KEVIN GELARA

60 4 1
                                    

Hai eperibadihh...

Happy reading, jangan lupa vote & komen

🦋 ❤️ 🦋 ❤️

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

*****

Remaja berusia tujuh belas tahun itu menatap seseorang di depannya dengan raut wajah datar seperti biasa. Bahkan ia tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika Jingga terkekeh geli sambil melirik ke arahnya.

"Lo beneran gak mau?" tanya Jingga sambil menunjukkan apa yang ada di dalam ponselnya.

"Ck! Buat apa?" gumam Kevin sambil mengalihkan tatapannya. Remaja itu sama sekali tak mengerti dengan apa yang baru saja dilakukan oleh saudara tirinya. Meski Jingga beberapa kali mengatakan jika ia melakukan semua ini demi Kevin.

"Lo mau ngelak apa lagi? Jelas-jelas lo tertarik sama dia. Minimal—"

"Minimal jangan masuk ke privasi orang!" celetuk Kevin kemudian berdiri dan berjalan menjauh.

"Minimal lo deketin dia secara wajar kayak remaja yang lain, Vin..." gumam Jingga sambil menatap punggung remaja itu dengan sendu.

"Seenggaknya, cuma dia yang bisa bikin lo jadi diri sendiri. Kayak dulu lagi,"

Daripada berbicara dengan Jingga, Kevin lebih memilih masuk ke dalam kamar dan menyendiri menikmati ketenangan. Bukan apa-apa, hanya saja ia masih merasa berat setiap kali harus duduk bersama dengan remaja itu.

Setelah menghela napas beberapa kali, Kevin mulai duduk di depan meja belajar. Sebelah tangannya mengambil benda yang selama ini menemaninya ke sekolah.

Seulas senyum terukir di wajahnya ketika memegang bagian lensa yang retak karena kejadian tak terduga di kantin beberapa hari yang lalu. Sebuah kecelakaan kecil yang membuat Kevin bertemu dengan seseorang yang menurutnya unik.

Tidak ada hal menyenangkan dalam hidupnya. Tak ada sesuatu yang mampu membuatnya merasa hidup. Dengan kata lain, Kevin sudah membunuh perasaannya jauh sebelum ia dipindahkan ke sekolah barunya.

Tapi sekarang, sepertinya ia harus sedikit mengikis dinding pertahanannya dan itu hanya untuk satu orang.

"Kevin? Bunda boleh masuk?"

Suara ketukan pintu muncul bersamaan dengan suara seorang wanita yang terdengar lembut. Kevin tahu siapa pemiliknya dan tanpa menjawab pun, ia tahu jika orang itu akan tetap masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu lagi belajar ya?" tanya Sania sambil menghampiri putra semata wayangnya.

"Enggak, lagi diem aja." jawab Kevin sekenanya. Tapi memang benar, ia sedang tidak belajar dan hanya berdiam diri sambil memandangi kacamatanya.

"Kalo Kevin lulus, bisa gak Bunda ijinin Kevin buat kuliah di luar kota aja?"

"Kamu... masih mikirin itu ya?" gumam Sania sambil mengelus surai hitam putranya.

Pertanyaan yang selalu sama, setiap kali Sania menghampiri putranya maka ia akan disuguhkan dengan kalimat itu. Sebenarnya tidak masalah jika Kevin mencoba untuk mandiri, tapi Sania masih merasa tidak tega. Ia tahu jika putranya juga perlu untuk mencari pengalaman baru, hanya saja wanita itu masih belum siap.

GIRL BOSS, SHY-ON BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang