^Author POV^
"Aki, aku akan bilang satu kali"
"Ada apa?"
"Aku marah memang sakit rasanya dipandang rendah hanya karena kita lebih unggul dari seseorang. Aku akan membalas dengan caraku, tidak perlu khawatir Aki"
Aki tidak bisa berpikir di tahun terakhir keduanya bersekolah di SMP.
Di atap itu, ia melihat senyum teman masa kecilnya yang misterius.
Menyimpan semua perasaan yang ada di dalam hatinya.
Tidak terasa keduanya menginjak usia akan dewasa.
"Kau akan kembali ke sana?"
"Iya, hanya sebentar mengambil barang ayah yang ada di kantornya"
"Aku ikut"
"Tidak perlu Aki, aku hanya sebentar, aku akan pulang di hari aku berangkat. Aku akan pulang saat malam"
Keduanya memutuskan hidup mandiri di saat keduanya menginjak kelas 2 SMA.
Di sebuah apartemen kecil yang murah.
Keduanya menutupi ekonomi degan kerja sambilan serabutan.
"Uang dari mana?"
"CEO kantor ayah adalah temannya, beliau yang bayarkan"
"Kenapa tidak dikirim saja?"
"Aku yang minta Aki, aku tidak mau barang ayah hancur juga"
Aki mengerti maksudnya dan memilih diam sambil membantu remaja putri itu berkemas.
Mengemasi beberapa barang di ransel besar yang biasa dipakai saat studi tur sekolah.
"Bagaimana pelatihanmu Aki?"
"Kishibe-sensei menyebalkan tapi dia hebat"
"Yokatta ne"
Aki sendiri mulai mencoba berlatih untuk menjadi Devil Hunter.
Selain gajinya besar, kehidupan mereka bisa terjamin.
Belum diterima resmi.
Pagi sekali keduanya ke bandara.
Aki mengantar teman masa kecilnya itu dengan perasaan tidak enak.
"Kalau sudah sampai kasih tahu ya"
"Wakatta yo Aki"
"Makan jangan lupa"
"Aki"
"Hm?"
Anak remaja yang akan beranjak dewasa itu terdiam.
Tubuhnya membeku kala bibirnya bertemu bibir teman masa kecilnya.
Gadis itu tersenyum manis. "Daisuki dayo, Aki"
Aki terdiam sementara pelaku yang membuatnya membeku melambai sampai masuk ke pesawat.
"Wow...", gumamnya memegang bibirnya.
Mukanya merah semerah apel yang sudah matang.
"Rasa apa?"
"Wuah! Kishibe-sensei!"
"Anak muda sekarang berani ya"
"Mayones"
"Hm?"
"Bibirnya rasa mayones karena tadi kami makan sandwich telur"
"Lain kali rasanya pasti beda, kau masih anak-anak untuk mengetahuinya. Ayo aku traktir burger"
Seharian Aki tidak lepas dari ponsel yang terlihat jadul hasil dari jerih payahnya.
Hanya berupa SMS saja jantungbya berdegup kencang.
Pesan teks singkat yang membuatnya tersenyum.
Dadanya berbunga perasaannya terbalas.
Perasaan yang terus ia pendam sejak pertemuan pertamanya dengan teman masa kecilnya itu.
Ia takut untuk mengatakannya karena takut dibenci sang pujaan hati.
Namun semua perasaan itu lenyap seketika.
Di langit yang harusnya gelap.
Bersinar terang akibat kobaran di jago merah.
"[Y/n]!"
Pesawat yang ditumpangi pujaannya itu mendarat dan meledak.
Tubuh manusia yang terbakar tergeletak di sana.
Aki terus mencari cara ke tempat tersebut.
Kaca tidak bisa dipecahkan.
Pemandangan terakhir yang dilihatnya.
Pujaannya itu merangkak ke arahnya karena manik bertemu pandang sebelum ledakan kedua.
Dari banyaknya korban kecrlakaan tersebut hanya hitungan jari yang selamat.
Dalam keadaan kritis.
Termasuk pujaan hati Aki.
"Aku akan berhenti sekolah dan menjadi Devil Hunter...jangan khawatir soal biaya [y/n], semua akan aku tanggung"
Alat penyokong kehidupan terpasang.
Luka bakar yang parah.
Operasi besar yang harus dilakukan beberapa kali.
Aki menepati ucapannya.
Ia tidak sendiri, Kishibe mau membantunya.
"Kenapa kau berhenti sekolah?"
"Aku akan mengabdi pada biro dan jadi Devil Hunter terkuat"
"Hah, bukan karena pacarmu itu kan? Dengar, kau masih sangat muda untuk mati. Menjadi Devil Hunter tidak semudah seperti yang kau kira, belum lagi iblis yang akan kau kontrak bisa saja mengurangi masa hidupnya"
"Tidak masalah, asal [y/n] bisa hidup tenang"
"Menjadi Devil Hunter artinya kau harus menjauhi kerabat, keluarga, dan orang terkasihmu sekalipun. Untuk apa? Mencegah dendam dan hal lain dari devil, kau yakin kau siap?"
Pernyataan dari gurunya membuatnya berpikir kembali.
Ia harus hidup terpisah dari pujaannya yang saat ini terbaring lemah tak sadarkan diri.
Selama beberapa waktu, Aki tidak rutin mengunjungi teman masa kecilnya.
Ia sibuk latihan dan fokus pada tujuannya membunuh Gun Devil.
"Aki"
"[Y/n]..."
Sampai ia tidak tahu jika pujaannya itu bangun dalam leadaan sehat.
"Ikanaide...dame da..."
"Maaf membuatmu khawatir"
"Kau hampir membuatku gila tahu, kau satu-satunya yang kumiliki"
"Aku tidak akan ke mana-mana Aki"
"Aishiteru dakara..."
"Aki?"
"Aku tidak mau kehilangan lagi"