AGATHA KINAYA

235 14 2
                                    


"Agatha! Kamu ini gimana sih?! Bisa-bisanya ngerjain pak Burhan?!"

"Astaga, Kinaya... perasaan kalo di rumah tuh anteng-anteng aja. Giliran di sekolah ada aja yang dikerjain..."

Agatha Kinaya, putri bungsu dari pasangan Dipta dan Niskala hanya bisa terdiam ketika kedua kakak kembar kesayangannya menatap penuh selidik. Diam-diam ia meringis sendiri ketika mengingat apa yang ada di atas meja kantin, tepat di depannya.

"Jadi kamu manggil kita ke sekolah kamu cuma buat nunjukin ini?" tanya pemuda bertubuh gempal, berkulit coklat eksotis dan memiliki paras sangat manis yang kini duduk di sampingnya. Jangan lupakan tatapan penuh intimidasi yang ia tunjukkan, bisa membuat siapa saja beringsut mundur karena takut.

Agatha mengangguk sambil tersenyum kecut. Lalu pemuda berkulit putih yang memiliki rupa hampir mirip dengan seseorang di sebelah kanan gadis itu menghela napas pelan. Ia sudah tahu tabiat adiknya, seingatnya sudah dua kali ini Agatha membuat ulah di sekolah.

"Bantuin Gatha ya, Bang..."

"Enggak!" jawab kedua pemuda tampan itu dengan kompak dan lantang. Bahkan, mereka berhasil menarik perhatian hampir seisi kantin. Membuat ketiga bersaudara itu kompak menunduk dan menggerutu satu sama lain.

"Ya terus ini gimana? Yang dateng mau siapa lagi??" rengek Agatha sambil menatap kedua kakaknya dengan tampang memelas.

"Duhhh... antara bunda atau ayah, deh! Jangan kak Gala pokoknya!" lanjutnya lagi. Kali ini sambil merosot lesu.

Baik Abhimata maupun Abisatya, sama-sama paham kenapa si bungsu satu ini menolak dengan keras jika kakak pertama mereka yang datang ke sekolah untuk memenuhi surat pemanggilan wali murid miliknya. Itu semua karena sifat Gala yang terkenal tegas dan sangat disiplin. Jadi, mereka bisa membayangkan apa yang akan dilakukan si tampan itu ketika tahu tabiat adiknya yang sangat ajaib ini.

"Bunda aja deh bunda..." tukas Agatha sambil bergerak gelisah di kursinya.

"Ya udah nanti pulang sekolah suratnya kasih ke bunda. Jangan kayak dua bulan yang lalu. Dipanggil sama bu Misya, tapi suratnya gak dikasih ke orang rumah."

Satya mulai bersuara, disusul anggukan Bhima yang setuju dengan ucapan saudara kembarnya. Ternyata, memiliki adik perempuan yang sedikit pelupa dengan sifat ajaib benar-benar membuat mereka pusing sendiri.

"Yang dipanggil sama bu Misya gak cuma kamu aja kan?"

Bhima menatap adiknya penuh selidik. Ekspresinya berubah masam ketika sang adik menggeleng sambil tersenyum lebar.

"Astaga... kamu udah kelas sebelas... tobat Dek... tobat..."

"Urusin deh, Bang..." kini Satya meletakkan kepalanya di atas meja, tanda menyerah dengan tingkah laku adik bungsunya.

"Kalo begini caranya... bisa-bisa bunda gak mau menuhin panggilan ini. Jarak dua bulan dari panggilan sebelumnya dan kamu udah berulah, Agatha!" keluh Bhima sambil bertopang dagu dan memejamkan kedua matanya.

"Gak ada cara lain ini."

Satya tiba-tiba menegakkan punggungnya dan menatap sang adik dengan raut wajah serius yang berhasil membuat Agatha sedikit begidik ngeri.

Kakak-kakaknya memang tampan dan baik hati meskipun sedikit konyol. Tapi jika sudah mode serius begini, ia tentu saja tidak akan berani untuk terpesona.

"Jangan bilang--"

"Harus sama kak Gala."

Mendengar nama itu disebut, Agatha langsung meringis ngeri. Bahkan gadis itu merengek dan memegangi lengan kedua kakaknya.

GIRL BOSS, SHY-ON BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang