11. Sara dan Jiwanya

864 116 21
                                    

Happy Reading

Hari yang semakin sore dengan perjalanan yang semakin jauh ini pun tak kunjung memeberikan penerangan sedikit pun. Jika di tanyakan apakah mereka putus asa sudah jelas jawabannya adalah iya, mereka mulai putus asa. Pikiran negatif pun mulai bertebaran pada pikiran masing-masing pemuda-pemudi ber-11 ini. Sore ini, Arlan dan Astrid belum juga menyusul mereka.

"Arlan sama Astrid kok belum juga nyusul." ucap Hanin yang sedari tadi terus menengok kebelakang hanya untuk memastikan kemunculan dua anak yang belum juga datang. Walaupun sesekali matanya selalu bertabrakan dengan mata lelaki itu, lelaki yang pernah bertanya pada dirinya apakah dirinya menyukainya.

"Udah sore padahal." ucap Anei kemudian mendesah, Anei hanya tidak ingin jika mereka berdua tersesat.

Anta yang mendengar pembicaraan yang di belakang mulai memikirkan Astrid, bagaimana jika sesuatu terjadi pada kedua temannya yang belum juga sampai di dekat mereka. Pesannya bilang akan menyusul namun mana sampai sekarang mereka belum juga muncul. Anta mempercayai Arlan, jika ada Arlan pasti semuanya akan baik-baik saja.

Sara di buat terhentak saat tiba-tiba ada anak sekitar umur 3 tahun menghampirinya, ia anak lelaki yang memakai baju berwarna hijau dengan celana jenas hitam. Sara tahu anak itu menghampirinya namun Sara tidak ingin makhluk di sini mengetahui bahwa dirinya bisa melihat mereka, Sara hanya menghindari mala petaka pada dirinya dan teman-temannya.

Namun semua cara itu pun gagal dalam beberapa menit saat tiba-tiba saja anak itu bisa memegang tangannya dan menggandengnya. Sara benar-benar tidak pernah menduga makhluk yang berbeda alam ini bisa menyentuhnya. Speechless untuk pertama kalinya. Walaupun seperti itu Sara hanya membiarkannya dan pura-pura tidak bisa melihatnya dan merasakan genggaman di tangannya itu. Anak itu ikut berjalan di sebelahnya.

"Adik huwaaa"

Sara kembali terhentak saat mendengar anak itu menangis, jika sudah seperti ini bagaimana Sara tidak bisa prihatin dengan anak ini.

"Boleh berhenti dulu di sini semuanya?" tanya Sara membuat yang lainnya berhenti berjalan.

Anta pikir ada bagusnya juga jika mereka berhenti, sembari menunggu Arlan dan Astrid menyusul juga.

"Kita break dulu di sini." intruksi Anta, setelah itu sebagian langsung mulai terduduk lelah.

Anak kecil itu masih setiap menggenggam tangan Sara sembari menangis sesenggukan. "Kamu bisa ikut aku kalau kamu ingin berbicara." ucap Sara membuat anak itu mendongak.

"Kamu bisa dengar aku?"  tanya anak itu dengan bentuk matanya yang begitu lucu dan di setiap sudut matanya buliran air mata mengalir. Sara hanya mengangguk singkat untuk menjawab pertanyaan anak itu tanpa melihat sedikit pun. Sara bukan takut, hanya saja ia tidak mau yang lainnya mengetahui ini. Jika mereka tahu, mereka akan takut.

Sara berjalan dengan sedikit berjarak dengan yang lainnya, setelahnya Sara berdiri di balik pohon yang menjulang tinggi untuk sekedar menutupi tubuhnya yang siap memulai interaksi dengan makhluk halus yang sepertinya butuh bantuan. Sebenarnya Sara ingin saja tidak ikut campur, ia juga tidak tahu akan bisa membantu atau tidak. Namun saat melihat anak ini menangis Sara jadi tidak tega. Di hutan seluas ini anak ini pasti hidup sendirian.

"Kamu kenapa tiba-tiba menangis." tanya Sara mencoba menatap kedua manik mata anak itu. Sepertinya anak ini keturunan bule jika di lihat dari rambut piringnya mata yang berkelopak biru, dengan kulit nya yang kentara putih.

MAHASURA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang