^Author POV^
"Aki, asobo yo!"
Sejak perkenalan pertama, kedua anak kecil ini sering bermain bersama.
Tapi selalu di dalam rumah bersama adik Aki.
Jika gadis kecil itu bermain di kediaman Hayakawa.
Sedang jika Aki kecil main ke kediaman gadis kecil itu, dia dibawa ke banyak tempat yang luas.
Aki merasa terkekang jika di rumah.
Orang tuanya selalu mengutamakan adiknya yang bertubuh lemah.
"Eh? Ibumu dan kakakmu bukan sedarah denganmu [y/n]?"
"Iya, ibuku meninggal saat aku lahir lalu ayah menikah lagi dengan mama yang membawa kak Junji"
"Maaf aku tidak tahu"
"Tidak apa! Mama baik denganku! Bahkan membuatkanmu kue enak!"
"Junji-san tidak ke sini?"
"Niisan pergi main dengan temannya sekolah, Aki mau tahu sesuatu?"
"Apa?"
"Aku akan punya adik lho! Aku mau adik perempuan! Biar bisa main bareng! Pasti seru!"
"Main denganku tidak seru?"
"Seru kok! Apalagi main dengan Taiyo-kun! Adikmu tidak apa?"
"Tadi demam lagi"
Kedua anak kecil yang masih polos dan suka bermain.
Tanpa tahu kekejaman dunia ini dan bahaya yang ada.
Bermain sepuasnya dengan senyum riang di wajah.
Tanpa mengerti hal buruk yang akan terjadi.
Peristiwa Gun Devil yang hampir menghancurkan sebagian daerah di beberapa negara memakan banyak korban jiwa.
Termasuk keluarga Hayakawa sendiri.
Aki yang selamat dari insiden tersebut.
Terdiam termangu melihat rumahnya hancur rata dengan tanah bersama dengan isinya.
Kedua orang tuanya dan adiknya.
Keluarga gadis kecil itu yang kebetulan akan ke sana dibuat terkejut dengan insiden yang hanya sekejap mata.
Menemukan Aki yang berdiri termangu melihat ke arah rumah.
"Aki!"
"Aki-kun! Daijoubu ka?"
Anak lelaki itu terdiam di tempat.
"Aki?", gadis kecil yang merupakan temannya itu menepuk pundaknya.
Anak lelaki itu menoleh perlahan.
Maniknya bertemu permata gadis kecil itu dan mulai meneteskan air mata.
Meraung karena kehilangan keluarganya sekejap.
Gadis kecil itu memeluknya ikut menangis juga.
Anak lelaki yang paling besar sendiri diantara keduanya pun ikut menitihkan air mata.
Keluarga gadis kecil itu ikut berduka.
"Aki-kun, mulai sekarang tinggal dengan kami ya"
🦊🦊🦊
^Denji POV^
Sejak kematian [y/n]-san...
Suasana rumah yang suram tambah suram.
Aki setiap pulang, dia hanya akan terdiam di altar [y/n]-san dan menatap altar tersebut.
Hanya menatap tanpa melakukan apapun.
Lebih suram dari Himeno-san ketika tiada.
Tugas lain tetap dikerjakan tapi setelah semua selesai dia akan begitu.
Power masih memmnyalahkannya atas kematian [y/n]-san.
Aku pun terkejut atas kejadian ini.
[Y/n]-san banyak membantuku dan mengajariku banyak hal.
Bahkan dia mau memasukkanku ke sekolah.
Semua itu pupus.
Di surat wasiatnya ada tabungan uang untukku sekolah.
Power sendiri juga dapat.
Orang baik selalu pergi lebih cepat.
Aku benci hal itu.
"Oi, Aki meshi tabe yo"
"Oh, uhn..."
Lebih banyak melamun.
Di jarinya saja ada 2 cincin yang dipakainya.
Milik keduanya.
Orang yang saling mencintai tapu terpisah dengan tragis.
Sebelum menyelesaikan masalah mereka.
Aku sendiri ditinggal Reze.
Menyakitkan juga rasanya.
Memuakkan.
"Power, meshi da"
Power juga lebih banyak menghabiskan waktunya di kamarnya.
Sungguh perubahan yang memuakkan.
Makan bersama pun hanya saling diam.
Terkadang Power melempar sesuaru ke Aki.
Aku kasihan pada Aki.
Dia disalahkan atas kematian pacarny sendiri.
Kami bertiga sepakat akan menemukan jalan keluar lain.
Aki mendapatkannya tapi sebelum menyampaikannya...
Power sempat mengamuk meski menangis saat pemakaman dan beberapa hari.
"Shoyu"
"Ha'i"
Biasanya kami makan bersama sambil bicara hal banyak.
[Y/n]-san akan tertawa dan menanggapi dengan senyuman.
Aku merindukan hari-hari yang hangat itu.
Aki terkadang menangis sendiri jika sendiri.
Aku terkadang tidur dengannya meski ogah.
Aku ingin menjalankan apa yang dikatakan [y/n]-san di surat wasiatnya.
Menjaga Aki dan Power.
Aku sendiri belum memberikan surat dari [y/n]-san untuk Aki.
Aku rasa itu akan semakin menyakitkan untuk Aki.
"Aki, kau yang cuci piring, aku sudah masak lho"
"Wakatta"
Aki jadi bicara seperlunya.
Aku benci situasi ini.