© FIRST ©

3.8K 488 52
                                    



"Hei, kau tahu Suga itu tipe Omega dengan aura Alpha yang dominan. Entah bagaimana Omega cantik itu selalu membuatku jatuh hati meski dia jelas-jelas sudah menyatakan secara gamblang ketidaksukaannya padaku."

Jeongguk mengunyah burger dengan tenang, alih-alih mendengarkan curhatan Jimin—sahabatnya, ia lebih memusingkan bagaimana rasa burger hari ini berbeda dengan hari kemarin. Roti hari ini jauh terasa lebih renyah sedang kemarin daging yang mereka sediakan terasa lebih segar. "Gguk! Kau dengarkan. Aku taruhan jika sepupu Namjoon pasti tidak jauh dari vampire pembuat onar itu. Aku rasa dia pasti jauh lebih bengis dari vampire sialan itu. Hei, kau mendengarku tidak?!"

"Iya iya, telingaku masih terbuka lebar untuk mendengar omong kosongmu itu Jim. Tenang saja." Jeongguk meneguk cola, mengusap bibirnya dengan punggung tangan sebelum melanjutkan. "Ngomong-ngomong apa masalahmu dengan vampire itu? Bukannya yang sering terlibat baku hantam dengannya aku?"

Jimin meringis, tawa itu tampak begitu menyebalkan bagi Jeongguk. "Karena hal itu Suga selalu murung."

"Maksudmu? Suga menyukai Namjoon?!" mata Jeongguk melebar, gila. Alpha dengan hati selembut Omega macam Jimin ini nyatanya memang ada.

Hela napas lelah Jimin terdengar, ia menggusrak puncak kepala Jeongguk masih dengan senyum menyebalkan miliknya. "Tidak usah kau pikirkan." Jeongguk mengelak, memicingkan matanya tajam seolah ingin membunuh Jimin hanya dengan tatapannya. "Jauhkan tanganmu jika tak mau kupatahkan dalam satu detik."

Jimin terbahak, entah apa yang lucu dari ucapan Jeongguk itu kalimat ancaman. "Oh, lihat—hei, Namjoon dan pemuda berambut merah membara? Apa vampire itu sudah putus dengan pacarnya?!"

Secara otomatis Jeongguk membalik tubuh, ada sesuatu yang magis saat matanya melihat sosok berambut merah membara yang tengah didekap erat oleh musuh bebuyutannya—Namjoon. Dengan mata sehitam jelaga dan kulit sepucat mayat. Semua hal itu tiba-tiba menjadi pemandangan paling indah yang pernah tertangkap netranya. Sosok itu, entah bagaimana Jeongguk bisa menjabarkannya. Yang jelas, Jeongguk rasa dia— "Aku tidak tahu ada vampire secantik itu?"

Gumaman Jeongguk jelas terdengar Jimin. Alpha itu kaget, benar-benar tak percaya dengan suara yang baru saja melintas ditelinganya. Gila?! Hal gila macam apa ini?!!

"Apakah perasaan ini disebut jatuh cinta?"

Ada senyum hangat Jeongguk sebagai pemanis kata, senyum yang tak pernah Jimin lihat bahkan selama mereka kenal dan berteman hingga detik ini. Senyum yang nyatanya pasti membuat banyak makhluk siap jatuh pada pelukan sang Alpha dengan kelainan otak macam Jeon Jeongguk.

Dia Werewolf, Jeongguk masih berstatus musuh dari makhluk penghisap darah itu jika dia lupa. Bagaimana bisa dia menyatakan hal tabu semacam itu?



[][][]



Yang Taehyung tahu kampus ini adalah kampus yang cukup bagus, Ibunya tentu tidak akan membuangnya jauh-jauh kemari dan harus berhadapan dengan sepupunya tercinta jika kampus ini sama dengan kampus lain yang masih menganggap kaum vampire adalah makhluk yang harus dimusnahkan. Tch, serius. Di zaman semodern ini mereka semua sudah hidup berdampingan selama puluhan tahun setelah perjanjian perdamaian antara werewolf, manusia, dan vampire. Kenapa hanya vampire saja yang masih dianggap sebagai ancaman? Apa karena makanan mereka adalah darah segar? Gila, hal itu sudah diatasi dengan sangat baik oleh pemimpin mereka. Apalagi yang mereka takutkan?

"Aku tidak suka pandangan mereka, itu menyebalkan." Taehyung menggerutu dalam dekapan Namjoon. Pemuda dengan tinggi proporsional yang sungguh membuat Taehyung iri itu hanya tersenyum. "Karena kau menakjubkan dengan segala hal yang kau punya, Taehyung-ah."

Mata Taehyung berputar jengah, lantas seolah takdir memang begitu murah hati. Kedua netra hitamnya tak sengaja terpaut pada sepasang mata tajam dari seorang werewolf yang tengah tersenyum dengan bodoh. Werewolf itu mengejeknya atau bagaimana?

"Siapa werewolf yang tersenyum idiot itu?" tanya Taehyung membuat Namjoon menyapu pandangan. Ia mengawasi beberapa werewolf yang ada dan melihat Jeongguk—musuhnya.

"Jangan berteman dengannya, kau tahu vampire tidak pernah berteman dengan werewolf meskipun kita telah menyepakati perjanjian perdamaian bukan?" nada suara Namjoon terdengar tak main-main, dan sepertinya Taehyung mengerti berstatus sebagai apa werewolf itu dimata sepupunya. Taehyung tebak hubungan keduanya pasti kurang baik.

Taehyung mengendikkan bahu, "Seperti aku spesies yang mudah berteman pada semua makhluk saja."

Namjoon tertawa hambar, bagaimana Namjoon tidak khawatir. Bibinya mengirim Taehyung ke sini tentu bukan tanpa sebab. Dia mengirim bocah itu karena banyak hal, karena Taehyung terlalu tidak peka, terlalu polos, terlalu baik hati, terlalu bahaya jika dibiarkan hidup sendirian di kota besar seperti Seoul jika dia masih saja menolong setiap makhluk yang tak sengaja dia temukan ditengah jalan. Sekarang mungkin hanya hewan, jika lambat laun kemurahan hatinya itu malah menimbulkan hal yang jauh lebih kompleks. Entah apa yang akan bibinya lakukan. Mungkin dia akan menikahkan Taehyung dengannya.

"Apa kau mau jus darah? Kantin punya jus darah yang tak kalah segar dari yang kau punya di rumah."



[][][]


©TIANLIAN 

RED BLOOD [PDF] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang