1. Tanduk Menghunus

3.4K 203 53
                                    

Happy Reading

22 Desember 2022. Ruang Sekretariat yang awalnya mereka tempati pun mereka tinggalkan untuk pergi ke ruangan pak Bisma yang jaraknya tidak begitu jauh dari ruang Sekertariat ini.

"Kira-kira kita bakal di izinin gak ya." ucap Arlan sambil memainkan handphone nya sambil berjalan.

Dipta menoleh lalu menjawab. "Kapan sih Pak Bisma gak ngizinin kita pergi ngegunung?"

Arlan yang mendengar pertanyaan balik Sadipta sempat ngebug sebentar. "Gak ada."

"Gak usah di bawa ribet, berarti di izinin." Skakmat. Bian ini memang punya dua jiwa apa ya, di ruang Sekertariat saja paling riweuh tapi kalau udah di luar Sekertariat mengapa aura dinginnya yang malah menguar.

"Kalau sampai gak ngizinin gue remukin lehernya." Selain Bian ada lagi manusia paling menyeramkan di kampus ini, siapa lagi kalau bukan Arkha. Iya Arkhava Raevan. Sampai-sampai Arlan dan Dipta menelan ludah mati-matian karena ucapan sikopatnya.

"Wah aku takut." ucap Dinda berani dengan nada pura-pura takutnya. Memang dari semua anak Mapala Trisakti hanya Dinda yang mempunyai keberanian membuat Bian dan Arkha bisa marah setiap hari sampai rasanya mereka ingin menggantung anak seperti Dinda di pohon rambutan. Sampai-sampai yang lainnya selalu berhasil tertawa tak tertahan dengan keberanian anak badan mungil seperti Dinda ini.

"Lo pengen ada orang yang ngerespon kaya gitu kan kak?" tanya Dinda dengan matanya yang menyipit dan mencoba menyamakan langkah kakinya dengan Arkha. Lucu sekali, mereka sama-sama terlihat mungil jika berjalan bersamaan. Tangan Arlan gatel pengen foto.

"Lo mending jauh-jauh dari gue Din, sebelum gue bener-bener gantung lo di pohon rambutan depan kampus!" ucap Arkha dengan tatapannya yang menyorot tajam.

"Aww Dinda makin takut." Mau di beri ancaman sekejam apapun anak seperti Dinda tidak akan berhenti bercanda sampai tanduk manusia seperti Arkha dan Bian menghunus dengan asap yang berapi-api.

Di lain sisi ada Anta yang sibuk menginterogasi adik tingkatnya yang diinginnya melebihi es kutub utara.

"Jiwa lo berapa sih bi?" tanya Anta yang sedari merangkul dirinya, tapi Bian tidak keberatan sama sekali. Karena Anta adalah kakak tingkatnya yang harus ia hormati.

"Loro bang." jawab Bian seadanya. Tentu Anta pun terkekeh mendengar perkataan ngawur adik tingkatnya itu.

"Mana ada."

"Ada, buktinya gue." Anta di buat geming. Dingin-dingin seperti ini juga Bian ini bijak juga. Seketika cengiran Anta yang lebar seperti iklan pepsodent pudar dalam seperkian detik. Setelah itu Anta hanya mangut-mangut pasrah.

🌬🌬🌬

Setelah banyak perbacotan di antara mereka yang mengumbara di setiap sudut koridor akhirnya sampai juga mereka di depan ruangan pak Bisma.

"Ini nih yang bikin gue males masuk ruangan Pak Bisma." ucap Inka sembari menutup hidungnya. Dipta yang memang kebetulan membawa minyak kayu putih langsung sigap memberikannya kepada sang kekasih.

Inka reflek bingung saat melihat tangan yang mengulur, namun saat melihat yang memberikannya adalah Dipta ia langsung terenyum manis. "Makasih." ucapnya simpul. Dipta jelas mengangguk.

MAHASURA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang