"Tidak!"
Taehyung jelas tidak akan membiarkan hal ini terjadi.
"Kim Namjoon tidak memiliki alibi, maaf. Dia akan kami tahan sementara untuk dimintai keterangan lebih lanjut."
"Tenanglah oke," bisik Namjoon sembari mengusap punggung tangan Taehyung yang ada di atas pahanya. "Pulanglah, aku akan menelepon Josh. Tidak perlu khawatir."
"Ya, seperti yang dikatakan bajingan ini, kau tidak perlu khawatir Taehyung-ah. Apa kau mau kuantarkan pulang?" Jeongguk lagi-lagi berulah, tidak cukup ya mengacaukan keadaan dengan bersaksi jika mereka bersama dan hanya meninggalkan Namjoon sendiri yang tidak memiliki alibi untuk membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat atau menjadi dalang atas korban?
Taehyung berbalik memutar kepalanya menatap Jeongguk kesal. "Kau, tutup mulutmu!"
Senyum tanpa rasa bersalah Jeongguk terbit begitu saja, Namjoon juga Taehyung benar-benar berharap werewolf ini pergi dari sekitar mereka. Siapapun tolong tarik Jeon Jeongguk pergi. Jeongguk itu bebal tiada tanding jiba bersangkutan dengan pujaan hatinya aka Taehyung, tapi coba pikir sedikit saja apa kau tidak melupakan sesuatu Jeon?
[][][]
Jimin memaki lampu merah sialan ke tiga yang menghalangi jalannya. Mengecek ponselnya berulang kali dan hanya mendapati layarnya yang menghitam sempurna. Dia gelisah, tiga temannya adalah saksi. Siapa yang tidak tahu Jimin mengkhawatirkan Suga─Omega dingin yang sangat rupawan itu bagi Jimin adalah segalanya. Tapi tolong jangan mengajak mereka bertiga mati konyol Park Jimin!
"Jims, calm down okay." Bang Chan yang duduk di samping masih berharap Jimin mendengar ucapannya barusan. Oh, tapi mendengar umpatan lain keluar dari mulut Jimin dia rasa ucapannya hanya sia-sia belaka.
Dua teman lain, Jackson serta Seung Cheol sudah berdoa sepanjang belokan.
Tolong, jaga mereka semua agar aman sampai tujuan oh Tuhan.
Sore itu, di iringi deru mesin mobil yang menderu cemas juga bunyi klakson pengemudi lain yang kesal tersalip. Ada resah yang berceceran di setiap ruas jalan, yang harus berenang menuju tepian dalam diam. Menanti bertemu separuh hatinya yang selalu tak acuh mengabaikan. Sebab dia yang dia khawatirkan tak pernah bisa menatapnya sama. Tak pernah mau menyediakan sedikit celah.
Dia,
Yang namanya selalu Jimin sebut dalam setiap doa, serta asa...
"Suga..." Jimin tak pernah ingin mengacaukan segalanya. Dia hanya tidak bisa mengatur hati juga tubuhnya. Mobilnya dia parkir secepat yang dia bisa lalu menghampiri sosoknya.
"Apa yang sebenarnya sedang kau dan Jeongguk lakukan? Pertanyaan Jimin membawa serta perghatian Suga yang sedari tadi tak teralihkan pada pintu kantor polisi.
Detik itu juga Suga memberikan senyum simpul pada Jimin, dia kembali menatap arah kantor polisi sembari berkata. "Aku menunggu Jeongguk tentu saja." Suaranya setenang angin yang mengusap lembut dedaunan meranggas yang telah siap untuk dijatuhkan, sama seperti hati Jimin yang rela tercabik sakit melihatnya sendirian menunggu Jeongguk, duduk di dalam mobil dengan tatapan sendu dengan wajah datar.
Tolong, berhenti menatap Jeongguk yang sama sekali tidak peduli padamu. Apa kau tidak melihat Jimin yang selalu berada di sampingmu?
"Aku akan menyeretnya keluar agar kau tidak lagi menunggunya."
[][][]
Mata Jeongguk terbelalak kaget, dia sama sekali tidak menduga akan di sapa dengan hantaman Jimin ketika serius membujuk Taehyung untuk pergi meninggalkan Namjoon di kantor polisi. Serius, dia amat sangat terkejut!
KAMU SEDANG MEMBACA
RED BLOOD [PDF] ✅
FanfictionKeduanya adalah sang pemangsa, keduanya adalah musuh bebuyutan, namun... lain cerita jika pada akhir keduanya malah mempermainkan takdir yang tak seharusnya mereka pangkas untuk bersama. [KookV -ABO -Omegaverse -AU -vampire -yaoi]