Nine

1.3K 223 21
                                    

"Kemudian, kami menemukan tupai. Dia sangat lucu, pipinya menggembung sangat besar, dia lucu sekali"

Renjun diam mendengarkan segala cerita Jisung tentang perjuangannya bersama Taeyong beberapa hari lalu untuk menemukan seekor tupai yang sangat membuat Jisung penasaran.

"Lalu, kami sempat memancing, Taeyong Hyung mendapatkan ikan besar dan kami membakar ikan itu dan memakannya di pinggir sungai, oh, selain itu aku juga diajari memanah, meskipun terus meleset" Suaranya memelan di akhir kalimat.

Renjun tersenyum kecil, "Baiklah, kalau begitu saya boleh minta tolong sekarang?"

Ya, sedari tadi alasan mengapa Renjun belum membaca surat tersebut adalah karena Jisung memintanya untuk mendengarkan dia bercerita dulu.

"Ya, tentu, kau ingin meminta tolong apa?" Tanya Jisung.

"Ini" Renjun memberikan surat yang ia bawa, "Saya minta tolong untuk membacakan surat ini untuk saya"

"Ah, begitu, aku kira apa" Jisung mengambil surat itu, kemudian dia membacakannya dengan sedikit keras.

"Untuk Renjun tersayang, ewww" Jisung bergidik ngeri, dia kemudian berdehem dan kembali membaca surat itu, "Aku disini baik-baik saja, keadaannya memang sedikit buruk namun semuanya teratasi dengan baik, jadi kemungkinan aku akan pulang lebih awal"

Renjun mengangguk-anggukkan kepalanya, "Terus?"

"Adikku akan pulang sebentar lagi, tolong jaga dia selama aku masih disini, dia lebih parah dari Jisung, jadi tolong sabar menghadapi kelakuan dia. Apa maksud mu Hyung, aku ini yang paling baik dari ketiga adikmu!" Komentar Jisung diakhir kalimat, sedikit tersinggung dan tak setuju.

"Aku juga merindukan masakan mu, dan tentu saja dirimu. Aku yakin kau juga merindukanku—Cih, percaya diri sekali" Jisung masih saja berkomentar sinis, "Saat aku pulang nanti, pastikan kau sudah menyiapkan banyak makanan masakan mu untuk ku, dan tentu saja siapkan dirimu karena mungkin saja kau harus siap tidak tidur semalaman untuk menemaniku"

Wajah Renjun merah padam, dia menundukkan kepalanya malu.

Jisung menarik nafas panjang, "Kenapa panjang sekali suratnya" Gumam Jisung, "Aku merindukanmu, sampai bertemu lagi nanti, jaga dirimu baik-baik"

Jisung menyimpan surat itu diatas meja, "Itu saja" Ujar Jisung, "Oh, dan aku tidak setuju dengan isi suratnya, mana mungkin aku tidak lebih baik dari ketiga adik Raja itu, justru aku lebih baik, kau tau, Adik-adik Raja itu gila, aku pikir aku lebih berotak dibandingkan dengan mereka" Tutur Jisung menggebu.

Renjun hanya mengangguk singkat, "Saya dengar anda memiliki tugas di luar istana, apa itu benar?"

Jisung mengangguk, "Ya, kau mau ikut? Kebetulan sebentar lagi aku akan berangkat"

"Apa boleh?"

+++

Jisung dan Renjun berada di luar istana siang ini, kali ini mereka tidak keluar secara sembunyi-sembunyi, namun karena ini perintah Raja, jadi ini adalah tugas resmi.

"Bagaimana kalau kita membeli makanan dulu untuk anak-anak nanti?" Tanya Jisung.

"Di pasar?" Tanya Renjun.

Jisung mengangguk, "Ayo, kita ke pasar, aku membawa cukup banyak uang hari ini"

Renjun menurut, ia mengikuti Jisung menuju pasar yang sangat ramai. Jisung sudah berlarian kesana kemari, mencicipi berbagai makanan yang kemudian ia beli.

Renjun berhenti di sebuah meja yang penuh dengan aksesoris, tatapannya jatuh pada gelang bewarna hitam dan coklat dengan bandul berbentuk bulan.

"Berapa harganya?" Tanya Renjun.

Mine (JohnRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang