13. Tanda Bahaya

819 119 14
                                    

Happy Reading


Nuansa langit gelap seperti awan mendung terlihat sangat jelas oleh matanya dengan kicauan burung gagak di setiap penjuru hutan membuatnya sampai mengelus kedua pundaknya dengan matanya yang tidak bisa diam. Melirik ke segala arah agar dirinya tetap aman dan berusaha untuk menghindari bahaya. Makhluk yang tak bisa terhitung lagi jumlahnya sudah terlihat seperti hamparan mayat yang berserakan. Selain suara gagak, binatang buas seperti halnya Harimau bahkan sampai serigala seperti terdengar bersuara tanpa sosok. Menyambut? Sara rasa begitu.

Layaknya hutan mati, apa yang anak itu katakan ada benarnya juga. Hutan yang akan Sara pijaki kali ini adalah hutan yang tidak akan sembarangan orang bisa memasukinya sekaligus bertahan.

Dengan perasaan yang bergetar perlahan Sara mulai melangkahkan kaki di kegelapan malam yang hanya di kasih celah cahaya yang begitu minim. Sara buang rasa takut jauh-jauh, jika ia takut lalu siapa yang akan siap membuat perjalanan ini mulus kembali?

Melangkahkan kaki untuk memulai pencarian sendiri adalah hal yang belum pernah Sara bayangkan sebelumnya. Kejadian di luar nalar ini adalah sesuatu yang baru pertama kali Sara coba.

"Dinda, gue Sara. Gue di sini Din." ucap Sara sembari meneruskan perjalanannya itu. Walaupun beberapa kali ia bisa berpaspasan dengan makhluk-makhluk yang menyeramkan.

"Kak gue di sini..." lirih seseorang membuat Sara terperanjak bukan main. Apakah pendengaran Sara sedang tidak baik sekarang, mana mungkin juga Dinda berasda di atasnya. Namun tidak bisa di sangkal Sara terjatuh lemas saat melihat Dinda yang memang berada di atasnya lebih tepatnya dalam dekapan makhluk besar yang Sara juga tidak tahu makhluk apa itu.

"Dinda..." Sara hanya bisa membekap mulutnya tidak menyangka. Dengan sangat jelas Sara melihat wajah Dinda yang sudah begitu kusut dengan luka-luka lebam yang terpampang jelas di setiap titik sudut wajahnya. Sara yakin tenaga Dinda mulai terkuras habis.

Makhluk itu benar-benar tidak berkutik sama sekali, sepertinya Sara tahu makhluk apa ini, Raja Genderuwo, hampir tahta tertinggi dari bagian gunung Lawu. Sepertinya genderuwo itu tengah tertidur.

"Dinda cape kak, Dinda pengen ketemu Ibu." Dinda kini mulai berucap kembali, namun kali ini ia benar-benar menangis. Takut sekaligus bahagia. Bahagia, karena Dinda juga tidak pernah membayangkan akan ada orang yang benar-benar berniat menyelamatkannya, Dinda pikir ia akan mati di sini, namun sepertinya tidak. Namun tidak bisa di pungkiri, rasa takut tetap mendominasi dari segalanya.

"Kak Sara, Dinda pengen ketemu ibu. Dinda pengen pulang kak, bantuin Dinda..." ucap Dinda dengan suaranya yang mulai mengecil namun masih bisa jelas Sara dengarkan. "Dinda udah gak kuat, Dinda cape. Dinda gak tau kalau ternyata Dinda bawa sesuatu yang kotor ke sini."

Sara juga bingung harus berbuat apa sekarang, jika ia bertindak maka sama hal nya dengan makhluk besar di depannya. Sara jelas-jelas tahu bahwa dirinya bukan tandingan makhluk itu.

"Drajat kita lebih besar di bandingkan makhluk Sar."

Namun saat mengingat ucapan itu Sara mulai tersadar. Drajat dirinya dengan makhluk itu sudah jelas bedanya. Seketika Sara tersenyum getir saat sadar bahwa dirinya tengah memikirkan perkataan Anta. Dengan keberanian yang besar bahkan ketakutan yang bercampur aduk menjadi satu bersama keberanian itu Sara mulai memanjati area badan makhluk besar ini, berusaha merayap sepelan mungkin agar makhluk itu tidak terusik. Tidak lupa dengan bacaan-bacaan qur'an yang ia lapalkan dalam hatinya, sesuai ajaran dari mendiang sang kakek.

"Bertahan Din." ucap Sara dengan keringat dingin yang membanjiri pelipisnya. "Sedikit lagi." ucap Sara kembali karena ia merasa bahwa sebentar lagi ia akan sampai dekat Dinda dan sedikit lagi berhasil membuat anak itu terlepas dari dekapan genderuwo. Seketika Sara benar-benar lega saat berhasil meraih tangan Dinda yang sudah begitu dingin rasanya. Dinda masih hidup hanya saja suhu badannya memang sudah sangat tidak terkondisikan.

MAHASURA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang