22

4.9K 348 10
                                    

Saat ini Silvi sedang duduk di taman belakang seorang diri setelah izin dan meyakinkan temannya dan yang lainnya.

" aish sebel banget sih, kenapa tuh orang selalu gangguin gue coba? tau dia napas juga kagak gue " celotehnya meluapkan kekesalan yang dia rasakan

Saat masih asik dengan segala celotehnya tiba tiba dia hawa dingin terasa di pipinya

" eh " kagetnya, ketika dia melihat ke samping ternyata ada seorang pemuda yang sedang menempelkan minuman dingin itu ke wajahnya

" minum biar ngurangin emosi lo " ucapnya

" makasih " tangannya terulur untuk mengambil botol itu, setelahnya dia meminum dengan rakus tanpa memperdulikan pemuda yang kini sudah duduk disampingnya

" pelan pelan " tangannya terangkat untuk membersihkan sudut bibir Silvi yang basah

Silvi sempat mematung sejenak mendapat perlakuan tersebut, tetapi setelahnya dia bersikap biasa saja

" ngapain lo disini? " tanyanya

" jalan jalan aja, terus nggak sengaja liat lo duduk disini "

" lo Angkara yang waktu itu kan? "

" iya, panggil kara aja biar singkat "

" lo tadi kenapa ngomel ngomel sendiri? " lanjutnya bertanya

" enggak lagi kesel aja "

" kenapa? "

" nggak papa, oh iya gue duluan ya udah ditungguin temen soalnya, sekali lagi makasih " ucapnya setelah melihat handphone yang terdapat pesan dari sahabatnya menyuruhnya kembali ke kelas secepatnya

" sama sama "

Setelah itu Silvi pergi untuk kembali ke kelas sebelum guru yang mengajar tiba

" dari mana lo ? " tanya Lala ketika Silvi sudah duduk di bangkunya

" taman belakang "

" gue kira bolos, awas aja lo kalau bolos sendiri " kata Ela

" siap besti "

Guru pun masuk dan memulai pembelajaran, tak terasa bel pulang berbunyi membuat semua bergegas pulang ke rumah masing-masing

" gue duluan ya, lo pada dijemput atau mau bareng gue? " ucap Silvi

" kita berdua dijemput kok, paling sebentar lagi juga nyampe, lo duluan aja " jawab Ela

" ya udah gue pergi, dadah " seraya melambaikan tangan Silvi berjalan menuju mobilnya berada dan segera melajukannya meninggalkan area sekolah

Saat ini Silvi sedang berada di cafe yang tidak jauh dari apartemennya karena gabut

ditemani dengan makanan dan minuman yang sudah dia pesan sebelumnya dia terlihat sibuk melihat layar ponselnya

Di pintu masuk terlihat segerombolan pemuda sedang mengedarkan pandangannya untuk mencari kursi yang kosong

" duduk disana aja ayok, nggak ada kursi lagi soalnya " kata seorang pemuda dengan menunjuk tempat Silvi berada

" ehm permisi, kita boleh gabung nggak? kursi yang lain udah penuh " ucapnya ketika berada didepan meja Silvi

Mendongakkan kepalanya Silvi melihat beberapa pemuda " iya duduk aja "

Setelahnya para pemuda itu langsung menepati kursi yang tersedia

" mbak " memanggil pelayan dan mengucapkan pesanannya, setelah menunggu beberapa saat pesanan telah diantar

" boleh kenalan? biar akrab gitu, kan nggak enak kalau canggung gini " ucap seorang pemuda yang duduk di samping kiri Silvi

" boleh kok, kenalin nama gue Amanda Silvi, panggil Silvi aja " ucapnya seraya tersenyum manis

" Masya Allah cantiknya, kenalin neng nama aa' Justin Wicaksana panggil aja Justin, atau sayang juga boleh " jawab pemuda yang berasa di sebelah kirinya

" kalau gue Billy Nelson, panggil Billy atau honey juga gapapa " sahut pemuda di sampingnya dengan senyum manis dan mengedipkan sebelah matanya

" Ivan Andriansyah, Ivan " lanjut pemuda di samping kanannya dengan senyum tipis

" Leon Ardianto "

" lo yang di taman waktu itu kan? kakaknya Victor? " tanya Silvi sambil melihat wajah Leon

" masih inget ternyata, emang sih wajah gue tuh susah buat dilupain " jawab Leon dengan wajah tengilnya

" gimana kabar Victor baik kan? "

" baik kok, dia nanyain lo terus, kangen katanya "

" iya nanti kapan kapan gue main lagi sama dia, sampaiin salam buat Victor ya "

" iya ntar gue salamin "

" bentar deh, kalian udah saling kenal? " tanya Billy merasa penasaran

" iya, dia yang nolongin Victor waktu ilang di taman "

" oh yang lo ceritain kapan lalu itu? " tanya Justin

" iya "

Mereka pun berbincang dan semakin akrab, karena dirasa sudah petang Silvi segera pamit untuk pulang ke apartemen

transmigrasi SilviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang