Tiga hari sebelum ujian tengah semester. Tiga hari terakhir ini kami sepakat untuk mengakhiri sesi belajar kami, begitu pun dengan Aira. Buat sisa hari ini, aku belajar sungguh-sungguh dan bertekad mendapatkan nilai setinggi mungkin.
Bahkan saking fokusnya ingin mendapat nilai sempurna, aku sampai memotong waktu istirahat sama waktu mainku buat belajar di rumah.
" Kayaknya materi yang dikasih Aira aja belum cukup. " gumamku.
Semua referensi pelajaran aku ambil mulai dari materi Aira, internet, buku yang aku beli di pasaran, sampai meminjam buku perpustakaan milik sekolah. Karena mereka mengambil sumber yang berbeda, tentu saja ada beberapa rumus yang berbeda.
Jadi kali ini aku akan merangkumnya dengan caraku sendiri. Agar mudah dipahami, aku harus membuat serangkaian rumus angka ini menjadi mudah diingat. Seperti membuat pola baru yang hanya dipahami olehku sendiri.
" Yap! Aku rasa hari ini sudah cukup. Aku juga perlu istirahat. "
Rasanya otakku udah gak sanggup lagi terima semua rumus angka ini. Lebih baik aku istirahat dulu saja daripada harus memaksakan otakku bekerja. Sekarang aku hanya bisa bertaruh saja apa nilaiku akan bagus, atau aku bakal kalah lagi sama Aira.
***
Satu hari sebelum ujian tengah semester dimulai. Hari ini gak ada sesi belajar mengajar, melainkan pihak sekolah mengadakan bakti kampus di sekolah. Kami disuruh buat membersihkan halaman sekolah, kelas, dan juga menata meja dan kursi sesuai dengan jumlah murid di kelas.
Karena kelas kami sudah cukup bersih, jadi aku punya banyak waktu luang sekarang. Sambil menunggu bel pulang bunyi, aku sama Agung nongkrong sebentar di kantin sambil membeli dua jus mangga.
" Gimana, lu udah siap buat besok? " tanyaku.
" Siap lah Za! Lu pikir selama sebulan kemarin gua ngapain aja. "
" Haha, iya gua percaya. "
Bahkan selama sesi belajar kemarin, Agung belajar sangat serius. Dia yang aku lihat sekarang sangat beda sama yang dulu. Aku takjub sama perubahan Agung, sangat jarang ada orang yang bisa merubah kebiasaannya itu.
" Ohh jadi di sini lo, Erza Arsana! "
Saat kami lagi asyik mengobrol, ada seseorang yang meneriaki namaku di belakang. Saat aku menoleh ke belakang, ternyata itu si Arkad sama geng berandalannya.
Dia itu salah satu murid terkenal di sekolah ini. Tapi dia bukan terkenal akan kepintarannya atau juga prestasi yang dia punya, tapi dia di kenal sebagai murid yang suka mengacau dan berlagak seolah sekolah ini miliknya.
Hanya mentang-mentang dia anak dari kepala sekolah di sini, dia merasa punya hak lebih atas sekolah ini. Bukan hanya itu saja, dia juga merasa semua murid itu harus patuh pada Arkad kalau ingin masa-masanya di sekolah ini damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Ku Dengan Cewek Yang Terlalu Sempurna
RomantikApa jadinya jika mempunyai teman yang sempurna dalam segala hal? Baik, pintar, rajin, dermawan, sederhana tapi kaya raya. Bisa dibilang semua hal kebaikan ada di dalam dirinya. Tapi aku yakin tidak ada manusia sesempurna itu di dunia ini. Sebelum ma...