© FOURTH ©

2.5K 423 104
                                    



'Pagi ini ditemukan mayat pemuda yang diperkirakan berusia tujuh belas tahun di kawasan taman nasional dengan kondisi kehilangan banyak darah'

"Masih pagi dan kau sudah melihat berita semacam itu?" Jeongguk mencomot daging panggang di piring Jimin. Mengunyahnya kuat sembari melirik sekilas pada berita yang dibawakan pembawa acara sexy di dalam televisi.

"Diamlah, ini sudah beberapa kali. Klan kita jelas bukan pelakunya dan pemerintah mungkin akan lebih melirik para vampire aristocrat itu. Seharusnya kau lebih peduli. Pujaan hatimu juga termasuk di dalamnya bukan?"

Jeongguk diam, kunyahannya berhenti dan berdecak. "Taehyung-ku jelas tidak melakukan hal itu."

"Itu kan Taehyung-mu. Tch, menggelikan sekali aku mendengarnya. Dia vampire Jeongguk, berapa kali harus kukatakan padamu jika kita berbeda dengan mereka!" nada tinggi Jimin membuat Jeongguk menatapnya tajam. "Hati-hati dengan ucapanmu, dia mate-ku."

Jimin terkekeh, mengusap rambutnya sekilas lantas berkata. "Hanya kau yang merasakannya, kau hanya satu-satunya pihak yang mengakui itu. Tidak dengan vampire itu."

"Dia hanya belum mengakuinya." Jeongguk bersikeras namun Jimin tentu tidak hanya diam disitu.

"Tidak, kau salah. Dia bukan belum mengakuinya, dia memang tidak akan pernah bisa merasakannya ataupun mengakuimu. Harga diri mereka yang tinggi dan permusuhan klan kita telah mendarah daging di seluruh tulang mereka tak akan pernah bisa mengizinkan vampire itu merasakan cinta."

Detik saat Jimin beranjak pergi Jeongguk hanya terdiam, ia menahan geraman dan amarah yang tiba-tiba saja membumbung di hampir ruang-ruang otaknya. Ya, mungkin apa yang dikatakan Jimin benar. Apa yang dikatakan Jimin logis. Namun, tetap saja dia tidak mungkin salah. Insting Alphanya selalu meraung pilu ketika dia berdekatan dengan vampire cantik berambut merah darah itu. Rasa yang begitu megah selalu hadir menyusup dalam ruang hatinya dan itu begitu membuat Jeongguk merasa sempurna. Bahkan hanya dengan berdekatan dengannya, hanya dengan menyentuhnya barang satu detik singkat atau hanya dengan menatap kedua manik matanya yang begitu sempurna seluruh darah Jeongguk seolah mendidih dan membuncah dalam bahagia. Mungkin mereka memang berbeda, mungkin memang begitu adanya. Namun Jeongguk tetap tidak bisa mengingkari insting Alphanya yang telah lama menunggu sang belahan jiwa. Tidak, dia memang tidak salah. Taehyung, vampire itu memang takdirnya. Apapun kenyataan yang akan menghadang mereka.



[][][]



Taehyung duduk di lengan sofa, di sebelah Namjoon. Sejak semalam Namjoon mendiamkannya padahal Taehyung sudah menjelaskan dengan sebenar-benarnya tentang bagaimana dia bisa bertemu dengan werewolf bermana Jeongguk itu dan bagaimana tubuhnya bisa berbau seperti anjing basah. Sumpah demi apapun Taehyung memang tidak melakukan apapun dengan anjing itu. Tapi, tch... berbicara dengan Namjoon memang menyusahkan.

"Hyung, bicaralah padaku... hyung, Namjoon hyung." Taehyung bersandar di pundak Namjoon, mengamati garis rahang yang tampak begitu tegas juga jantan. Lantas meniup anak rambutnya yang tak terpotong rapi. "Hyung..."

"Ibumu memintamu menjaga diri Kim Taehyung." Namjoon memulai prakatanya tanpa menatap Taehyung. "Kau tidak tahu bagaimana Bibi berusaha melindungimu dari klan, kau tahu bagaimana Bibi berusaha keras membuatmu diterima walaupun tentu saja dia harus kehilangan segalanya."

"Aku─" Taehyung tercekat saat Namjoon membalik wajahnya hingga keduanya saling tatap. "Kau berbeda, Taehyung-ah... kau jauh lebih lemah dari vampire kebanyakan." Jemari panjang Namjoon membawa sapuan hangat di puncak kepala Taehyung, membawanya mendekat hingga ujung hidung keduanya bersentuhan. "Jangan membuat aku khawatir, jangan membuat semua yang telah ibumu gadaikan sia-sia..." satu kecupan singkat Namjoon berikan di puncuk hidung Taehyung. "Jangan berhubungan dengan para werewolf. Berjanjilah."

"Hm, Baiklah." Taehyung tak menampik ada sebersit rasa kecewa dalah relung hatinya, Namun bagaimanapun juga keluarganya adalah yang terpenting dalam hidupnya. Cukup dia tahu jika dia memang berbeda. Cukup dia mengerti jika dia tidak seperti vampire kebanyakan. Cukup untuk semua hal pahit yang harus mereka lalui dan bertahan di detik ini. Cukup, dan menjauhi satu werewolf tidak mungkin sesulit yang dia bayangkan.



[][][]



Hari berikutnya kampus masih tampak seperti biasa, semua tampak menikmati cuara dingin yang sejuta, para mausia pun tampak tenang padahal terror dari makhluk yang bahkan tidak diketahui bagaimana wujudnya tengah menyerang kota mereka. Semua tampak damai seolah telah direncanakan. Latas, saat sepasang vampire dengan paras rupawan itu datang membelah kerumunan, ada bisik-bisik kosong yang mengudara. Mencemari pendengaran dengan semua desas-desus yang sungguh kekanakan. Karena polisi telah menetapkan siapa yang menjadi tersangka ketika ditemukan bekas gigitan di leher para korban. Tak hanya itu, bukti jika para korban mati karena kehabisan darah pun memperkuat prasangka mereka. Dan beruntungnya lagi, hanya tersisa sedikit vampire yang tinggal dan menetap di kota ini.

Sedikit, dan itu sungguh menyudutkan mereka.

"Mereka membicarakan kita." Taehyung berbisik tepat di telinga Namjoon. Namjoon sendiri tak banyak berbicara. Dia sudah sering menghadapi situasi sulit seperti ini, sudah teralalu sering hingga ia muak menjalaninya. "Yeah, yang perlu kau lakukan hanya biarkan mereka menggonggong hingga lelah. Kita tak memiliki urusan dengan apapun itu. Oke."

Tak menunggu Taehyung mengagguk, Namjoon memilih mengeratkan rengkuhannya pada pinggang kurus Taehyung. Menggiringnya menjauh dari keramaian dan berlalu menuju kelas.



[][][]



"Keluar!" kata Taehyung segera.

Dia benar-benar tak habis pikir dengan werewolf ini. Untuk apa werewolf itu mengikutinya hingga ke dalam bilik kamar mandi seperti ini?

Jeongguk sama sekali tak menjawab teriakan Taehyung, ia memandang langit-langi seolah menilai ulang sesuatu yang begitu pelik dalam benaknya. Selagi werewolf itu diam, Taehyung tanpa sadar mempelajari sosoknya. Tingginya hampir mencapai seratus delapan puluh centi meter, dengan tubuh tegap dan bagus. Rambut sewarna kayu tua dan rahang yang begitu menakjubkan.

Jeongguk menoleh pada Taehyung, merasakan dirinya tengah diamati. "Kau tahu," kata Jeongguk menggantung. "Jika aku begitu ingin mencoba satu hal."

Awalnya Taehyung tidak mengerti. "Aku rasa harus dimulai dari yang paling mudah."

Awalnya Taehyung hanya menatap aneh sang werewolf muda itu tanpa berkedip. Tetapi tatapan itu tak lama berubah semakin lebar. "Apa yang akan kau la─"

Jeongguk menciumnya dalam diam, membawa tangannya mengunci tubuh Taehyung dalam kuasa dan tak mempersilahkan semua berakhir begitu saja dalam satu kecupan polos. Secara naluriyah seharusnya Taehyung melawan, seharusnya dia berusaha menolak semua sentuhan Jeongguk. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, tubuh Taehyung seolah luluh tanpa syarat, kedua tungkai kakinya mendadak lemas dan sebuah perasaan asing tiba-tiba membakar dirinya. Ia merasa begitu panas dan tertarik tanpa sebab hingga mencondongkan tubuhnya ke depan, balas mencium sang werewolf itu kuat-kuat.



[][][]



©TIAN_LIAN

[A/N : hai... Bagaimana dengan ff ini? Lanjut gak nih? Wkwkwkwk. Okelah, saya harap kalian sehat, jangan lupa makan, minum juga bahagia! Salam Go Green! Tian]

P.s : cerita ini akan menemani sabtu minggu kalian yah, jadi beri kami semangat dg vote serta komen di setiap chapter!!!

RED BLOOD [PDF] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang