5. Nomor Asing

19 4 0
                                        

Maisha masih mengikuti cowo yang menggandeng nya ke suatu tempat.

Maisha menghempaskan tangannya ketika cowo tersebut membawanya ke uks sekolah. "Lo mau ngapain sih?" tanya nya pada cowo tersebut.

Cowo tersebut mendengus sebal. "Lo mau diobatin aja cerewet banget sih!" jawab cowok tersebut heran dengan kehebohan gadis didekatnya ini.

"Ya tapi lo gak usah narik narik juga! tangan gue sakit." ucap Maisha mengusap usap tangan kirinya yang masih terasa nyut-nyutan.

"Nama lo siapa sih?, gue belom tau nama lo" tanya cowo tersebut.

Maisha memutar bola matanya malas. "Nama gue Maisha. udah puas lo?" jawab nya kesal.

Cowo tersebut mengangguk angguk mengerti. "Nama gue Sakti. lo bisa panggil gue Tama, panggil sayang juga boleh" ucap Sakti menaik turunkan alisnya.

Maisha berdecih pelan. "dih!, dasar gila" ucap Maisha bergidik ngeri.

Sakti menarik tangan kiri Maisha pelan, lalu mulai mengobati tangan tersebut dengan telaten.

Setelah selesai mengobati tangan Maisha. Sakti kemudian menaruh kembali obat obatan yang dia pakai tadi untuk mengobati tangan gadis didekatnya itu.

Maisha tersenyum tipis. "Makasih ya lo udah mau ngobatin tangan gue ini" ucap Maisha tersenyum kikuk.

Sakti hanya mengangguk anggukan kepalanya. kemudian pergi dari uks meninggalkan Maisha sendiri disana.

Maisha masih menatap kepergian cowok yang mengobati tangan nya tersebut mulai menghilang di belokan uks.

Tak lama, Anggun dan Vanesha tiba di uks tempat Maisha berada. "lo gak apa apa kan Sha?" tanya Anggun panik melihat Maisha dari bawah sampai atas.

Maisha menunjukan tangan nya yang habis diobati oleh cowok tadi. "Udah agak mendingan, yuk ke kelas lagi." ajak nya kemudian diangguki oleh Anggun dan Vanesha.

***
Irzie menatap Fanzi dan Reynaldi bergantian. "Kenapa lo pada kabur pas dihukum?" tanyanya dengan wajah datar.

Fanzi dan Reynaldi saling tatap. sampai akhirnya Reynaldi yang angkat bicara. "Lah bukannya lo juga kabur ya?" jawabnya tak terima dengan pertanyaan konyol sahabatnya tersebut.

Irzie mendengus pelan. "Karena gue bosen!" alibi nya.

Fanzi memutar bola matanya malas. "sama aja sialan" gerutunya kesal.

Irzie berdiri dari duduknya menuju keluar kelas. "Mau kemana lagi lo?" tanya Reynaldi heran.

"Mau liat lo dihukum lagi" jawabnya enteng.

Tak lama kemudian, guru yang mengejar mereka tadi sudah berada di depan kelasnya.

Reynaldi menepuk nepuk punggung Fanzi. "Fan, tuh guru kok gak nyerah ya?" ucap Reynaldi tak habis pikir.

Fanzi mengedikan bahunya. "gak tau gue" jawabnya cuek.

"Yang namanya bapak sebut, segera ke depan" ucap guru tersebut to the point.

Semua murid pun kemudian fokus pada guru tersebut untuk mendengarkan nama murid yang akan dipanggil.

"Fanzi Ibrahim"

"Sakti Pratama"

"Reynaldi Saputra"

ucap guru tersebut membuat semua atensi semua murid teralihkan pandangannya kearah Fanzi dan Reynaldi.

"Kenapa lo ngeliatin gue pada" ucap Fanzi sewot.

"Fanzi sini kamu!, ajak teman teman kamu!" titahnya kemudian keluar dari kelas.

MY ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang