© THIRD ©

2.6K 410 46
                                    



Awan tampak menggulung langit biru dengan begitu semangat. tak ada angin, tak ada kabar dari laporan cuaca. Tiba-tiba saja gerimis datang menghambat perjalanan pulang Taehyung yang masih dia tempuh satu langkah saja dari kampus. Tch, kenapa hari ini dia begitu sial. Tau begini dia tidak akan menolak ajakan Namjoon untuk pulang bersama tadi. Tau begini dia tidak akan keras kepala dan memilih untuk membuang muka. Tau begini, dia tidak akan terjebak bersama werewolf jelmaan anjing bebal yang berlarian membelah hujan dengan senyum lebar memuakkan di mata Taehyung. Sial, sial, sial!

"Rambut merahmu itu benar-benar menakjubkan!" cetus Jeongguk sambil mengibas-ngibaskan rambut basahnya pada udara. Posisi keduanya bersandingan, Taehyung dengan wajah datar dan tak peduli. Sedangkan Jeongguk, dengan wajah penuh kebahagiaan. "Serius, apa kau sengaja mengecat rambutmu sewarna darah agar orang-orang tau kau itu vampire?!"

Ya kan, lihat saja bagaimana perangai pemuda werewolf yang sebenarnya anjing itu! Benar-benar cari mati.

Taehyung mendengus, matanya menatap tajam Jeongguk yang sudah selesai dengan urusannya. "Apa sebenarnya maumu, werewolf?"

Nada serius Taehyung membuat Jeongguk menoleh, werewolf muda itu berhenti tersenyum. Menghadap Taehyung dengan seluruh atensi yang begitu penuh hanya untuk sang vampire cantik itu. "Kau benar-benar bertanya apa mauku?"

"Berhenti bermain-main, kita bahkan tak saling kenal." Taehyung kesal, namun Jeongguk tentu saja punya begitu banyak akal untuk mate tersayang yang pasti akan dia jadikan pasangan abadinya.

"Akan kukoreksi, aku sudah mengenalmu beberapa hari yang lalu. Kita bahkan sudah lebih dari sekedar mengenal bukan?" Taehyung menggeram rendah. "Owh, tunggu... namamu Kim Taehyung dan kau adalah sepupu Namjoon. Aku cukup mengenalmu. Jadi kau juga harus mengenal calon pendampingmu ini." Tangan Jeongguk terangkat keudara, menyusup pada helai sewarna darah yang terasa lebih halus dari yang dia duga. "Aku Jeon Jeongguk, mate-mu."

Taehyung menepis jemari Jeongguk kasar, ia marah. Benar-benar marah dengan semua omong kosong yang coba Jeongguk paparkan padanya. Mate? Apa werewolf itu sinting! Dia vampire, dia bukanlah salah satu dari sekawanan anjing yang hidup berkelompok dengan system kasta memuakkan itu.

Tanpa menatap Jeongguk, Taehyung memilih hengkang. Ia melangkah dengan cepat menyongsong hujan tetapi Jeongguk tentu tak kalah cepat darinya. Dalam satu sentakan tangannya yang begitu kuat lengan Taehyung sudah berada dalam kukungan jemarinya. Kedua netra itu bertaut, menyelami keindahan masing-masing yang begitu berbeda. Bahkan suhu tubuh mereka pun berbeda.

"Setidaknya jangan menolak ini." Sebuah payung lipat Jeongguk berikan pada genggaman tangan Taehyung yang terkepal erat. Belum sempat Taehyung melayangkan protes, Jeongguk telah melangkah pergi dengan cepat dari pandangan.

Werewolf muda itu gila, Jeon Jeongguk. Taehyung bahkan tak perlu sudah payah untuk mengetahui namanya. Lantas, saat semua perbedaan itu terpapar begitu rapi dalam takdir yang menghubungkan keduanya. Sebuah benang merah telah terbelit saat Taehyung memutuskan untuk tak membuang payung pemberian Jeongguk. Karena sang vampire tidak sedingin yang terlihat. Dia juga makhluk yang diciptakan dengan kasih yang begitu megah.

Sore itu, di mana semua kegilaan yang dimulai dengan tindak tak senonoh sang werewolf berakhir dengan kata-kata tak masuk akal yang pada akhirnya berbuah dengan simpati aneh hanya karena sebuah payung. Taehyung coba merapikan seluruh pikiran buruknya, setidaknya werewolf itu baik. Cukup untuk dia katakan baik namun tetap tidak untuk dia jadikan sebagai apapun dalam hidupnya. Bukan hanya karena pemuda itu gila, bukan hanya karena pemuda itu kurang ajar, bukan hanya karena mereka berbeda. Tapi, karena semua hal itu tidak akan pernah membuat keduanya berada dalam posisi yang baik bahkan untuk menjadi teman sekalipun.



[][][]



"Kau benar-benar tidak waras Jeon, kau sudah kehilangan akalmu." Jimin menatap skeptis Jeongguk yang tengah berjalan santai menuju asrama dengan baju basah kuyup. Dia yakin ini pasti lagi-lagi berhubungan dengan vampire itu. Ya, tidak salah lagi. Untuk apa dia repot-repot bertanya pada Suga apa dia punya payung lantas berlari kesetanan hanya untuk menerjang hujan tanpa alasan jika bukan karena vampire itu.

"Kau akan tahu jika kau bertemu mate-mu, bersabarlah." Jeongguk menepuk bahu Jimin sebagai semangat, dia berlalu dengan cepat menaiki anak tangga dengan bersenandung riang tanpa tahu seseorang menatap punggungnya dalam kesedihan.

Suga, sang Omega itu diam. Wajahnya yang begitu tenang tampak sama seperti biasa namun tidak bagi Jimin. Dia bisa merasakan bagaimana Omega itu merasakan seluruh dunianya hancur berantakan hanya krena sang Alpha yang begitu dia suka malah mencintai orang lain.

"Hey, Suga.." ucapan Jimin terhenti di udara, Suga tersenyum padanya. Omega itu tersenyum untuk menutupi seluruh kesedihannya. "Aku baik-baik saja, terima kasih."

Mendung kelabu, pikir Jimin semua hal buruk itu akan segera berlalu. Dia pikir Jeongguk bisa melihat bagaimana Suga selalu memuja sosoknya. Dia pikir Jeongguk bisa mengerti semua hal kecil yang ketiganya lalui sejak kecil itu sungguh penuh arti. Ya, Jimin berpikir seperti itu bahkan sebelum mereka tahu status werewolf masing-masing. Namun, semua hal buruk itu nyatanya malah semakin buruk. Kelabu itu kini berubah menjadi hitam yang sepertinya begitu kelam, dengan gemuruh guntur dan hujan yang lebih lebat.

Jimin, dia tak pernah tahu sekuat apa Suga. Meski Omega itu tampak begitu hebat. Dia tetap saja Omega yang rapuh. Jimin ingin melindunginya dengan seluruh jiwa dan raganya. Ya, dia begitu ingin melindunginya. Namun, apa yang bisa dia lakukan jika semua ketulusannya itu hanya bagaikan udara yang hampa.



[][][]



Namjoon menatap Taehyung penuh selidik, adik tersayangnya itu datang dengan bau werewolf bernama Jeon Jeongguk yang begitu dia benci. Apa yang anjing itu lakukan pada adiknya? Kenapa bisa bau mereka bercampur seperti itu. Sungguh memuakkan.

"Dari mana kau dapat payung itu?"

Gerakan Taehyung melepas sepatu terhenti sejenak, dan Namjoon masih menatap gerak-gerik Taehyung lekat sebelum dia menjawab. "Teman, dia meminjamkanku payungnya"

Tawa mencemooh Namjoon terbit begitu saja saat kata teman terucap dari bibir mungil Taehyung. Tch, teman? Jadi, apa yang terjadi dengan peringatan jangan berteman dengan sembarangan makhluk tempo hari? Apakah itu hanya wacana semata huh?

"Bisa kau jelaskan bagaimana rupa temanmu itu jika kau berbau seperti anjing basah yang memuakkan, Kim Taehyung?"

Mata Taehyung melebar. "A─aku"

"Jeon Jeongguk." Namjoon melangkah kearah Taehyung, mengusap helai rambut Taehyung yang basah terciprat air hujan lantas melanjutkan. "Bisa kau jelaskan bagaimana dia bisa menjadi temanmu, Taehyung-ah?"



[][][]



©TIAN_LIAN

RED BLOOD [PDF] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang