MAKHLUK ASING

132 11 0
                                    

HAPPY READING RAKYAT-RAKYAT WATTPAD... 🦋 ❤️ 🦋 ❤️

Jangan lupa vote & komen biar tidak bintitan hohoho

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

*****

Agatha berdiri sambil menatap beberapa siswa laki-laki yang terlihat sedikit terkejut. Lalu tatapannya beralih ke arah seorang siswa lain yang kini menunduk sambil memegangi dahinya.

Dahi Agatha mengernyit ketika melihat sesuatu yang menurutnya aneh. Tapi tak berlangsung lama, gadis itu seketika menunjukkan sedikit raut wajah panik.

"Ikut gue!"

Tanpa menunggu jawaban, gadis itu menarik tangan seseorang di bawahnya, sedikit memaksanya untuk berdiri dan menyeretnya dengan tergesa menuju ruang UKS. Biar saja keributan tadi menjadi tontonan para siswa yang lain, yang terpenting sekarang adalah dahi seseorang yang masih diam sambil mengikuti langkahnya.

Dalam hati ia merutuki kebodohannya, kenapa tiba-tiba dengan mudahnya membawa siswa yang bahkan tidak ia kenal masuk ke dalam ruang UKS. Seingatnya, Agatha tadi sempat berjanji pada sang ayah jika ia tidak akan menimbulkan keributan lagi.

Ah! Ia mulai ingat jika sekarang memang bukan dirinya yang menyebabkan huru-hara di kantin.

Tinggal beberapa langkah mereka sampai di depan UKS, tapi justru Agatha berhenti mendadak, membuat tubuh jangkung di belakangnya menabrak punggungnya cukup keras. Bahkan hampir membuat gadis itu tersungkur dan mencium lantai.

Ia baru saja ingat. Jika dirinya membawa siswa ini, maka masalahnya akan menjadi lebih panjang dan mau tak mau ia harus menghadapinya. Tapi bagaimanapun juga, Agatha harus menghindari keributan seperti yang sudah ia janjikan pada sang ayah.

"Anjir! Sialan!"

Kesal karena pikirannya yang tiba-tiba bercabang, Agatha meneruskan langkahnya dan membawa siswa itu ke salah satu bilik yang ada di sana.

"Tunggu sini!"

Setelah kepergian Agatha, siswa itu mendongakkan kepalanya. Menatap seisi ruangan yang didominasi warna putih, sambil memikirkan ternyata inilah rupa UKS di sekolahnya. Begitu bersih dan terawat, dengan bau obat yang samar-samar tercium oleh indera penciumannya.

"Coba liat mana lukanya!" ujar Agatha sambil meletakkan kotak obat di atas nakas.

"E-eh? Gak luka kok..." ujarnya dengan suara pelan. Bahkan jika ruangan ini tidak hanya diisi oleh mereka berdua, Agatha sangat yakin ia tak akan bisa mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh remaja itu.

Agatha berdecak kesal dan langsung menarik tangan yang sejak tadi menutupi dahi sang pemilik.

"Gak luka dari mananya?! Orang berdarah gini!" gerutu Agatha sambil mulai membersihkan luka remaja itu dengan pelan.

Inilah salah satu keuntungan mempunyai ibu seorang dokter. Ia jadi bisa mempelajari beberapa teknik pembersihan dan pengobatan luka dengan mudah. Bahkan, Agatha bisa menerapkan pada dirinya sendiri jika sedang terluka karena tergores ketika memanjat pagar atau yang lain.

GIRL BOSS, SHY-ON BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang