, Ya Allah ... Mas Zafer belum lama cerai loh, Bu. Bentar ...." Alara terdiam sejenak mengingat-ingat kapan tepatnya berita perceraian itu mencuat di media. "Baru tiga bulan yang lalu kalau nggak salah."
"Ibu juga bilang gitu ke Bu Yunia, Al. Bu Yunia malah jawabnya, laki-laki mau nikah seminggu setelah cerai juga nggak masalah. Kan laki-laki nggak ada masa iddahnya. Gitu katanya."
"Apa?!" Alara membayangkan paras seorang perempuan yang selama ini ia segani, yang selalu tampil anggun, informasi dari ibunya seakan tidak mencermin sosok Bu Yunia yang ia kenal. "Nggak mungkin, Bu! Gustiiii, itu beneran Bu Yunia?!"
"Ibu sampai bilang begini, Alara jauh bila dibandingkan dengan Mbak Briana. Kamu orang desa. Gaya hidup kita juga cuma kayak gini. Kamu nggak akan bisa mengimbangi Mas Zafer, begitu juga sebaliknya. Sudah ibu utarakan semuanya ke Bu Yunia, Al. Tapi Bu Yunia malah bilang kalau sudah jodoh, yang tadinya mustahil kalau Tuhan sudah berkehendak, semua bakalan dimudahkan. Bingung ibu kalau dijawab kayak gitu, Al."
Alara meringis, merasakan tenakan yang sedang ibunya rasakan. Mau menolak takut, mau menerimanya juga berat.
"Bu Yunia juga bilang kalau pilihan anaknya kali ini yang paling tepat."
"Hah, apanya yang tepat?! Bu, meskipun hampir seumur hidup Bapak bekerja di sana, dan aku lumayan sering berkunjung di kediamannya, tapi antara aku sama Mas Zafer nggak pernah saling menegur, Bu. Saking pendiamnya, aku sampai takut mau nyapa. Nggak masuk akal banget. Harusnya tuh aku nikah sama laki-laki yang aku cintai, Bu, bukan yang ku segani."
Ibunya terlihat benar-benar frustasi bercampur bingung. "Terus menurutmu Ibu harus gimana, Al? Kalau harus menolak, kasih ibu alasan yang logis."
"Alasannya ya itu tadi, Bu. Antara aku sama Mas Zafer itu bagaikan langit dan bumi."
"Al, kalau soal nggak pernah tegur-teguran, ibu sama bapakmu dulu waktu dijodohin malah belum saling kenal. Buktinya ibu sama bapakmu bisa menikah dan hidup harmonis sampai sekarang. Belum lama nikah malah dianugerahi kamu."
"Itu kan ibu dan bapak karena orang zaman dulu nggak bisa nyari jodoh sendiri makanya dicariin sama orang tuanya. Nah, anak zaman sekarang, hello ...."
"Yaudah, kalau gitu kasih alasan yang benar-benar masuk akal. Selain karena kamu nggak pernah tegur-teguran sama Mas Zafer. Gini loh, Al, ibu ini mati kutu kalau sudah berhadapan sama Bu Yunia. Kamu tahu sendiri bagaimana cara Bu Yunia dawuh. Meskipun sama pekerjanya beliau selalu lemah lembut, nggak pernah meninggikan suara. Pituture iku nggak iso dibantah, Al. Susah ibu ngebantah pituture."
Alara paham yang dirasakan ibunya. Posisinya justru lebih berat sebagai orang tua.
"Ibu nggak bisa nolak, Al. Bu Yunia yang selama ini bantu biaya sekolah kamu mulai dari SD sampai sekarang. Dan saat tahu kamu hamil di luar nikah, Bu Yunia terlihat kecewa, mungkin harapannya anak yang dia bantu bisa lulus tepat waktu, bisa mengejar cita-cita terlebih dahulu dan bukan malah pacaran trus hamil. Ibu sampai was-was seandainya berdampak di pekerjaan bapakmu. Tapi hati Bu Yunia itu benar-benar baik, Al. Beliau cuma kecewa tapi nggak dendam. Pas beliau tahu kamu ngelanjutin kuliah, bapakmu langsung dikasih uang katanya untuk biaya pendidikan. Bu Yunia juga sempat bilang kalau kamu pengin lanjut S2, kamu nggak perlu khawatir sama biaya, Bu Yunia sanggup membantu sampai kamu lulus."
Ini kisah novel! Tidak salah lagi. Ya, kisah novel yang sedang ia baca bersambung menceritakan tentang balas budi seorang gadis pada orang tua yang sudah mau membesarkannya. Gadis yang berstatus anak angkat itu dijodohkan dengan laki-laki yang menjadi anak kandung dari orang tuanya yang sekarang. Gadis itu tidak bisa menolak karena rasa balas budinya yang kental. Alhasil, rumah tangganya gonjang-ganjing. Pasangan suami istri muda itu hidup bersama dengan tanpa cinta. Jauh dari kata harmonis karena lelaki yang menjadi suami si gadis masih memikirkan kekasihnya yang ditinggalkan demi menuruti kehendak orang tua.
"Yang pasti untuk saat ini ibu nggak bisa nolak. Lebih tepatnya Ibu nggak punya alasan kuat untuk menolak. Tadi Bu Yunia ngasih kesempatan berpikir tiga hari. Wes, susah, ibu pasti bakalan nggak doyan makan ini, Al."
Alara menarik napas dan membuangnya pelan-pelan. Tenang, ia harus tenang. Ia tidak boleh gegabah dalam memutuskan sesuatu. Baik, Bu Yunia selama ini sudah sangat berjasa di hidupnya. Berkat kemurahan hati sang majikan segala keperluannya tidak pernah kekurangan. Ya walaupun selama ini Alara juga bukan tipikal pemalas dan hanya ongkang-ongkang menanti uang saku dari orang tuanya. Sudah dari sekolah menengah atas Alara bekerja part time sebagai editor di kantor informasi dan publikasi kampus.
Terlebih sekarang sudah ada Darren di hidupnya, Alara mulai mengajukan sebagai pegawai tetap dan bersyukur langsunh di ACC oleh pimpinan redaksinya. Gaji yang Alara peroleh cukup untuk menghidupi Darren, tapi tidak untuk urusan pendidikannya. Dan Bu Yunia lah di balik kelancarannya selama ini dalam mengejar cita-cita.
"Kalau bapakmu tahu ini pasti shock berat. Sampai sekarang aja bapakmu kadang masih sering ungkit-ungkit kelakuanmu sama Reynald. Nggak gampang ngilangin sakit hati dan kecewanya bapakmu sama kamu. Bapakmu selama ini sudah kerja keras, bantung tulang, anaknya malah hamil sama pacarnya."
"Bu ...."
"Wes, nggak usah ngebantah! Intinya gini, kalau nanti ibu dan bapak nggak bisa nolak, mau nggak mau kamu harus menerimanya. Ini juga demi kebaikanmu. Anggap aja yang kamu lakukan semata-mata untuk kesejahteraan Darren. Nggak usah mikir yang lain. Khusnuzon saja sama Allah. Mungkin memang Mas Zafer adalah jawaban dari doa ibu dan jodoh yang tepat buat kamu."
Alara menggeleng kuat-kuat. Tidak, ini tidak mungkin. Ini tidak bisa terjadi di hidupnya. Ia harus bisa menolak. Ia harus bisa menggagalkan semuanya. Ini benar-benar tidak masuk akal. Tuhaaaan, kenapa ia harus mengalami hal seperti gadis di cerita fiksi?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Kedua (TAMAT)
RomanceKekasih Alara yang seorang prajurit TNI dikabarkan tewas saat bertugas di Afrika. Meninggalkan Alara yang kala itu tengah hamil muda. Rencana pernikahan yang sudah matang dipersiapkan harus kandas. Alara hancur. Percobaan bunuh diri berulang kali te...