"Apa ada vampire di kelompok kalian?"
Jeongguk tak menjawab, matanya menatap petugas polisi di hadapannya dengan pikiran bimbang. Apa yang harus dia katakan?
"Tidak," seluruh mata memandang Jimin, menunggu kalimat selanjutnya dia jatuhkan. "Tapi aku akan memberikan kalian informasi lain, ada vampire yang kebetulan menghabiskan waktu sama seperti kami di hutan ini."
"Park Jimin!" seruan Jeongguk membuat petugas menatapnya curiga.
"Hei nak, kau bisa saja kami tangkap jika memberikan informasi palsu." Satu petugas bertubuh gempal mulai memberi ancaman. Namun Jimin masih setenang biasa, dia tahu ada yang tidak beres saat kedua petugas polisi mengetuk vila mereka. Dengan wajah tak ramah, juga mobil pick up yang menyembunyikan buntalan entah berisi apa.
"Temanku akan mengantarkan kalian, dia berteman dengan para vampire itu." lagi-lagi Jimin membuka suara, teman-temannya bahkan heran ada apa dengan Jimin. Apa yang dia lakukan?
"Siapa?"
"Jelaskan dulu, apa yang terjadi?" kini Jeongguk membuka suara, dia tidak memiliki firasat baik tentang apapun yang akan terjadi. Jelas sekali polisi itu mencurigai vampire. Tapi bagaimana mungkin dia mengantarkan dua polisi itu pada Taehyung, kalau itu hanya Namjoon tidak apa, tapi Taehyung bersamanya!
[][][]
Kami menemukan dua tubuh di dalam hutan, satu sudah mati kehabisan darah sedang satu lain telah kami evakuasi ke Rumah Sakit terdekat. Tidak ada pentunjuk, sama seperti kejadian lain yang akhir-akhir ini menjadi teror di Kota. Lalu kami menyusuri siapa saja yang berada di hutan dalam tiga hari terakhir.
"Jeongguk, apa kau mau kutemani?"
Suara-suara petugas yang berdenging dalam otaknya kita kacau oleh pertanyaan Suga. Oh, menemani ya? Dia hanya mau berlari menyelamatkan Taehyung sesegera mungkin sekarang lalu membiarkan Namjoon ditangkap. Tapi bagaimana caranya dia membelah dirinya?
"Ayo nak!" sang petugas bertubuh kurus sudah melambai tak sabar. Ya, Jeongguk sengaja mengulur waktu. Jadi haruskah dia pura-pura sakit perut? Oh, tidak dia hanya perlu berputar-putar saja, dan berdoa semoga Namjoon serta Taehyung sudah pergi dari vila mereka.
"Tunggu, aku akan membawa mobil sendiri." Jeongguk buru-buru mengambil kunci mobil, matanya bersitatap dengan Jimin yang duduk di sofa seolah dia sudah melakukan kebajikan. Dia gila! Ada apa dengannya?
"Kita harus bicara setelah ini."
Mendengar ucapan Jeongguk, Jimin hanya mengendikkan bahu sembari memasang senyum tipis. Teman-temannya yang lain juga menatapnya heran. Oh tapi mereka tidak akan ikut campur atas urusan dua sahabat itu. Suga yang sedari tadi telah mengajukan diri untuk ikut menemani Jeongguk hanya menatap Jimin tanpa bersuara. Dia berbalik saat Jeongguk melangkah pergi menuju mobil. Membiarkan semua rasa cemburu dalam hati Jimin yang telah panas semakin menggelegak.
Mungkin tindakan Jimin memang kekanakan, tindakannya keterlaluan, tapi dia toh benar. Memang ada vampire dan kebetulan sekali mereka mengenalnya. Urusan mereka bersalah atau tidak dia sama sekali tidak peduli.
Dia egois? Impulsif? Oh ya Jimin akan egois, mulai sekarang. Jika itu bisa membuat Suga memberikan sedikit perhatian untuknya. Jimin akan senang hati melakukannya.
Namun Suga toh hanya menatapnya dingin sebelum berjalan menyusul Jeongguk. Dia masihlah menjadi satu yang menatap punggung keduanya, tertinggal sendirian. Lantas apa lagi yang harus dia lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
RED BLOOD [PDF] ✅
FanfictionKeduanya adalah sang pemangsa, keduanya adalah musuh bebuyutan, namun... lain cerita jika pada akhir keduanya malah mempermainkan takdir yang tak seharusnya mereka pangkas untuk bersama. [KookV -ABO -Omegaverse -AU -vampire -yaoi]