SAHABAT KEPOMPONG

14 1 0
                                    

"Jadi... lo beneran gak ikut om sama tante ke Malaysia?" tanya Agatha yang kini berguling di atas karpet. Menatap Alin yang sibuk menggambar seorang pria tampan nan kekar di dalam tablet miliknya.

Alin menggeleng, "Kagak, mending gue ngelarin gambar buat komik aja."

Agatha diam, kembali menatap sahabatnya yang masih sibuk menggambar itu dengan tenang. Memang tak perlu diragukan lagi, Alin memiliki bakat menggambar sejak kecil dan rupanya bakat itu sekarang menjadi salah satu sumber penghasil uang untuknya.

Bagaimana tidak, kini gadis yang masih menempuh pendidikan di menengah atas itu sudah berhasil menerbitkan beberapa karya pada salah satu platform komik digital yang sedang terkenal. Bahkan tak tanggung-tanggung, dalam waktu beberapa bulan sejak perilisan cerita pertamanya, Alin berhasil mendapat beberapa ribu pengikut pada akun sosial medianya. Benar-benar mampu membuat anak seumurannya merasa iri, mungkin termasuk Agatha.

Ya, Agatha bahkan sempat berandai-andai, bagaimana jika ia juga memiliki bakat yang mengesankan seperti itu. Mungkin ia akan menjelma menjadi gadis populer dengan penggemar yang cukup banyak. Dan pemikiran itu membuatnya tertawa tertahan.

"Bakat gue apa ya?" gumamnya tanpa sadar, dan berhasil membuat Alin menoleh ke arahnya.

"Ya.... mana gue tau! Tapi bukannya lo sebenernya suka masak ya?" tanya Alin yang kini kembali fokus pada pekerjaannya.

Agatha mendengus, kemudian mengerang kesal dan memilih untuk duduk. Memang benar hobinya adalah memasak. Tapi bakat? Ia sama sekali tak tahu.

"Sebenernya gak bisa disebut bakat juga. Masak itu cuma hobi, sih. Lagian selain masak gitu... apa kek!" gerutu Agatha yang kini mulai mendekatbke arah sahabatnya, ikut bergabung bersandar di kaki sofa.

"Ya udah sih, Tha, santai aja. Lagian kita juga masih sekolah, belum kuliah terus kerja. Gak usah terlalu dipikir. Eh, lo mau nemenin gue ke makam kak Gabriel gak?"

Kedua mata lebar milik Agatha menatap Alin dengan penuh semangat. Gadis itu mengangguk antusias sambil tersenyum lebar, "Boleh... udah lama juga gak ke sana. Tapi jangan sore-sore banget ya, takutnya hujan."

"Sip, boss..." Alin mengacungkan kedua ibu jarinya dan kembali melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat tertunda. Sementara itu, Agatha menatap keluar jendela, mengamati matahari yang perlahan tertutup mendung. Bulan ini memang biasanya akan turun hujan, bahkan beberapa hari yang lalu juga sempat gerimis meski hanya beberapa menit. Dan hal itu tak luput dari perhatian Agatha yang kini tersenyum tipis, membayangkan bagaimana harumnya aroma tanah yang baru saja terguyur hujan.

"Lin, gue mau cerita dong..."

Agatha berbalik, menatap Alin yang kini melepas kacamata sambil memberi isyarat bahwa ia siap mendengarkan cerita sahabatnya. "Cerita aja, gue dengerin."

"Jadi, beberapa hari yang lalu, kak Gala kan pulang...."

Dan mengalirlah cerita tentang kejadian beberapa hari yang lalu. Agatha benar-benar menceritakannya secara gamblang, tak ada yang ia tutup-tutupi sama sekali. Bahkan di sela kegiatan mendengarnya, Alin sempat dibuat syok ketika sahabatnya itu menyebut satu nama yang bahkan ia sendiri tak pernah membayangkannya.

"Terus tanggapannya kakak lo gimana? Yang tau cuma kak Gala doang?" tanya Alin sembari berusaha mengendalikan ekspresinya yang mungkin sekarang terlihat seperti orang bodoh.

"Kak Gala malah bilang kalo itu wajar dan ya... gue dibolehin buat deket sama lawan jenis kalo emang itu terjadi. Cuma ya harus tau batasan. Buat abang-abang gue yang lain, mereka belum tau. Gue juga belum ada niat cerita. Kayaknya mereka akhir-akhir ini lagi sibuk. Maklum, mahasiswa yang udah deket-deket semester akhir."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GIRL BOSS, SHY-ON BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang