04. Ternyata

946 77 3
                                    

Sesampainya di kantor, Kim SeokJin meminta sekretaris untuk membuatkan kopi.

Sekretaris langsung menghubungi kepala OB di pantry untuk membuatkan kopi pesanan sang CEO muda.

Begitu mendapat telepon dari sekretaris, Kepala OB segera memerintahkan anak buahnya untuk membuat dan mengantar kopi ke ruangan Sajang-nim.

Selesai membuat kopi, OB bergegas membawa kopi tersebut ke meja Sekretaris.

"Selamat Pagi, Biseo-nim
Ini kopi untuk Sajang-nim", sapa si OB meletakkan kopi buatannya di meja sekretaris.

"Terima kasih, kau boleh pergi", perintah sekretaris itu.

Sekretaris mengetuk pintu ruangan sang CEO dan segera membawa masuk kopi tersebut kemudian meletakkannya di meja tamu seperti biasanya.

"ini kopinya, Sajang-nim",

"Terima kasih, kau boleh keluar", usir SeokJin yang tak suka dengan penampilan sekretaris Appanya itu.

SeokJin beranjak dari meja kerja menuju kursi tamu yang berada di ruangnya.
Duduk menghadap langit biru yang jadi pemandangan indah dari balik kaca gedung kantornya itu.
Mengambil gelas kopi dan meminumnya.

'kenapa rasa kopi ini tidak seperti biasanya', pikir SeokJin

Jin kembali ke meja kerja kemudian menghubungi sekretarisnya.

"masuk", perintah Jin pada sekretarisnya.

Sekretaris segera menghadap.

"Siapa yang membuat kopi ini, kenapa rasanya tidak seperti biasanya?", tanya Jin pada Sekretarisnya.

" Maaf, Sajang-nim
seperti biasa bagian OB di pantry yang membuatnya", jawab Sekretaris cemas.

"Tolong panggilkan OB yang membuat kopi ini!", perintah SeokJin

" Baik, Sajang-nim",

Sekretaris segera menghubungi kepala Pantry.

"Pak Jung, siapa yang membuat kopi untuk Sajang-nim?",

"Pekerja Part time yang baru beberapa hari ini bekerja sebagai OB di Kantor, Biseo-nim", jawab Kepala OB

"Memangnya kemana OB yang biasa membuatkan Sajang-nim kopi?",

"Hari ini tidak masuk karena sakit",

"Suruh OB baru itu menghadap ke ruangan Sajang-nim, sepertinya dia marah karena kopi buatannya",

"Baik, Biseo-nim", segera memanggil OB baru dan memberi tahunya untuk menghadap Sajang-nim dan menjelaskan masalah kopi yang ia buat.

OB baru itu segera pergi ke ruangan Sajang-nim.

Sebelumnya Sekretaris sudah menjelaskan pada Sajang-nim kalau OB yang biasa membuatkan kopinya tidak masuk kerja karena sakit.

Sesampainya di ruangan sekretaris, OB baru itu membungkukkan badannya pada Biseo-nim.
Kemudian mengetuk pintu ruangan Sajang-nim.

"Masuk", perintah Sajang-nim dari dalam ruangan.

OB baru itu masuk dengan menundukkan kepalanya kemudian membungkuk kan badannya pada Sajang-nim.

"Annyeonghasimnikka, Sajang-nim",

Seokjin mengalihkan pandangannya dari laptop ketika mendengar suara yang tidak asing baginya.

"Jungkook?", SeokJin hampir tak percaya dengan seseorang yang kini berdiri dihadapannya.

"Hyung...agh maaf...Sajang-nim", Jungkook pun di buat kaget dengan sesosok yang duduk di hadapannya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Jungkook-ah",

"Aku sedang bekerja Sajang-nim"

"Sejak kapan kau bekerja disini, mengapa aku tak pernah melihatmu?"

"Aku baru seminggu bekerja part time di kantor ini, Sajang-nim"

"Aku masih tidak percaya kau bekerja disini, Jungkook-ah",
Jin bangun dari duduknya menghampiri Jungkook dan memeluknya.

Jungkook bingung dengan yang di lakukan Jin padanya, ia tak mengerti mengapa laki-laki yang biasa dia panggil Hyung itu memeluknya.

"Maaf jika keberadaanku di kantor ini mengejutkan Sajang-nim",

"Kau tak perlu memanggilku Sajang-nim saat kita sedang berdua seperti ini, Jungkook-ah.
Kau boleh tetap memanggilku Hyung saat tak ada orang lain di ruanganku",

"Itu tidak sopan, Sajang-nim",

SeokJin tertawa mendengar jawaban Jungkook. Kemudian melepas pelukannya.

"Baiklah, Jungkook-ah
Mulai besok kau yang harus membuat kan kopi untukku dan membawanya langsung ke ruangan ku. Aku suka kopi buatanmu".

"Baik, Sajang-nim
Kalau sudah selesai aku akan kembali ke pantry", pamit Jungkook.

" Tunggu dulu, Jungkook-ah
berikan nomor ponselmu",

Jungkook mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
SeokJin langsung mengambil ponsel itu  dan menyimpan nomernya di ponsel Jungkook, kemudian menghubungi nomor  pribadinya.

"Terima kasih, Jungkook-ah", sambil mengembalikan ponsel milik Jungkook.

"Baiklah, kalau begitu aku pamit kembali ke pantry, Sajang-nim",

"Nanti sore kita berangkat ke kampus bersama-sama",

"Maaf, Sajang-nim
Aku akan berangkat sendiri ke kampus naik bis seperti biasanya".

"Aku tidak menerima penolakan, Jungkook-ah.
Ini perintah atasan untuk pegawainya",
SeokJin mulai menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.

"Tidak baik dilihat pegawai yang lain, kalau sampai aku naik mobil bersamamu, Sajang-nim",

"Aku tunggu jam 4 sore di basement, Jungkook-ah", sambil membukakan pintu untuk Jungkook.

Jungkook membungkukkan badannya dan berlalu dari ruangan CEO.
Dia tak habis pikir dengan jalan
pikiran laki-laki yang kini dipanggilnya Sajang-nim itu.

'Apa yang harus aku lakukan, haruskah aku melakukan apa yang dia perintah kan, bagaimana jika ada pegawai kantor yang melihatnya, apa yang akan mereka pikirkan, sedangkan aku masih baru disini', perang batin yang kini Jungkook rasakan.

301122

Happy Reading

Tinggalkan like & coment






First Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang