Satu minggu berlalu begitu hampa bagi seorang Jeon Jeongguk, tak ada lagi hari-hari indahnya mencegat Taehyung di lorong sambil bermain-main omong kosong, tak ada juga hari-hari dia mengejar Taehyung lalu coba meremas pantat sintalnya, tidak ada hari-hari Jeongguk memberi Taehyung kejutan sebuah ciuman yang memuaskan dahaga. Haaah, sangat menyedihkan.
"Jeon, tolong bantu yang lain mengangkat barang-barang di bagasi mobil!" seru salah satu pemain baseball─teman satu tim Jimin.
Jeongguk mengangkat jempolnya tanda mengerti, dia perlahan turun dari mobil sembari menghirup udara basah dari hutan yang kemarin diguyur hujan. Rasa iri sekali lagi membuncah hebat di hatinya, dia sudah satu minggu tidak bisa memuaskan dahaganya karena sang pujaan hati menghilang begitu saja. Tolonglah jangan membuat Jeongguk iri!
Apakah rindu memang seberat ini?
"Woy! Angkat yang benar!" Jimin dengan sengaja menoyor belakang kepala Jeongguk, sengaja, tolong di tebali saja kata itu. memang mereka berdua itu seperti musuh tapi sahabat, sahabat tapi musuh. Apalah terserah mereka.
Dan karena hubungan ambigu keduanya, Jeongguk tentu saja tidak bisa pasrah kepalanya yang berisi memori indah tentang Kim Taehyung sang pujaan hati di toyor oleh tangan hina seorang Park Jimin, kalau dia tiba-tiba kehilangan memori tentang manisnya bibir Taehyung bagaimana?!
"Oh, tolong angkat ini sekalian jika aku salah."
Tiga tas besar jatuh seketika ke tumpukan barang bawaan Jimin. "Sialan!" Tentu saja Jimin merasa tangannya hampir patah karena berat yang tiba-tiba menumpuk, namun latihannya sebagai tim inti baseball ternyata tdak mengkhianati hasil. Jimin toh berhasil membawa barang-barang di tangannya menuju vila yang akan menjadi tempat liburan mereka selama dua hari ke depan.
Terkekeh melihat Jimin yang kesusahan, Jeongguk yang puas berbalik melihat tiga orang lain yang kebetulan pemain inti dari tim baseball aka teman jimin lagi. Yah, tidak salah juga Jeongguk melabeli mereka sebagai teman Jimin karena toh Jeongguk sama sekali tidak kenal, kebetulan saja dia berada di barisan cadangan karena terlalu malas ikut latihan, alpha sepertinya yang hanya tahu bermalas-malasan menyia-nyiakan bakat alaminya sebagai seorang petarung. Yah, bisa apa dia, meski hanya duduk sebagai cadangan dia masih harus ikut bertanding demi nama baik universitas dipaksa oleh coach mereka.
"Apakah ada lagi yang harus diangkat?" tanya Jeongguk apa adanya, matanya yang besar terkadang membuat orang lain kagum dan terpesona dalam kurun waktu singkat. Namun jangan lupakan badan besar berotot juga tato yang menghiasi tangan kanannya.
Bang mengendikkan bahu sebagai jawaban, "Sudah diangkat oleh Jimin seluruhnya tanpa sisa, baiklah mari melihat-lihat."
[][][]
Beberapa jam kemudian setelah Jeongguk dan teman-teman Jimin pergi menyusuri kawasan sekitar vila malam mulai awan mulai menjemput senja. Jeongguk sendiri yang dasarnya memang keras kepala sejak lahir pada akhirnya harus berbangga diri karena dirinya tersesat. Oh, salah siapa yang menyuruh teman-teman Jimin pergi duluan? Tentu saja salah Jeonnguk, siapa lagi.
"Oke, mari mencari bantuan dengan menelpon Jimin." Pasrahnya tiba-tiba sembari mengambil ponsel dalam saku jaket.
Jeongguk si keras kepala ini tidak tahan dengan tiga hal; pertama di acuhkan oleh Taehyung, kedua kelaparan, dan yang terakhir harus mengakui jika dia buta arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED BLOOD [PDF] ✅
FanfictionKeduanya adalah sang pemangsa, keduanya adalah musuh bebuyutan, namun... lain cerita jika pada akhir keduanya malah mempermainkan takdir yang tak seharusnya mereka pangkas untuk bersama. [KookV -ABO -Omegaverse -AU -vampire -yaoi]